Aaro dan Zahra terpaksa menikah demi menghindari skandal akibat razia yang terjadi di sebuah kelab malam. Pernikahan yang tidak direncanakan itu ternyata mengubah takdir keduanya. Aaro menjadi begitu cinta dan tergantung dengan Zahra, tapi tidak sebaliknya. Usia Zahra yang tiga tahun lebih tua daripada Aaro membuatnya tidak mudah untuk memercayai kelayakan Aaro sebagai seorang suami hingga ia terus meminta cerai sebagai solusi setiap kali terjadi pertengkaran. Mampukah mereka mempertahankan pernikahan yang awalnya tidak didasari oleh rasa saling cinta? Apakah Aaro bisa terus bersabar menghadapi sifat Zahra yang kekanakan dan ceroboh? Berhasilkah ia membuktikan bahwa dirinya layak menjadi suami seorang Zahra?
View MoreAlea menundukkan kepala tak berani menatap sang kakak. Ia tahu dirinya telah mengingkari janji sehidup semati mereka, tapi dirinya mempunyai alasan kuat untuk itu dan tak bisa menjelaskannya kepada Aaro ataupun keluarganya yang lain.
"Ada apa?! KENAPA TIBA-TIBA MEMUTUSKAN UNTUK MENIKAH TANPA PERSETUJUAN DARIKU, LEE?!"
"Ma-maaf, Kak." Hanya itu yang mampu Alea ucapkan. Ia tahu Aaro pasti kecewa dan terpukul dengan keputusannya ini, tapi ia yakin ini adalah yang terbaik untuk semua.
Aaro berjalan mondar-mandir di kamar Alea seraya mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia memeras otak mencari cara untuk melarikan Alea. Pernikahan ini tidak boleh terjadi. Bagaimanapun caranya, dirinya akan berusaha untuk membatalkan pertunangan Alea dan Dana.
"Kemasi barang-barangmu, kita akan pergi!" Aaro berdiri berhadapan dengan Alea. Tangannya menangkup wajah adik tercintanya itu. "Malam nanti, aku akan membawamu menjauh dari sini. Kau tak perlu menikah dengannya. Aku tau kau terpaksa melakukan ini."
Kedua mata Alea terbuka lebar. Ia terkejut mendengar rencana kakaknya itu. Kepalanya menggeleng cepat. "Tidak, Kak. Lee tidak akan kemana-mana. Lee akan tetap menikah dengan Dana. Maaf."
Wajah Aaro yang semula mulai cerah kembali menggelap. Ia meremas kedua lengan Alea dan mengguncang tubuh adiknya itu dengan keras. "Kau mau menikah dengan pria tua itu?"
Alea diam, sama sekali tak berusaha melawan. Hanya air mata yang membanjiri wajahnya yang seakan ingin menjelaskan pada sang kakak bahwa dirinya pun sebetulnya tak menginginkan pernikahan ini dan bahwa dirinya pun merasakan sakit.
"Aku bersumpah Alea, aku akan membunuh Dana! Aku tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi!"
"Aku me-mencintai Dana. Tolong jangan lakukan apa pun padanya."
"Apa?!" Seketika Aaro merasa lemas mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis yang selama bertahun-tahun ini ia cinta. Dadanya terasa sakit seakan ribuan belati menusuk jantungnya. "Kau mencintainya? Itu tidak mungkin."
Aaro jatuh berlutut di lantai. Air matanya tiba-tiba saja sudah mengalir deras tanpa ia sadari. "Argh! TIDAK ALEAAA!"
Inilah yang Aaro takutkan sejak lama bahwa akhirnya Alea akan menemukan lelaki yang dicintai dan mencintainya. Itulah mengapa dirinya mengikat janji dengan Alea untuk hidup bersama selamanya, sehidup semati. Namun, ternyata janji itu tidak ada artinya bagi Alea. Alea mengkhianati hati dan cintanya!
***
Tangan mereka saling bertautan saat berjalan beriringan untuk menyapa kerabat dan Sabahat yang datang di acara resepsi pernikahan sederhana mereka ini. Resepsi yang diadakan secara dadakan oleh ayah mereka, Rommy dan Aidan. Bertempat di sebuah resort di pinggiran kota Batam yang berhadapan langsung dengan negara Singapura.Siang ini, rombongan sahabat dan keluarga mendarat di bandara Hang Nadim dan langsung menuju ke resort yang sudah dibooking seluruhnya. Kamar-kamar pun sudah dibagi dan sore ini, perayaan mereka digelar outdoor di dermaga resort. Suara debur ombak, suasana senja dan kelap kelip lampu dari Singapura yang terlihat jelas menjadi latar yang sangat untuk acara ini.Aaro membimbing Zahra untuk mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan doa yang diberikan oleh keluarga dan sahabat-sahabat keluarga mereka. Sungguh membahagiakan mereka semua bisa hadir meski undangan yang dikirim ayahnya begitu mendadak. Bukan undangan, teta
Rommy mengetuk kamar Zahra beberapa kali untuk membangunkan putrinya itu, tapi belum juga ada jawaban. Ia mulai khawatir terjadi sesuatu dengan putri tirinya itu mengingat apa yang sering terjadi sebelumnya. Ia pun mencoba membuka pintu kamar Zahra yang ternyata dikunci dari dalam.Rommy heran karena tidak biasanya Zahra tidur dengan pintu kamar terkunci. Untungnya, dirinya selalu antisipasi dengan menyediakan kunci cadangan. Tanpa pikir panjang, Rommy mengambil kunci cadangan yang ia simpan di lemari penyimpanan khusus dakam kamarnya.Perasaannya sudah tak karuan saat kembali melangkah cepat ke kamar Zahra dan membuka pintunya. Kamar Zahra gelap karena semua korden masih tertutup rapat hingga Rommy pun menyalakan lampu terlebih dahulu sebelum melangkah ke jendela dan membuka semua kordennya. Setelahnya, ia membalikkan badan dengan maksud membangunkan Zahra, tapi pemandangan di tempat tidur yang ia lihat sungguh membuatnya terkejut.Rommy tak perlu bert
Aaro menunggu Zahra kembali dari kamar mandi sambil bersembunyi di balik pintu kamar Zahra. Kamar Zahra tidak dilengkapi dengan kamar mandi dalam karena memang bukan kamar utama.Sesekali, Aaro mengintip untuk melihat apakah Zahra sudah akan kembali ke kamar, tapi rupanya dia masih berada di dalam kamar mandi.Baru beberapa menit, Aaro sudah berdecak tak sabar dan hampir saja berderap menerobos ke dalam kamar mandi untuk menyusul Zahra jika saat itu dirinya tak melihat bahwa Rommy sedang menonton TV di ruang tengah.Aaro menyandarkan punggungnya ke dinding di belakang pintu sambil merapatkan kedua lengannya ke samping tubuhnya. Ia takut jika tiba-tiba saja dirinya nekat keluar dari tempat persembunyiannya dan menyongsong Zahra di depan kamar mandi. Ohh, rasa rindu yang sudah menggelegak di dalam dirinya membuat akal sehatnya sulit untuk dikendalikan.Setelah hampir tiga puluh menit berlalu, Aaro bersorak dalam
Aaro terjengkang ke belakang saat Zahra tiba-tiba berdiri dan mendorongnya dengan keras. Selama beberapa saat dirinya hanya bisa diam dan terkejut. Namun, saat menyadari bahwa Zahra berusaha kabur darinya, ia pun bergegas berdiri dan berlari mengejar."Cinta!" Aaro berteriak sambil berlari cepat mengejar Zahra yang sudah berada jauh di depannya dan menghilang dari pandangan. Aaro mempercepat larinya agar bisa menyusul sang istri, tapi saat sampai di belokan, ia tak lagi bisa melihat Zahra.Aaro mengatur napas sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Zahra tak mungkin pergi jauh. Ia yakin sekali jika istrinya itu masih berada di sekitarnya dan bersembunyi karena ia sudah hafal betul bahwa Zahra tak mungkin bisa kabur dengan dengan cepat tanpa jatuh atau tersandung kakinya sendiri. Jadi, saat ini Aaro berdiri diam sambil mengamati area di sekelilingnya, mencari tempat yang sangat memungkinkan untuk dijadikan persembunyian istrinya itu. Namun,
Aaro menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur selepas berendam air hangat untuk melepas penat. Ia melipat kedua tangan di belakang kepala sambil menatap langit-langit kamar. Bayangan Zahra terbaring di kamar mandi bersimbah darah terus menghantui pikirannya. Seharusnya, saat ini ia masih terus mencari tahu keberadaan Zahra, bukan malah buang-buang waktu dengan datang ke pulau kecil ini. Bisa jadi, ketika dirinya berhenti mencari, Zahra akan pergi semakin jauh dan tak terjangkau.Tiba-tiba saja Aaro sadar, bahwa dirinya tak bisa tinggal lebih lama lagi di Batam. Ia harus segera kembali dan mulai melacak keberadaan Zahra. Huft! Aaro mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya kemudian bangkit dari tempat tidur untuk mengambil ponsel yang masih ada meja depan TV.Aaro menghubungi sang ayah dan mengatakan bahwa dirinya ingin pulang saja besok. Ia menyampaikan banyak alasan yang semua tentunya berhubungan dengan pencarian Zahra, tapi sial, a
"Melamun lagi?"Zahra meboleh dan melihat ayah tirinya melangkah pelan menghampirinya. Zahra tersenyum malu karena sekali lagi terpergok melamun."Bosan ya?" Rommy terkekeh sambil duduk di kursi di hadapan Zahra. Saat ini mereka berada di Batam, selain untuk mempermudah akses saat Zahra harus melakukan kontrol ke Singapura, juga karena Rommy baru saja menerima sebuah tawaran kontrak di salah satu rumah sakit di Batam. Ia tak pikir panjang dan langsung menerima tawaran itu karena memang untuk sementara waktu dirinya belum bisa kembali ke Korea Selatan untuk mendampingi proses pemulihan Zahra. Dari Batam, hanya membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit saja untuk menyeberang ke Singapura. Ditambah saat ini istrinya, Fatma sedang hamil muda dan sering mengalami mual yang hebat hingga belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh."Kurang nyaman ya apartemennya?" Rommy bertanya dengan nada meminta maaf, "di sini yang l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments