Malam pernikahan yang seharusnya berakhir dengan bahagia malah berakhir dengan tragis, Raylene Allegra menemukan ayah, ibu dan keluarganya tewas mengenaskan. Seluruh dunia Raylene hancur, dan menjadi lebih hancur lagi ketika dia tahu siapa yang telah membunuh seluruh anggota keluarganya, dia adalah suaminya, pria yang sangat dicintainya, Luca Angelo atau lebih tepatnya Xinlaire Allegra. "Kenapa? Kenapa kau membunuh keluargaku?" Raylene bertanya dengan pilu. "Karena mereka semua pantas mendapatkannya." Raylene ingin mengakhiri hidupnya sendiri, tapi dia tidak bisa melakukannya karena jika dia bunuh diri maka Xinlaire akan membunuh kakaknya yang saat ini berada dalam penjara. Sejak malam itu Raylene terjebak dalam cinta dan benci terhadap suaminya sendiri.
ดูเพิ่มเติมKekacauan dan api terjadi hampir di setiap tempat. Raylene berlari di antara semua kegaduhan itu. Satu-satunya tempat yang ingin dia datangi adalah tempat istirahat orangtuanya. Dia harus memastikan keselamatan orangtuanya di atas keselamatannya sendiri.
Raylene berlari seperti orang kesetanan sebelumnya, tapi ketika dia memasuki tempat istirahat orangtuanya tubuhnya seketika kehilangan tenaga.
Mayat-mayat prajurit dan pelayan di tempat itu tergeletak dengan darah yang membasahi tubuh mereka. Raylene masih melangkah, dan langkahnya terhenti ketika dia melihat mayat ayah dan ibunya yang tergeletak tidak berjauhan.
Tubuh Raylene jatuh. Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan apa yang tengah dia rasakan saat ini. Semua fokus Raylene kini tertuju pada orangtuanya, wanita itu merangkak dengan suara serak yang memilukan.
"Ayah! Ibu!" Ratapan pilu Raylene terdengar menyakitkan. Air matanya mengalir tanpa henti, kerongkongannya sangat sakit, begitu juga dengan hatinya.
Raylene meraih tubuh ayahnya lalu berpindah ke tubuh sang ibu. Tangan gemetarnya telah dinodai oleh darah. Gaun malam yang dia kenakan telah basah karena darah kedua orangtuanya.
"Ayah! Ibu! Jangan tinggalkan aku." Raylene bersuara tercekat.
Sementara itu di luar masih terus terjadi pertarungan. Tidak hanya di istana, tapi di beberapa kediaman bangsawan juga terjadi hal yang sama.
Mereka semua yang mendapatkan serangan malam ini adalah para pengikut setia ayah Raylene.
"Yang Mulia ayo tinggalkan tempat ini." Melissa, pelayan pribadi Raylene memegangi lengan Raylene. Dia harus menyelamatkan nyawa majikannya.
Raylene yang tidak memiliki kekuatan lagi hanya mengikuti tarikan Melissa, tapi akhirnya wanita itu berhenti melangkah. "Aku tidak bisa pergi, aku harus mencari suami dan kakakku."
"Yang Mulia, Anda harus pergi. Anda harus menyelamatkan diri Anda. Putra Mahkota mungkin sudah tewas." Melissa masih mencengkram tangan Raylene erat. Dengan sekuat tenaganya wanita itu menarik Raylene dan membawanya meninggalkan tempat itu.
Akan tetapi, beberapa prajurit datang menghadang Raylene dan Melissa.
"Yang Mulia, Anda tidak diizinkan meninggalkan istana." Salah satu prajurit berbicara.
Melissa segera mengarahkan pedang dengan siaga. Ada empat prajurit, dia mungkin tidak akan bisa menghalau mereka semua, tapi dia bersedia mati untuk majikannya asalkan majikannya bisa menyelamatkan diri.
"Yang Mulia saya akan menghalangi mereka, segera selamatkan diri Anda." Melissa menatap Raylene dengan yakin, lalu wanita itu menyerang keempat prajurit.
Raylene tidak bisa mati sebelum dia bertemu dengan suaminya, tapi dia juga tidak bisa membiarkan Melissa berkorban untuknya. Wanita itu mengambil senjata yang tergeletak di dekatnya lalu mulai bertarung dengan para prajurit.
Setelah berhasil mengalahkan empat prajurit itu, Raylene hendak berlari lagi, tapi Melissa kembali menahannya.
"Lepaskan aku, Melissa. Aku harus menemukan suamiku."
"Maafkan saya, Yang Mulia, saya tidak bisa membiarkan Anda bertemu dengan pria keji itu."
"Apa maksudmu, Melissa?"
"Penyerangan malam ini dipimpin oleh Jenderal Luca. Dia berkhianat. Jenderal Luca adalah orang yang telah membunuh Raja dan Ratu."
Dunia Raylene berhenti berputar. Kata-kata Melissa mulai menggema di telinganya. Lalu berikutnya dia menolak untuk mempercayai kata-kata Melissa. Dia tidak bisa menerima pukulan sebesar itu setelah mengalami pukulan besar lainnya.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin. Luca tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Yang Mulia, kita tidak memiliki waktu lagi. Jenderal Luca tidak akan membiarkan keluarga kerajaan tersisa." Melissa masih berjuang untuk membawa Raylene meninggalkan istana.
Namun, Raylene melepaskan cengkraman tangan Melissa. Wanita itu pergi tanpa bisa dicegah. Dia tidak menghiraukan panggilan dari pelayannya sama sekali.
Kata-kata Melissa masih terus menempel di otak Raylene, dengan langkah tergesa wanita itu pergi mencari Luca.
Melissa pasti salah, ya, pelayan pribadinya itu pasti salah. Luca adalah pria yang penyayang dan penuh perhatian, dia tidak mungkin melakukan hal mengerikan seperti yang dikatakan oleh Melissa.
tbcPemakaman Raphael telah dilakukan, saat ini Raylene sedang menggendong putranya."Raylene, ayo kembali." Xinlaire harus menjelaskan pada Raylene ketika Raylene sudah lebih tenang. Kali ini ia merasakan bagaimana rasanya difitnah dan ia tidak memiliki bukti untuk menunjukan bahwa ia tidak bersalah sama seperti yang terjadi ketika Raylene difitnah oleh Charlotte ketika Raylene mengalami keguguran.Raylene mengangkat kepalanya, matanya masih sembab karena menangisi kepergian kakaknya."Kembali? Aku tidak akan pernah kembali bersamamu."Xinlaire tidak menepati janjinya, pria itu sekali lagi telah menghancurkan hati dan kepercayaannya."Menyingkir!" Raylene mengeluarkan belati yang ia simpan di balik gaunnya. Siapapun yang berani menghalanginya maka orang itu akan mati.Di sebelahnya ada Nora yang juga mengeluarkan belati, Nora akan menemani ke mana pun Raylene pergi."Jangan menyakiti Ratu ataupun Putra Mahkota!" Xinlaire memperingati orang-orangnya yang saat ini sudah siaga.Namun
Hari ini Xinlaire membuka gerbang, ia dan seluruh pasukannya kini berada di tanah lapang menghadapi Bennedict dan juga Raphael.Kedua belah pihak berada di tempat masing-masing saling berhadapan dengan keinginan untuk saling mengalahkan.Bennedict memiringkan wajahnya menatap Raphael mengejek. "Tampaknya adikmu gagal menjalankan tugasnya."Jika Raylene gagal maka bagaimana keadaan Raylene saat ini apakah Raylene dibunuh oleh Xinlaire?"Kau tidak perlu mencemaskan adikmu, Mantan Putra Mahkota Raphael. Raja Xinlaire pasti tidak akan membunuhnya. Adikmu terlalu cantik untuk menjadi mayat, selain itu Raja Xinlaire juga memiliki anak dengan adikmu, tapi mungkin saat ini nasib adikmu tidak terlalu baik.""Aku pasti akan membunuh bajingan itu hari ini!" Raphael berkata dengan tatapan sinis pada Xinlaire yang berada jauh di sana.Pasukan dua kerajaan itu mulai bergerak saat pemimpin mereka memberikan arahan untuk menyerang.Pagi itu cuaca sangat cerah, semangat dari kedua pasukan membara.
Raylene membuka matanya ketika ia merasa bahwa Xinlaire telah terlelap. Tangan wanita itu bergerak ke bawah bantalnya, ia mengambil belati yang sudah ia simpan sejak beberapa saat lalu.Tangan wanita itu menggenggam belatinya dengan kuat, ia duduk dengan perlahan lalu kemudian mengayunkan belatinya ke dada Xinlaire.Namun, gerakannya yang semula dipenuhi oleh keyakinan kini terhenti tepat ketika ujung runcing belati itu hanya kurang satu senti dari dada Xinlaire, tempat di mana jantung pria itu berada.Sekali lagi Raylene mengalami pertentangan batin. Dia masih tidak tahan untuk membunuh Xinlaire.Tekadnya saat ini mulai goyah, tangannya mulai gemetar. Nyatanya ia hanyalah Raylene Allegra yang tidak akan pernah mampu membunuh Xinlaire.Raylene mengutuk dirinya sendiri yang masih memiliki kelembutan hati untuk pria yang telah menyakitinya sedemikian rupa.Ia merasa bahwa dirinya benar-benar menjijikan, bahkan setelah semuanya, ternyata masih tersisa rasa untuk Xinlaire. Di dunia ini, t
Malam harinya saat semua orang masih sibuk menyingkirkan mayat dan membersihkan bekas perang Raylene menyusup keluar dari Kota Perth melewati jalur rahasia.Sekarang ia berada di tengah hutan yang gelap, Raylene mengandalkan pengetahuannya tentang alam untuk sampai ke tenda musuh."Siapa kau?!" Seorang prajurit yang sedang berpatroli menghentikan Raylene. "Ada penyusup di sini!""Aku ingin bertemu dengan Tuan Raphael," seru Raylene. "Aku adalah adiknya, Raylene Allegra."Beberapa prajurit segera berkumpul, mereka mengarahkan pedang pada Raylene.Semua prajurit yang ada di depan Raylene tahu bahwa Raphael memang memiliki adik, dan adik pria itu saat ini adalah Ratu Allegra.Karena wanita di depan mereka mengaku sebagai adik Raphael, mereka tidak bisa bertindak sembarangan."Beritahukan Tuan Raphael bahwa ada wanita bernama Raylene Allegra ingin bertemu dengannya." Salah satu orang yang mengarahkan pedang pada Raylene adalah komandan pasukan."Baik, Komandan Jackson."Beberapa sa
"Bagaimana dengan pasukan bantuan Kerajaan Allegra?" Bennedict bertanya pada mata-mata yang ia kirim untuk mengawasi di luar gerbang kota Vegaz, kota yang terletek sebelum kota Perth. Jika pasukan bantuan ingin pergi ke kota Perth, maka mereka harus melewati gerbang kota Vegaz terlebih dahulu."Pasukan bantuan Kerajaan Allegra masih berada di Kota Vegaz, Yang Mulia. Belum ada tanda-tanda mereka akan meninggalkan Kota Vegaz."Senyum tampak di wajah Bennedith. Pasukan bantuan tampaknya sangat berhati-hati. Mungkin saat ini mereka masih menyusun strategi untuk menembus para pasukannya yang telah mengepung Kota Perth.Tidak peduli strategi apapun yang sedang direncanakan oleh para jenderal Allegra, mereka tidak akan bisa mencapai grebang kota Perth. Pasukannya telah berjaga di bukit bebatuan, jika pasukan bantuan melewati bukit bebatuan itu, maka pasukannya akan menghujani pasukan bantuan dengan panah api dan batu dari atas.Pada akhirnya pasukan bantuan hanya akan menarik mundur pasukann
Pasukan musuh berhasil memanjat dinding benteng, serangan panah api dan bola api berhasil membuat pasukan yang berjaga di atas benteng berguguran.Raylene memegang pedangnya kuat, saat ada prajurit yang berhasil naik ia akan mengayunkan pedangnya membunuh prajurit-prajurit itu. Situasi di atas benteng semakin memanas, api di mana-mana, suara denting pedang beradu terdengar hampir di setiap sudut.Xinlaire memperhatikan Raylene yang berada tidak begitu jauh darinya sembari terus menyerang pasukan musuh. Xinlaire tidak bisa tidak memuji keberanian istrinya, baik dulu ataupun sekarang ini adalah pertama kalinya Raylene ikut dalam peperangan seperti ini, tapi Raylene tidak takut sama sekali. Ia benar-benar tidak salah jatuh cinta pada Raylene.Waktu berlalu, pasukan musuh kini ditarik mundur. Gerbang kota Perth masih bisa dipertahankan. Hari ini kerajaan Onyx kehilangan cukup banyak pasukannya, begitu juga dengan Allegra.Prajurit mulai mengangkat mayat-mayat yang bergeleta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น