ホーム / Rumah Tangga / Teman Ranjang Majikanku / Bab 4 Bangkai Itu, Semakin Kuat Tercium

共有

Bab 4 Bangkai Itu, Semakin Kuat Tercium

作者: Dewa Ndaru
last update 最終更新日: 2025-11-16 12:14:51

Orient Park Hotel bintang lima

"Turun sini saja Pak," tutur Kartika dari bangku belakang.

Sopir taksi menurutinya. Perlahan memelankan laju mobil lalu berhenti tepat di tempat yang Kartika kehendaki.

"Terimakasih," ucapnya lagi.

Tidak butuh waktu lama, taksi pun kembali berlalu. Meninggalkannya seorang diri di tempat tadi.

Kartika berdiri sejenak, menatap lurus ke depan. Mendongakkan kepala, menatap gedung tinggi yang berdiri megah di hadapannya. Bukan hanya satu, dua tapi disekitar distrik ini banyak berdiri megah gedung-gedung pencakar langit.

Tempat ini masih terasa asing untuk ia datangi. Bukan juga tempat yang biasa ia kunjungi. Ini semua karena Bayu yang meminta.

Bayu yang sengaja meminta untuk datang kemari. Sekedar menemani ngopi atau haha hihi.

Kartika mengeratkan jari jemarinya, menentang tas kecil yang ia bawa dari rumah.

Tanpa ragu kaki ini melangkah masuk. Melewati barisan para petugas keamanan yang berdiri di depan lobi. Terus berjalan melewati lobi lalu berhenti, menunggu lift terbuka.

Perasannya mulai tidak karuan. Campur aduk antara rasa takut dan trauma.

Matanya mulai awas, intens melirik orang-orang yang berdiri di sekitar.

Prasangkanya berkata aneh, merasa sedang diawasi. Merasa orang-orang ini sedang melihat kearahnya. Kenyataan tidak satupun dari mereka yang melihat ia. Orang-orang ini terhitung cuek. Tidak juga menggubris atau mencurigai.

Termasuk pada penampilan Kartika yang terlihat lebih sederhana. Berbeda dengan para pengunjung lainnya.

Tetap saja Kartika merasa gerak-geriknya sedang diawasi.

Selama menunggu pintu lift terbuka, Kartika tundukkan wajah. Berjaga-jaga jika sewaktu-waktu ketahuan orang yang dikenal.

Ting!

Lift yang ditunggu datang juga. Kartika dan beberapa orang yang sudah menunggu, merangsak masuk. Untuk saat sekarang ia bisa sedikit tenang. Sebentar lagi akan menjumpai Bayu yang telah menunggunya semenjak tadi.

Ting!

Pintu lift kembali terbuka di lantai 26. Kartika segera keluar, buru-buru berjalan menyusuri lorong panjang menuju privat room yang sudah Bayu pesankan.

Kartika menepati janjinya untuk datang. Memenuhi keinginan Bayu.

Datang bukan hanya sekedar untuk patuh pada perintah majikan, tapi datang untuk menuntaskan hasrat biologisnya.

Langkahnya yang panjang telah mengantarkannya ke depan sebuah ruang. Kartika berdiri disana, perlahan mengetuk pintu sambil menyebut nama.

Tok tok

"Mas-Mas Bayu, ini aku Kartika."

Bayu yang berada di dalam ruangan segera mengetahui sinyal kedatangan Kartika.

Ia tersenyum kecil, gegas menjumpai Kartika yang baru tiba.

"Kemana aja sih? Aku lama nunggunya," protesnya setelah membukakan pintu. Tanpa aba-aba ingin mengecup pipi Kartika.

"Mas!" Kartika bertindak cepat. Memundurkan wajah menghindari serangan Bayu yang cepat.

"Kenapa?" tanyanya sedikit tidak enak. Tidak biasa Kartika menghindari saat akan disentuh.

"Jangan disini, aku malu," alasannya bisa Bayu pahami.

Wajar saja jika Kartika takut. Di tempat mereka berdiri sekarang di sepanjang lorong panjang. Takut saja jika ada orang lain yang melintas lalu merekam momen intim keduanya.

Bayu menganggukkan kepala. Mengajak segera Kartika masuk.

"Ayo!"

Kartika anggukan kepala, patuh saat tangan ini digandeng Bayu masuk ke dalam ruangan dan pintu kembali Bayu kunci dengan rapat.

"Kamu duduk dulu disana! Aku selsaikan dulu latihannya!"

Kartika kembali mengangguk kecil. Berjalan menuju sofa yang Bayu tunjukkan. Sementara Bayu masih bergelut dengan hobinya, gym. Sekedar menyegarkan badan dan menghilangkan penat di pikiran.

Namun tidak lama ia kembali menjumpai Kartika. Mengajak wanita cantik ini masuk bersamanya ke dalam sebuah ruang.

"Kita mau kemana mas?"

"Pemanasan, nanti kamu juga suka," ujarnya tersenyum nakal.

Bayu enggan lagi menunda lebih lama. Tangannya yang terampil ini melucuti pakain yang Kartika kenakan. Menjamah seluruh permukaan kulitnya yang mulus nyaris tanpa cela.

"Aaahhh...Mas..."

*

Jacuzi Private Room,

Tubuh polos Kartika dan Bayu tenggelam ke dalam air hangat jacuzi. Gelembung-gelembung kecil mengelilingi kulit mereka yang basah.

Tangan kanan Kartika mencengkram erat tepi kolam, kuku-kukunya yang lentik menekan keras ke permukaan keramik. Sementara nafasnya terengah-engah mengeluarkan erangan kecil.

"Eummphh...ahh..."

Matanya terpejam, alisnya sedikit berkerut. Menandakan sensasi yang membuncah di dalam dada. Setiap Bayu menggesek miliknya, seolah membebaskan beban yang selama ini menumpuk di pundak.

Wajah Kartika memerah hangat. Bibirnya tercekat seolah menahan gelombang kenikmatan yang tidak ingin lekas pergi.

Dalam hening itu, hanya suara gemericik air dan detak jantung yang terdengar. Menandai momem intim yang begitu mendalam baginya.

Selesai dengan itu, Kartika bangkit lebih dulu dari kolam. Meraih handuk untuk membalut tubuhnya yang polos.

"Kamu mandi dulu saja. Aku masih mau disini. Kalau kamu mau pulang duluan juga gak apa-apa. Nanti biar aku pesankan taksi."

Kartika mengangguk mengerti. Tanpa penjelasan lagi, ia segera bergegas pergi menuju ruang ganti. Membasuh dulu tubuhnya sebelum kembali pulang.

Sementara Bayu, masih menikmati harinya. Berendam sebentar dalam kehangatan kolam jacuzi.

*

Sudut lain Hotel,

Dona duduk, berkumpul dengan teman-temannya. Biasa selain menikmati makan siang juga sambil ngerumpi.

Orient Park Hotel, siang itu lumayan ramai dikunjungi. Selain letaknya yang strategis, Hotel bintang lima ini juga memiliki banyak fasilitas. Gym, Jacuzi, Bar dan Restoran.

Restorannya cukup terkenal di kalangan jetzet. Dijam makan siang begini. Restoran ramai didatangi orang-orang yang ingin menikmati sajian hidangan western.

Dona masih asyiknya berbincang. Sepintas lirikan mata ini melihat Kartika yang berada di satu tempat dengannya.

"Kartika," ucapnya begitu tidak yakin sampai membelakan bola mata.

Dahi Dona berkerut. Rasanya mustahil Kartika berada di area ini. Keingintahuannya tidak bisa dibendung. Dona gegas beranjak dari duduknya, menyusul Kartika.

"Bentar ya!" pamitnya berlalu pergi. Berjalan secepat mungkin, mengejar Kartika.

"Kartika! Kartika!"

Kartika belum mendengar, percaya diri melangkah. Secepatnya ia ingin keluar dari tempat ini. Kembali menjalani profesi aslinya.

"Kartika!" panggil Dona lagi sedikit kencang. Kartika baru tersadar. Menoleh ke belakang saat ada seseorang yang memanggil jelas namanya.

"Mbak Dona," lirih Kartika panik saat Dona berjalan cepat, mengarah padanya.

"Ada urusan apa kamu kesini?"

Kartika tidak bisa menutupi rasa gugupnya. Meremas-remas tangannya yang mulai dingin.

"I-itu Mbak, saya habis ketemu temen saya."

"Teman, siapa? Teman kamu kerja di sini?" cecar Dona memicingkan mata. Melihat gelagat aneh Kartika. membuatnya tambah curiga. Selain itu Kartika selalu membuang wajahnya kearah lain. Enggan menatap lawan bicara.

"I-iya Mbak." Terpaksa Kartika berbohong. Menutupi kecurigaan Dona. "Ya udah ya Mbak, saya harus segera pulang. Permisi!" tandasnya berlalu pergi, enggan berbasa-basi.

"Eh, tunggu..." Kartika acuhkan seruan Dona. Secepat mungkin pergi. Menghindari kehadiran wanita ini. Secepat mungkin berlari jauh sampai jalan. Menghindari masalah yang lebih besar lagi. Jujur, ia belum siap menghadapi semua konsekuensi itu seorang diri.

Dona tetap berada di tempat, mematung dengan segudang pertanyaan yang belum terselsaikan. Baginya mustahil Kartika bisa sampai ke tempat ini seorang diri. Hotel sekelas ini, jarang didatangi orang-orang seperti Kartika.

"Siapa Don?" Jesica dengan cepat menghampiri, sontak membuat Dona kembali tersadarkan.

"Enggak, itu Kartika-," sahutnya terhenti, mulai pusing memijat kening. Berusaha untuk tetap berpikir positif.

"Oh." Jesica mulai mengerti, mengambil ponsel dari dalam tas. Menunjukan sesuatu pada Dona. "Cewek yang ini bukan?" tanyanya menunjukkan sesuatu.

Fokus Dona teralihkan, menatap jeli foto yang tertera pada layar. Dunianya serasa terbalik saat itu juga. Nafasnya berubah berat, degup jantungnya berdetak lebih kencang. Tangan dan bibirnya ikut gemetar.

"Kemarin aku gak sengaja ketemu mereka pas lagi makan. coba deh nanti kamu tanya lebih jelasnya sama mereka," ungkap Jesica yang sempat memotret kebersamaan Kartika dan Bayu.

"Kartika!" lirihnya dengan suara bergetar. Melihat keakraban Bayu dan Kartika saat sedang makan di sebuah restoran.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 6 KEGEEP

    Dona belum yakin sepenuhnya dengan yang dijumpai. Melebarkan kedua bola mata. Melihat jeli sosok lelaki yang berdiri di sebarang sana. Sementara Bayu masih dengan gaya santainya. Mengucek mata, seolah tidak ada masalah. "Kenapa sih?" katanya lagi sempat menguap lebar sambil mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Darimana kamu?" hardik Dona curiga. Belum juga melepas pundak Kartika dari cengkraman. "Darimana? Pertanyaan macam apa ini? Apa kamu gak lihat kalau aku baru bangun tidur." Bayu sedikit tersulut, namun tetap berusaha untuk meyakinkan. Meski kebenarannya akan terdengar lebih pedih ketimbang yang ia sampaikan. Dona merubah pandangan. Berganti menatap pada Kartika. Lirikan matanya begitu tajam. Menatap cermat pada sosok Kartika yang berdiri persis di depannya. Secuil pun tidak ada hal yang lolos dari bidikan matanya. "Benar begitu?" Kartika mengangguk pelan. Mengiyakan apapun yang Bayu katakan. Sejak awal ia tidak berani untuk menatap. Menunduk takut, tidak ber

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 5 BOOMP!

    Butuh waktu semalam untuk Dona berpikir tentang semua. Foto itu serta temuan pil kontrasepsi di atas kulkas, semakin menguatkan keyakinan jika ada hubungan gelap antara Bayu dan Kartika. Dona tidak bisa menunda lagi, pagi buta ia bergegas pergi menuju apartemen sang kekasih. Mengendarai mobil Suv putih. Memecah jalanan ibukota yang masih lengang. "Kartika!!" ucapnya marah penuh dendam. Tangan sudah geram ingin menjambak, bibir ini juga tidak berhenti berkata kotor. Dada rasanya begitu sesak, matanya dipenuhi api amarah. Sampai ingin menangis saja tidak bisa. Ingin segera sampai tujuan, menumpahkan semua kekesalannya pada mereka. Dona sedikit tidak awas pada jalanan yang dilaluinya. Emosinya telah menguasai pikiran. Ia tambah laju kendaraan semakin kencang. "Arrggghhh!" teriaknya marah campur frustasi. Memukul kencang stang mobil. * * Luna Bay Suites, lantai 30 "Eumphh..." Kartika menggigit bibirnya erat. Napasnya tetersengal-sengal saat tubuh Bayu bergerak

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 4 Bangkai Itu, Semakin Kuat Tercium

    Orient Park Hotel bintang lima"Turun sini saja Pak," tutur Kartika dari bangku belakang. Sopir taksi menurutinya. Perlahan memelankan laju mobil lalu berhenti tepat di tempat yang Kartika kehendaki. "Terimakasih," ucapnya lagi. Tidak butuh waktu lama, taksi pun kembali berlalu. Meninggalkannya seorang diri di tempat tadi. Kartika berdiri sejenak, menatap lurus ke depan. Mendongakkan kepala, menatap gedung tinggi yang berdiri megah di hadapannya. Bukan hanya satu, dua tapi disekitar distrik ini banyak berdiri megah gedung-gedung pencakar langit. Tempat ini masih terasa asing untuk ia datangi. Bukan juga tempat yang biasa ia kunjungi. Ini semua karena Bayu yang meminta. Bayu yang sengaja meminta untuk datang kemari. Sekedar menemani ngopi atau haha hihi. Kartika mengeratkan jari jemarinya, menentang tas kecil yang ia bawa dari rumah. Tanpa ragu kaki ini melangkah masuk. Melewati barisan para petugas keamanan yang berdiri di depan lobi. Terus berjalan melewati lo

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 3 Musuh Dalam Selimut

    Luna Bay Suites, 19:45 Kartika beranjak bangun dari tempat tidur. Berada di kamar ini membuatnya begitu nyaman. Terlupa jika hari sudah beranjak malam. Kasur berukuran king dengan selimut wol berwarna krem, selalu saja mengundang untuk datang. Terlebih wangi aroma kayu manis dan vanilla samar-samar menguar dari lilin aromaterapi yang semakin membuat tempat ini terasa hangat. Kartika palingkan dirinya dari sana. Memunguti satu persatu pakainnya lalu memakaikannya kembali ke badan. Sementara, Bayu masih berada di kamar mandi. Menyegarkan kembali tubuhnya setelah senam jasmani. Kartika bisa melihatnya, karena sekat kamar mandi hanya berupa kaca transaparan. Sesekali Bayu kepergok melempar senyum sambil melambaikan tangan pada Kartika yang ada di luar. Kartika menoleh, membalas senyum dan lambain tangan. Sementara Bayu masih berkutat di dalam sana. Kartika berkeliling dulu dalam kamar. Menata barang-barang yang berserakan serta menata foto-foto milik Bayu saat masih duduk di ba

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 2 Pil Kontrasepsi

    "Bawa saja ini. Alamatnya sudah tertera jelas disitu. Nanti begitu sampai stasiun, kamu hubungin saja temanku. Dia yang akan mengantarmu ke tempatnya." Kartika mengangguk paham saja. Berbekal kartu nama dan beberapa helai salinan baju. Ia nekat pergi bekerja di kota. Tidak mudah memang, tapi ia tidak punya pilihan lain. Minim pendidikan dan juga skill. Hanya pekerjaan ini satu-satunya yang ia bisa lakoni. Kartika sudah sampai pada alamat tujuan. Menunggu di luar, berdiri di ambang pintu masuk unit apartemen. Sambil memegang selembar kartu nama yang diberikan seorang teman."Jadi kamu orangnya?" Kartika tertegun sewaktu mendengar suaranya. Mengangkat wajah perlahan, menatap kagum pada pria yang berdiri di depan. Suaranya sarat kesan seksi dan menggoda. Tidak berhenti sampai disitu saja, kaos tipis sedikit basah serta celana pendek yang pria ini kenakan. Turut membuatnya sampai menelan ludah. "Iya, saya Kartika." Kartika berbicara cepat sambil mengulurkan tangan kanan. "Aku Bayu.

  • Teman Ranjang Majikanku   Bab 1 Tubuhmu, Memabukkanku

    14.25Ruang rapat, Bhuana Tower Suasana dingin dan tegang menyelimuti selama rapat berlangsung. Tampang mereka tampak serius. Selama lebih dari dua jam rapat berlangsung. Tidak ada satupun dari mereka yang berani memulai dengan guyonan lucu."Keadaan pasar semakin buruk karena demo kemarin. Saya khawatir, jika keadaan ini terus dibiarkan maka perusahaan bisa bangkrut." "Para investor dari luar juga sudah mulai panik. Bahkan sudah terlihat ada yang menjual semua aset mereka. Semalam saya sudah berkordinasi juga dengan pimpinan untuk mengurangi ekspansi kita di berbagai perusahaan anak cabang, tapi sepertinya itu belum bisa membalikan keadaan jadi baik." "Jadi bagaimana solusi anda Pak? Apa perusahaan harus mengambil langkah terakhir dengan melakukan PHK masal?" Semua orang berubah diam. Kompak menatap depan. Pada seorang pria yang duduk di kursi berbeda dari lainnya. Tatapan wajah mereka banyak memiliki arti. Menaruh harapan besar pada pria itu. Menanti dengan sabar jawaban yang a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status