Home / Rumah Tangga / TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA / Resmi Menikah dengan Pria Buruk Rupa

Share

Resmi Menikah dengan Pria Buruk Rupa

Author: CacaCici
last update Huling Na-update: 2023-02-05 04:15:00

Rachel masih tak mengira jika dia telah resmi menjadi istri dari pria bertopeng itu. Bahkan sekarang dia telah berada di dalam bangunan mewah milik pria itu-- rumah besar dan megah Kaivan Rafindra Kendall.

"Nona, mari saya antar anda ke kamar anda."

Rachel menganggukkan kelapa, tersenyum kaku dengan air muka pias dan kaku. Matanya masih sembab, habis menangis karena berpisah dari keluarganya. Sebenarnya, sebelum ke sini dia memang diizinkan ke rumah sakit untuk menjenguk Mamanya. 

Rachel sangat sedih. Dia menikah tanpa disaksikan oleh Mamanya.

'Ini pernikahan yang penuh dengan keterpaksaan. Dan entah sampai kapan aku harus menjadi istri si Pria bertopeng ini?!' batin Rachel yang sudah berada di depan sebuah pintu hitam klasik.

"Nona, ini adalah kamar anda. Silahkan masuk."

Lagi-lagi Rachel hanya tersenyum kaku. Dia membuka pintu lalu menyeret kopernya masuk ke dalam kamar.

"Luas sekali kamar ini." Rachel bergumam pelan, dia berkacak pinggang sembari menatap sekeliling kamar.

Apa dia dan si pria bertopeng itu satu kamar? Ah, iya. Pria itu tidak satu mobil dengannya tadi. Sekarang Rachel tak tahu pria itu ada di mana.

Rachel menarik koper-- berjalan mendekati ranjang. Dia mencoba duduk di atas ranjang. "Empuk banget," gumamnya yang sudah merebahkan tubuh.

"Aaaaaaa …." Rachel berguling-guling ke setiap sudut ranjang dengan berteriak tak jelas.

"Kenapa malah aku yang menikah?! Bangsat!" Rachel menggerutu, sudah berdiri di atas ranjang sembari melompat-lompat; dengan dia yang masih mengenakan gaun pernikahan. "Aku harusnya ke kampus tadi, bimbingan dengan si dosen luknat itu.  Andai aku nggak masuk keruangan itu, mungkin aku sekarang masih di rumah. Huaaaa …."

Dari yang melompat-lompat di ranjang, kini Rachel mengeluarkan gerakan-gerakan karate yang tak jelas. Mix dengan gerakan ultraman juga.

"Mana suaminya bukan orang lagi," geram Rachel yang masih terus melancarkan aksi-aksi karate-nya. Tanpa sadar jika pria yang telah sah menikahinya sudah ada di kamar ini-- tengah menyender di dinding sebelah pintu sembari menatap datar ke arah Rachel yang tengah mengacak-acak ranjangnya.

"Bagus!" gumamnya pelan dengan terus memperhatikan Rachel.

Sedangkan Rachel, dia masih terus mengoceh-- meluapkan ketidak terimaannya pada nasibnya saat ini dan juga rasa ketidak berdayaannya. "Dua bulan lagi aku sudah dua puluh tiga tahun. Skripsi nggak kelar-kelar malah sekarang nekad nikah. Beban seperti ku bisa apa?! Cik, coba saja aku seperti di novel-novel, usia dua puluh tahun udah jadi CEO. Biaya berobat Mama tidak akan terancam begini. Lagian siapa sih si Kaivan Kaivan itu?! Beraninya dia mengancam keluargaku! Sialan banget orang itu. Sok pake topeng segala. Dikira keren apa dia begitu?! Prett … kalau wajahnya jelek yah jelek. Tidak usah ditutup-tutupi. Takut nggak laku?! Beast saja yang bukan wujud manusia bisa laku, apalagi dia yang masih dalam wujud manusia. Ngapain maksa-maksa anak orang nikah! Itu lagi si Melisa. Ngapain dia pake acara hamil segala. Kan aku yang kena batunya."

Rachel terus menggerutu dan terus melompat-- kadang-kadang kembali mengeluarkan jurus Ultraman juga. Hingga tiba-tiba suara dingin mengalun dan menggema, membuat tubuh Rachel membeku dengan wajah pucat pias.

"Jadi kau belum mengenalku?"

***

Kaivan tidak langsung ke rumah dengan Rachel. Dia menyuruh supir untuk membawa perempuan yang baru ia nikahi tersebut langsung ke rumahnya sendiri. Sedangkan Kaivan, dia menemui neneknya.

Namun karena neneknya tidak ada di kediaman Kendall, Kaivan memutuskan untuk pulang. Cik, terpenting dia sudah menikah dan Kaivan bebas dari perjodohan menyebalkan itu.

"Kita langsung ke rumah, Tuan?" tanya William, kepercayaan sekaligus asisten dari Kaivan.

Kaivan hanya  menganggukkan kepala. Dia duduk diam sembari memikirkan perempuan yang ia nikahi tadi. Tak menyangka jika dia menikahi wanita yang menurutnya masih dibawah umur. Usia perempuan itu memang dua puluh dua tahun, dan itu sudah masuk dalam usia dewasa. Tetapi bagi Kaivan yang sudah berusia tiga puluh empat tahun, Rachel terlalu sangat muda.

Sebenarnya Kaivan adalah pria yang tak ingin mengenal yang namanya wanita dan pernikahan. Dia punya masa lalu yang bisa dikatakan kelam dengan seorang perempuan-- kekasih dan cinta pertamanya. Wanita itu lemah lembut dan begitu baik, dia berjanji selalu bersama Kaivan dan akan mencintai Kaivan dalam bentuk fisik apapun. Hingga sesuatu kecelakaan terjadi pada Kaivan, ketika dia pulang pekerjaan. Dari kecelakaan itu, wajah Kaivan terbakar sebelah pipi kiri.

Akan tetapi itu tak masalah bagi Kaivan, toh kekasihnya mencintainya dengan segenap jiwa dan hati. Namun ketika kekasihnya itu menemuinya, perempuan itu langsung mengakhiri  hubungan mereka.

'Aku tidak mungkin bisa hidup dengan pria berwajah buruk rupa sepertimu. Aku bisa muntah setiap hari, Kaivan. Jadi kita putus!'

Itu kata-kata yang tak akan pernah Kaivan lupakan seumur hidupnya. Dia memilih memakai topeng untuk menutupi sebagian wajahnya-- walaupun kini wajahnya sudah bersih dan tidak ada bekas luka sama sekali, Kaivan tetap memilih menutupinya.

Dia benci wanita. Makhluk pemandang fisik!

Tetapi … dia terpaksa menikah. Pertama, karena tak mau dijodohkan dengan wanita pilihan neneknya. Dan yang kedua demi … sebuah wasiat.

"Jika Tuan kurang suka dengan Nona Rachel. Saya akan mengurus surat perceraian kalian dan akan mencari wanita lain." William tiba-tiba bersuara.

"Tidak perlu." Kaivan menjawab datar. "Dia lebih baik daripada sepupunya. Dia tidak mempermasalahkan kenapa aku memakai topeng. Dan lagipula ini batas waktu."

"Tuan benar. Waktu Tuan hanya sampai di hari pertama usia Tuan tiga puluh empat tahun."

"Humm." Kaivan hanya berdehem.

Setelah sampai di rumahnya, dia langsung keluar dari mobil. Dia masuk dalam rumah dan buru-buru ke kamar. Dia ingin memeriksa apakah wanita itu sudah di sini atau belum sampai.

Ceklek'

Ketika dia masuk, hal yang pertama dia lihat adalah penampakan seorang perempuan yang sedang melompat-lompat di atas ranjangnya.

Sedang mengumpatinya. 'Menarik!'

Kaivan menutup pintu, menyender di dinding sembari memperhatikan Rachel yang terus mengumpat.

"Lagian siapa sih si Kaivan Kaivan itu?! Beraninya dia mengancam keluargaku! Sialan banget orang itu. Sok pake topeng segala. Dikira keren apa dia begitu?! Prett … kalau wajahnya jelek yah jelek. Tidak usah ditutup-tutupi. Takut nggak laku?! Beast saja yang bukan wujud manusia bisa laku, apalagi dia yang masih dalam wujud manusia …."

Kaivan yang mendengar celutukan bernada geraman itu menaikkan sebelah alis. Unik! Ini pertama kalinya dia mendapat wanita dengan pemikiran aneh seperti ini.

'Pemikiran yang absurd.'

"Jadi kau belum mengenalku?" ucap Kaivan kemudian ketika perempuan itu berhenti mencerocos.

Rachel tiba-tiba terdiam dan menoleh padanya. Satu sudut bibir Kaivan terangkat, membentuk smirk yang memukau sekaligus mengerikan secara bersamaan.

Kaivan berjalan ke arah ranjang, otomatis membuat Rachel yang masih berdiri di atas ranjang mundur terus. Pada akhirnya …-

Brak'

Dia terjatuh dari ranjang.

"Argkk …." Rachel meringis sakit. Dia mengumpat dalam hati sembari mengelus bokongnya yang terasa berkedut-kedut.

"Cih."

Mendengar decisan remeh, Rachel mendongak-- menatap seorang pria bertopeng setengah dengan wajah ditekuk bercampur takut. 'Ke--kenapa dia di sini? Jangan bilang aku dan dia satu kamar?'

Pria itu tiba-tiba membungkuk kemudian meraih lengan Rachel. Dengan sekali tarikan dan sentakan, Rachel sudah berdiri dan berakhir di dada bidang pria itu. Wajahnya menempel di dada bidang pria ini.

Rachel buru-buru menjauh dan memilih menunduk malu bercampur takut. Entah kenapa jika di depan pria ini dia gugup luar biasa dan takut. Padahal kalau dibelakang pria ini, Rachel selalu mengatainya.

"Kenapa kau bersedih menikah denganku?"

"Loh?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Terimakasih banyak, Kak(。♡‿♡。)
goodnovel comment avatar
Eva Santiarma
seru dan menarik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Tamat

    Setelah mengusir orang tuanya dari kamar, Adera hanya diam murung di sana. Hingga tiba-tiba saja …-Ceklek' Pintu kamar Adera terbuka, memperlihatkan seorang pria menjulang tinggi di ambang pintu. Adera menghela napas pelan, berdecak kesal kemudian menatap sinis pada pria tersebut. "Ngapain Papa kemari?" sinisnya, membuang jauh pandangan lalu pura-pura fokus pada HP. Kebetulan HP Adera berada tak jauh darinya saat itu. "Hah." Hembusan napas berat terdengar keluar dari bibir Kaivan. Dia menatap putri bungsunya lamat, kemudian berjalan masuk untuk mendekat. "Papa ingin bicara padamu."Adera melirik sejenak, memilih cuek dengan bermain ponsel. Sayangnya, itu pengalihan karena pada kenyataannya Adera hanya men-scroll galeri ponsel. "Begini sikapmu jika berbicara dengan orang tua?" Saat itu juga Adera meletakkan HP ke atas meja. "Cik." Dia berdecak malas. "Tumben-tumbenan Papa ke sini menemuiku, pake acara sok sokan berbicara denganku lagi. Biasanya juga malas. Berpapasan denganku s

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Kekecewaan Adera

    "Aku tidak punya uang. Minta," jawab Adera, mengulurkan tangan ke arah Davin tetapi dengan menatap lurus ke arah depan– enggan menatap pada pria dingin dan berbahaya tersebut. Davin menaikkan sebelah alis, menatap intens ke arah wajah jutek Adera. Cih, apa perempuan ini pikir dia menakutkan seperti itu? Tidak! She's so cute. Bahkan karena sangat menggemaskannya perempuan ini di mata Davin, rasanya Davin ingin sekali mencium Adera sampai perempuan ini kehabisan napas. Yah, ingin rasanya Davin mencuri napas perempuan yang duduk di sebelahnya ini. Davin mengeluarkan dompetnya lalu menaruhnya di atas telapak tangan Adera. Perempuan menggemaskan itu seketika menoleh ke arah Davin, menatap tak percaya pada Davin. Adera sedikit menganga, tercengang karena Davin memberikan dompet padanya. 'Eih, dikasih sumbernya langsung. Beneran ini?' batin Adera, menatap ragu pada dompet hitam berbahan kulit tersebut. "Beli apapun yang kau inginkan, Era," ucap Davin, menatap wajah cengang Kanza yang sa

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Minta Uang Pada Calon Suami

    "Kau masih yakin ingin memperistrinya?" Davin menganggukkan kepala, tersenyum penuh keyakinan pada Kaivan. "Semakin yakin, Uncle," jawabnya tanpa ragu. "Ah, yah. Aku sudah menghubungi Daddy-ku, mengatakan jika nanti aku pulang dengan membawa menantu untuknya. Dan Daddy setuju." "Hell." Kaivan mengumpat pelan, semakin frustasi karena mendengar penuturan calon menantunya, "tidak secepat itu juga. Cik, lagipula Adera-ku belum tentu menerimamu, Nak." Kaivan menyunggingkan smirk tipis. "Kau lihat sendiri, dia tidak peduli keberadaanmu," ejek Kaivan selanjutnya, mendapat tawa dukungan dari William dan Hansel. "Adera hanya malu-malu, Uncle," jawab Davin, menyunggingkan smirk tipis di bibirnya. "Ah terserah. Asal kau tidak memaksa putriku dan-- pernikahan itu hanya terjadi jika Adera setuju," ucap Kaivan tegas. Dalam hati dia sangat yakin jika putrinya tidak akan mau menerima Davin. Bukan tidak setuju Davin menjadi menantunya, malah dia merasa senang karena dia tahu Davin siapa dan menge

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Masih Yakin Heh?

    "Siap--" Ucapan Adera terhenti ketika melihat siapa orang yang berada di depan kamarnya– Davin Sbastian Lucas, pria yang ia takuti melebihi rasa takutnya pada Papanya sendiri. Davin mendorong pintu kamar Adera, masuk begitu saja dalam kamar perempuan yang telah sah menjadi calon istrinya tersebut. Langkah Davin berhenti tepat di depan sebuah cincin yang tergeletak mengenaskan di lantai. Davin mengambil cincin tersebut, kemudian menghampiri Adera yang masih berada di depan pintu. "Kau melempar cincin pertunangan kita?" ucapnya dengan mendekati perempuan itu, menutup pintu karena dia tahu Adera berniat kabur. 'Ah, sialan. Dia menutup pintu kamar ku. Yang benar saja dia mengurungku dalam kamarku sendiri,' batin Adera, terdiam dengan posisi tetap membelakangi Davin. Dia tidak mau menghadap pria ini karena dia takut– malu tak ada muka jika harus bersitatap dengan Davin. Bayang-bayang kejadian itu menghantui Adera. "Jawab, Era," ucap Davin pelan, nadanya rendah dan berat. Terkesan seks

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Adera Bertunangan

    "Ahahaha … tidak begitu, Tuan Kaivan. Anda salah paham. Niat kami kemari untuk membicarakan hubungan antara Gisella dan Danial ke jenjang yang lebih serius, agar … Danial bisa lebih memprioritaskan putriku dan putri-putri anda tidak mengganggu hubungan mereka lagi."Kaivan menaikkan sebelah alis, lagi-lagi menyunggingkan smirk tipis sembari menatap dingin ke arah Bagaskara. "Danial, kau masih ingin melanjutkan hubunganmu dengan putri dari Pak Bagaskara?" tanya Kaivan, tanpa menoleh ke arah putranya dan tetap menatap dingin ke arah Bagaskara. "Tidak, Pah," jawab Danial datar. "Apa-apaan kau ini?!" Tak terima mendengar jawaban kekasihnya, Gisella berdiri dan dengan marah langsung melempar tasnya ke arah Danial. Namun, dengan mudah Danial menangkisnya. "Aku serius padamu, tetapi kau …-!""Ini putrimu?!" Kaivan berdecis remeh. Bagaskara dan istrinya sontak saling bersitatap, sama-sama panik dan malu akibat ulah putri mereka. Dengan kesal Bagaskara menarik pergelangan tangan putrinya da

  • TERPAKSA MENIKAH DENGAN CEO BURUK RUPA   Lamaran untuk Danial?

    "Ada ribut apa ini?" tanya Kaivan yang tiba-tiba muncul di sana dengan Jake, William dan Hansel. Seketika itu juga mendadak ruangan itu terdiam. Tak ada suara sedikitpun di sana. "Diam?" Kaivan menatap bingung pada istri dan anak-anaknya. "Ah, tidak apa-apa, Mas. Hanya permasalahan anak-anak saja," jawab Rachel sembari tersenyum manis ke arah suaminya tersebut, "ouh iya, Mas ingin kopi kan? Tunggu, aku buatkan," tambah Rachel sembari berniat beranjak dari sana. Namun, langkahnya tiba-tiba tertahan. Tangannya dicekal oleh sang suami. "Ma--Mas," cicit Rachel pelan, menatap cekalan suaminya di pergelangan tangan kemudian beralih menatap Kaivan dengan air muka murung. "Kau tidak pandai berbohong, Ichi. Katakan, apa yang terjadi?!" tanya Kaivan pelan, berdesis dan berbisik pelan. Dia menatap penuh peringatan pada Rachel– tak suka jika istrinya ini menyembunyikan sesuatu darinya. "Jangan di sini," bisik Rachel pada Kaivan, kemudian dia melepas cekalan suaminya lalu beranjak dari sana.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status