Lagi dan lagi, Mao harus menerima rentetan celotehan panjang kali lebar kali tinggi milik Rafa yang saat ini duduk disampingnya sambil menyuapkan cemilan cake yang ia beli sebelum mampir ke kosan.
Mao menduga, bibir milik kekasihnya itu habis di charge 100 persen sehingga begitu tahan lama dan sampai membuat telinga Mao kepanasan. Salahnya sendiri memang yang kebiasaan mengheningkan dering handpone ketika berada diluar rumah entah karena alasan apa.
Sebagian kapasitas otaknya ia gunakan untuk mendengar setia rentetan kaset rusak yang didendangkan Rafa. Waktu 1 jam rasanya belum cukup puas menahan mulut itu untuk tidak lagi cuap cuap. Jangan sampai cerita didalam kartun yang telinganya mengeluarkan asap akan benar terjadi, bisa viral nanti.
Mao juga saat ini sedang kalang kabut meski diluar nampak biasa aja, namun siapa sangka sesungguhnya ia sedang berpikir keras bahwa harus ada kejelasan tentang apa yang telah terjadi belakangan ini.
Bagaimanapun,
Flashback OnSatu tahun yang lalu. Mao menyaksikan sendiri bagaimana kerusuhan yang terjadi disemua minimarket, pasar dan semua warung warung yang menyediakan kebutuhan sehari hari.Saling sikut, saling mendahului, saling berteriak satu sama lain, saling menjatuhkan begitu jelas dalam jangkauan matanya. Tak peduli wanita, pria, nenek,kakek, remaja, anak anak semua seolah gelap mata dan berubah rusuh berebut semua yang terpajang bahkan penjarahan terjadi disana.Kemunculan berita yang mengatakan dunia sedang dilanda pandemi dan mengharuskan mengambil tindakan lockdown, masyarakat seolah berbondong bondong menyetok kebutuhan harian mereka dengan brutal disana.Mao yang saat itu baru saja akan berganti shift kerja dengan temannya,harus menyaksikan kengerian itu dan hanya menahan sesak dan tangis. Buru buru, ia menghubungi sang ibu untuk jangan keluar rumah dan mengunci semua pintu, jendela sampai pemerintah mengambil tindakan cepat untuk ma
Setelah jeda terbentang panjang. Baik Mao dan Rafa kini sudah bisa menguasai hati menjadi lebih baik dan kembali berpijak dengan ditandai acara saling melempar senyum. Menghapus jejak air mata kala ingatan terputar dengan rekaman kejadian yang berbeda namun memiliki kepiluaan setara.Rafa berdehem sambil mengamit kedua tangan Mao yang mendadak gugup. Melanjutkan pertanyaan kekasihnya tentang hubungan mereka. Aura maskulin seketika terpancar saat kedua mata hazelnya menatap lembut."Ayo kita melangkah lebih serius, Mao" Ucap Rafa penuh kesungguhan.Pipi Mao bersemu merah. Perasaannya dag dig dug seperti diajak naik roll coster."Ini kamu lamar aku? Ih ga romantis bangeett jadi cowok. Gak modal lagiiiiii" Sungut Mao yang mendapat sambaran ciuman di pipi.Kilas bangetttt, tapi mampu menambah debaran keduanya."Yaaaaaaaaaaaaaak. Ini first kiss aku buat Nam Do San taaaaaaaaaaaaaaaaau""Bodoamaaaaaat" Balas Rafa yang
Mao baru selesai mematikan kompor dan menuang indomie kuah yang berisikan telor dan bakso kedalam mangkok. Perutnya berbunyi lapar saat jam sudah merujuk pada dini hari dan ia tidak bisa tidur dalam keadaan perutnya yang meronta untuk segera diisi.Tidak ingin menyalakan televisi, Mao hanya mendendangkan lagu bernada mellow. Menemaninya menyuap helai demi helai mie dengan nikmat sambil matanya yang bergerilya scroll instagram.Senyum mengembang begitu saja saat kekasihnya, post foto beberapa jam lalu dan mematikan kolom komentar karena tidak ingin membuat khalayak terlalu kepo akan kehidupannya. Netizen istilah jaman sekarang. 800 like. Wowwwww..Foto mereka yang diambil tadi siang saat pernyataan manis keduanya terlontar. Monokrom dengan wajah Mao yang menghadap kesamping dan Rafa yang merebahkan kepalanya di bahu Mao. Cute.Namun masih ada kejanggalan bagi gadis berzodiak Virgo itu yang saat ini belum jujur tentang background pekerja
Rafa masih menggunakan handuk sepinggang berwarna putih dengan atasan yang memperlihatkan dada bidangnya disertai sekat sekat kotak yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya meneguk liur.Ia sengaja bangun pagi buta hanya untuk sarapan bersama di kos-an Mao. Katakanlah Rafa bucin, pasalnya baru kemarin ia berkunjung dengan segala celotehan akan tindakan Mao yang selalu tidak mengangkat panggilannya dan pergi entah kemana tanpa pamit.Bukankah didalam hubungan juga perlu sebuah kejujuran?Maka untuk menambah daya energi sebelum menghadapi tumpukan berkas yang meminta perhatiannya di kantor. Rafa akan dengan senang hati berkunjung kembali,melihat,memandang wajah cantik kekasihnya. Ah, atau bisa disebut calon istrinya."Sial. Gak sabar bawa Mao ke penghulu"Rafa senyum senyum sendiri. Bersiul kesenangan. Menghadapkan wajah tampannya pada kaca besar dan mengambil baju formalnya di walk in closet.Sebuah pemberit
"Permisi tuan. Nona yang anda cari sudah berada di ruang tamu" Ucap Zaki sambil membungkuk tanda hormat.Tuan besar yang saat ini tengah melamun melempar arah ke gazebo taman dengan dibantu kursi roda mengangguk kecil, tanpa menoleh.Langsung saja tanpa berharap dapat balasan kata, Zaki bergegas menyuruh salah satu maid yang terbiasa berjaga di depan kamar tuan besarnya untuk memanggil Mao yang baru saja menyesap teh hijaunya."Maaf nona, mari ikuti saya"Hampir saja, Mao tersedak karena sedang menikmati hirupan teh hijau dan dengan cepat menguasai diri. Bergegas berdiri, mengikuti kemana langkah kaki maid tersebut.Ruangan dengan penjagaan beberapa maid di depannya sudah ditebak Mao bahwa ia akan dibawa kesana. Kamar tuan besar yang bahkan sampai saat ini belum juga diketahui namanya.Zaki sudah berdiri disana. Mengarahkan Mao untuk menyapa tuan besarnya itu terlebih dahulu."Selamat pagi tu.... "
Rafa mengamuk.Jelas jelas ia tidak akan terima apa yang baru saja dikirimkan oleh orang kepercayaannya sebuah foto.Foto yang memperlihatkan Mao sedang terlibat obrolan pada seorang pria berkacamata hitam dari balik kemudi. Pria asing yang bahkan Rafa sendiri belum pernah melihat atau mendengar dari Mao. Lalu ada hubungan apa mereka? Pagi pagi buta?"Maaf tuan, saya kehilangan jejak. Sepertinya pria itu tau bahwa ada yang mengikutinya dan dia langsung melesat dengan kecepatan tinggi" Sesal Bagas, orang kepercayaan sekaligus asisten pribadinya.Rafa meremukkan foto itu dan melemparkan ke segala arah. Habis sudah kesabarannya. Selama ini, mungkin ia sudah memberi keluasan Mao untuk berkelana menyembuhkan hati karena kehilangan orang terkasih. Pekerjaan.Ia selalu memberi kebebasan Mao untuk pergi jalan jalan dengan syarat,ia wajib mengabarinya kemana gadis itu akan pergi. Bukan karena ingin b
Di kediaman super mewah.Mao dan Zaki masih dalam mode terkejut. Saling lempar pandang dengan artian masing masing. Pasalnya, tuan besarnya itu langsung meminta untuk segera di peluk. Sesuai dengan job desk gadis yang saat ini masih diam mematung.Tersadar, Mao langsung buru buru. Berjalan beberapa langkah menghampiri. "Ba.. baik tuan"Zaki juga mengambil alih kursi roda dan menghadapkan tuan besarnya itu.Mao dan tuan besarnya berbagi pandang. Mao bahkan harus mereguk ludah bahwa klien sultannya ini benar benar tampan.O M G.Sinyal pertolongan serta kehampaan tersampaikan dan diterima Mao saat ia sudah mensejajarkan tingginya. Entah kenapa, kali ini ia sedikit gugup dan grogi. Apa ada Zaki yang mengawasi atau ada hal lain?"Bbu.. ka""Hah? ""Ya tuan. Ada apa?""B..b..ba..ju""HAH? "
Adam mendengus saat ajakan makan malamnya diabaikan begitu saja oleh kakaknya yang baru pulang dari kantor dan bergegas menuju kamar.Suara bantingan pintu mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang membuat Rafa berbuat sedemikian sampai mengabaikan adik tercinta dengan makanan yang sudah tersaji."Ada apa lagi sih? Heraaaaan. Jadi orang dewasa banyak banget masalahnya" gumam Adam yang semangat 45 memindahkan nasi kedalam piring.Urusan kakaknya bisa diurus nanti, tapi masalah perut. Maaf, Adam tidak bisa menundanya terlalu lama."Terlalu sayang untuk dilewatkan haha" Humor Adam seorang diri.Beda lagi dengan Rafa yang langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur tanpa mengganti setelan kemeja. Wajahnya kusut bukan main. Ia patah. Ia kecewa.Istilah bucin memang tepat untuk seorang CEO yang lebih mengedepankan praduga sepihak tanpa memilih menuntaskan rasa keingintahuannya yang merujuk p