Tantangan Untuk Si Pelakor

Tantangan Untuk Si Pelakor

Oleh:  Kiwimiw  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
16Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Awalnya Viktor hanya tertarik memperhatikan Vanessa, tetangga apartemennya, yang terlihat baik dan hangat tapi ternyata punya hobi yang aneh. Wanita itu bahkan terang-terangan mengaku di depannya bahwa merebut pacar orang lain adalah hobinya dan ia sama sekali tidak tertarik pada Viktor yang meskipun ganteng tapi masih single. Menurutnya tidak ada tantangan apapun untuk mendapatkan Viktor. Dan Vanessa yang merasa bisa memenangkan taruhan konyol Viktor, menerima tantangan laki-laki itu untuk tidak mendekati pacar orang lain selama 3 bulan penuh. Hingga suatu hari ia menyadari bahwa ia mulai mencintai laki-laki milik orang lain lagi. Apa yang bisa Vanessa lakukan sekarang? Menghentikan hobinya dan melupakan orang yang ia cintai atau justru merebut laki-laki orang lain lagi dan kalah dalam taruhan dengan Viktor?

Lihat lebih banyak
Tantangan Untuk Si Pelakor Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
16 Bab
[0]. Hobi?
Apa kau pernah tertarik pada sesuatu yang seharusnya tidak boleh kau miliki? Atau apa pernah kau merasa tertantang untuk mendapatkan sesuatu yang mengharuskanmu melakukannya dengan cara merebutnya dari orang lain? Aku pernah. Dan sering sekali kulakukan. Ada perasaan luar biasa yang sulit dijelaskan mengalir dalam diriku saat aku berhasil melakukannya. Rasanya benar-benar… Ah entahlah, sepertinya jutaan kata yang ada di dunia mungkin tidak sanggup untuk mewakili perasaanku saat aku berhasil melakukannya. Apa kau bisa menebak apa itu? Yep, kau salah. Itu tidak seperti yang kau pikirkan karena itu bukan sekedar hobi biasa. Ini benar-benar hobi yang tidak mungkin bisa kau duga-duga karena mungkin saja kau belum menemukan orang sepertiku di dunia ini. Hobi ini benar-benar langka tapi jika kau menemukan orang sepertiku disekitarmu, itu berarti pertanda bahaya. Kusarankan kau langsung menjauh tanpa banyak berpikir. Kenapa? Karena kemungkinan besar kau akan kehilangan sesuatu yang sangat
Baca selengkapnya
[1]. Beraksi
VANESSA POV Aku menghela nafas pelan sembari mencoba menikmati ice americano yang kupesan. Aku berpura-pura tertarik dengan apa yang sedang Debby, teman sedivisiku, bicarakan. Meskipun dalam hati aku sebenarnya lebih memilih pergi ketimbang mendengarkannya. Saat ini, ia sedang menceritakan pacar barunya--yang baru 2 minggu ini ia pacari--yang katanya sangat-sangat baik, pengertian dan perhatian padanya. Tipe laki-laki ideal yang ia ocehkan dengan mulut berbusa yang ia kira akan membuat banyak orang iri padanya. Aku mendengus tidak ketara dan berdecih dalam hati. Cih, cuma itu doang dan dia bangga? Apa seleranya memang serendah itu? Harusnya dia lebih bangga jika punya pacar ganteng dan kaya. Karena jika benar begitu, aku akan dengan senang hati memakluminya. Dan mungkin lebih bersemangat mendengarkan ocehan-ocehannya sekarang. Tapi sejauh aku bisa menyimpulkan dari cerita-ceritanya, aku tidak menemukan tanda-tanda pacarnya mempunyai dua ciri-ciri seperti yang kusebut. Aku memalingk
Baca selengkapnya
[2]. I get what I want
VANESSA POV Aku memasukkan kunci kode apartemenku. Memang apartemen ini murah dan jauh dari pusat kota, tapi keamanannya benar-benar bisa kuandalkan. Semua apartemen disini sudah dipasang kunci angka di setiap pintunya, CCTV di setiap lantai dan tiga shift satpam yang siap menjaga 24 jam. Alasan apalagi yang bisa membuatmu menolak apartemen seperti ini? “Kunci kode apartemenmu 1234?” tanya Richard heran. Aku mengangguk, “Hmm. Kenapa?” “Maaf, bukannya aku sengaja ingin melihat tadi. Tapi tidakkah kau berpikir itu terlalu mudah? Bagaimana jika ada orang yang ingin membobol kamarmu?” Aku mengangkat bahuku ringan, “Kurasa karena aku bisa mengandalkan keamanan disini. Lagipula otakku sepertinya memang tercipta untuk membenci angka-angka. Aku tidak bisa mengingat angka yang rumit.” “Kalau begitu kenapa tidak menggunakan angka kelahiranmu saja?” Aku tergelak. “Bukannya itu malah lebih mudah ditebak?” jawabku sembari membuka pintu apartemenku. “Karena orang-orang biasanya menggunakan ta
Baca selengkapnya
[3]. Mengejarnya
VIKTOR POV Kulambatkan laju mobilku dan menghentikannya tepat saat aku tidak sengaja melihat seseorang yang kukenal turun dari mobil hitam yang terparkir di depan kawasan apartemen yang kuhuni. “Vanessa?” gumamku ragu. Tak butuh waktu lama bagiku untuk memastikan bahwa orang yang kulihat benar-benar tetangga penghuni apartemen sebelahku ketika perempuan itu menoleh menatap lawan bicaranya dan tersenyum padanya. Dahiku mengernyit dan mataku menyipit tanpa sadar. Lalu aku mulai mendengus keras saat aku menyadari aku tidak familiar dengan laki-laki yang Vanessa bawa masuk ke apartemennya. Astaga… Laki-laki mana lagi itu yang perempuan itu bawa? Sepertinya perempuan itu belum juga kapok dengan apa yang terjadi baru-baru ini. Apa dia sudah lupa? Bahkan hanya mengingatnya saja bisa membuatku berdecih pelan. Bagaimana bisa perempuan itu selalu menemukan orang baru hampir setiap minggunya? Dan lagi bagaimana bisa semua laki-laki yang ia bawa sama-sama bodoh hingga bisa terjebak dengan kata
Baca selengkapnya
[4]. Tetangga sialan!
VANESSA POV Aku baru saja akan membalas ciuman Richard saat pintu apartemenku tiba-tiba terbuka lebar dan lampu ruanganku menyala terang. Perlu beberapa waktu bagiku dan Richard untuk membiasakan diri dengan cahaya yang menyerang tiba-tiba. Lalu aku melihat Viktor, atau yang biasa kupanggil Vik, tetanggaku yang super ganteng, single, baik tapi suka ikut campur itu, berdiri ditengah pintu apartemenku. Ia menunjukkan senyumnya yang kubalas dengan tatapan sebal. "Halo, tetangga," sapanya tenang seolah tidak melihat apa yang baru saja kulakukan dengan Richard. "Aku melihat pintu apartemenmu sedikit terbuka tapi lampunya padam. Kupikir ada maling atau apa," lanjutnya. Aku mendengus pelan, tahu benar bahwa apa yang Vik bilang bukanlah alasan sebenarnya. Sejak kejadian Else melabrakku tempo hari, Vik sepertinya memang sedikit banyak mulai ikut campur terhadap urusanku. Apalagi jika ia memergokiku membawa laki-laki ke apartemen. Ia pasti akan melakukan segala cara untuk menghentikanku. Sepe
Baca selengkapnya
[5]. Awal mula
VIKTOR POV “... Itulah yang membuatmu tersenyum saat tahu ia memutuskan pacarnya bukan?” kataku mengakhiri kesimpulan yang kulemparkan padanya. Dan bukannya membantah atau apa, Vanessa melemparkan senyum miring yang berhasil membuatku tertegun tidak percaya. Apa dia benar-benar Vanessa yang selama ini kukenal atau seorang psikopat dengan topeng wajah polos untuk menyembunyikan keinginannya yang haus darah? Tapi setelah dipikir-pikir Vanessa tidak pernah menunjukkan ia memiliki sisi psikopat. Setidaknya untuk sekarang aku bisa sedikit santai mengetahui ia tidak akan menggorok leherku karena membiarkan calon korbannya pergi. “Aku tidak percaya kau ternyata cukup pintar juga,” komentar Vanessa. Aku mengerutkan kening mendengar ucapan Vanessa. Sedikit lambat meresapi kata-katanya. Jadi apa maksudnya itu? Apa selama ini dia meremehkanku dan mengira aku bodoh? “Yah… Bisa kubilang kau memang benar. Aku memang tidak berselingkuh dengannya, tapi bukan berarti bukan aku yang merusak hubung
Baca selengkapnya
[6]. Usaha menghentikannya Pt. 1
VIKTOR POV Aku geram. Tentu saja aku geram. Siapapun yang ada di posisiku dan tengah mendengarkan kata-kata konyol Vanessa barusan bisa kupastikan juga akan bereaksi sama sepertiku. Bagaimana bisa Vanessa bermain-main dengan kekasih orang lain tapi menolak kelakuannya disebut perselingkuhan? “Kenapa jadi kau yang marah-marah? Apa kau seperti ini karena pernah diselingkuhi?” Wajahku merah padam. Tapi bukan karena malu. Tidak. Tidak pernah. Aku bahkan belum pernah tertarik menjalani hubungan dengan satu wanitapun seumur hidupku. Karena sebagian besar wanita yang mengetahui latar belakangku, tidak akan mendekatiku tanpa terlihat ketara apa yang dia incar. Jadi jika ditanya apa aku tahu perasaan seseorang yang diselingkuhi, aku tidak perlu menjalin hubungan dulu untuk tahu jawabannya. Aku hanya tidak menjawab pertanyaan Vanessa karena aku tidak sudi membayangkannya. Tapi Vanessa menyalahartikan keterdiamanku. Ia menatapku dengan pandangan iba dan prihatin yang bercampur dengan pengerti
Baca selengkapnya
[7]. Tetangga menyebalkan
VANESSA POV Aku menghela nafas panjang sekali lagi, berusaha menahan rasa jengkelku saat melihat Vik muncul menungguku di depan kantor. Ia menunjukkan senyum lebar menawannya dengan wajah polos sembari melambaikan tangan menghampiriku. “Sepertinya orang itu melambai padamu,” kata Stefan yang berdiri di sampingku. “Benarkah?” responku pura-pura tidak tahu. “Ya. Dia bahkan menuju kearah kita sekarang.” Stefan menoleh kearahku saat Vik meneriakkan namaku dengan lantang. Geez, bocah itu. Apa yang sebenarnya dia lakukan disini? “Sepertinya dia benar-benar kenalanmu. Tapi kau bilang tidak ada yang menjemputmu,” tambahnya kemudian. “Kupikir juga begitu.” Kulihat Vik masih tersenyum lebar saat ia berhenti tepat di depanku. Aku tidak bisa lagi pura-pura tidak mengenalnya sejak ia meneriakkan namaku dengan lantang sampai beberapa orang yang lewat menoleh menatapnya. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku padanya. “Menjemputmu.” Aku melirik mobil yang terparkir tak jauh dari tempat kami
Baca selengkapnya
[8]. Traktir??
VANESSA POV “Kau? Mau mentraktirku?” tanyaku tidak percaya. “Kau?” Vik tertawa kecil. “Kenapa kau kelihatan tidak percaya begitu? Aku juga punya uang kau tahu.” “Aku tahu,” mataku menyipit curiga menatapnya. “Tapi sangat aneh melihat orang yang biasa memintaku masak untuk makan malam agar bisa menghemat uang, tiba-tiba menawarkan diri untuk mentraktir makan diluar. Aku curiga kau punya niat buruk dibelakangnya.” Tawa Vik menyembur keluar mendengar kata-kataku. “Aku akan sangat berterima kasih jika seandainya kau juga seperti ini pada laki-laki lain dan bukannya padaku,” jawab Vik. Tawanya sedikit mereda. “Tapi jika kau khawatir tentang hal itu, jawabannya adalah tidak. Aku tidak punya maksud buruk dengan mentraktirmu makan. Lagipula memangnya kau sudah mengenalku berapa lama sampai mencurigaiku begitu? Aku hanya ingin memastikanmu makan hari ini. Kau bilang kau capek.” “Dan aku juga bilang kalau aku mengantuk, kalau kau ingat,” kataku mengingatkannya. “Kenapa kau malah mengajak
Baca selengkapnya
[9]. Taruhan? Oke!
VANESSA POV “Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti. Vik balas menatapku dan mengangkat dua bahunya, “Yaa siapa tahu itu juga termasuk kan? Kau bilang makanan seperti ini bisa mengatasi rasa kesalmu.” Kali ini giliranku yang mendengus. Astaga… Apa dia baru saja membalasku karena menyindirnya soal ia yang belum mendapat pekerjaan? Aku tertawa kecil. “Mungkin saja. Kau berniat mencobanya?” jawabku singkat sambil mulai menyuapkan potongan daging ke dalam mulut. Gila! Ini benar-benar enak. Pantas saja restoran ini sangat terkenal. “Benarkah?” Aku mengangguk. Tapi kali ini dengan mulut yang sibuk mencicipi masakan lain yang dihidangkan. Tidak ada respon dari Vik yang aku dengar. Untuk beberapa saat kami hanya sibuk mengunyah dan menelan makanan yang rasanya sangat enak. “Kalau begitu kau mau taruhan denganku?” Aku berusaha menelan makanan di mulutku dengan seteguk minuman sebelum menjawab Vik. “Taruhan? Kenapa kau tiba-tiba mengajakku taruhan?” “Karena kurasa ini jalan satu-satuny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status