"Aku rasa ini sudah saatnya?" Gibran menatap sebuah kontak di ponselnya ketika dia sedang berdiri di sebuah cluster. "Noura sudah terlalu banyak menderita, sudah seharusnya dia mengetahui orang tua kandungnya."Tanpa sepengetahuan istrinya, Gibran nekat berangkat sendiri. Dia berniat menemui seorang pria paruh baya yang sudah lama tidak ditemuinya.Menurut info yang didapat Gibran, orang tua kandung Noura masih hidup dan saat ini telah memiliki harta yang melimpah.Pada malam harinya.Noura bersama Moana baru saja tiba di klub Sahara. Keduanya saling bergandengan tangan ketika berjalan menuju sebuah ruangan."Ya ampun, Noura, tanganmu dingin sekali, apa kamu gugup?" kata Moana tatkala mereka sudah berada di depan ruangan VIP. "Tentu saja aku gugup. Kamu tahu, aku masih tidak yakin dengan keputusan ini." Noura telah mengiyakan permintaan Moana, tapi tiba-tiba saja ingin menarik kembali kata-katanya."Jangan khawatir dengan apapun, orangnya sangat tampan dan gagah, tidak jauh beda deng
Sebelum Noura, Moana sudah lebih dulu berbalik dan menemukan sosok pria yang tiba-tiba mendatangi ruangan tersebut. "Apa-apaan ini?" Moana meminta penjelasan pada Luke, kemudian pada Sameer, pria yang sering membawanya berkencan. "Apa kamu juga sudah tahu sebelumnya?" Pertemuan ini telah direncanakan beberapa hari sebelumnya, Moana menjadi bingung dan tidak enak hati pada Noura, kenapa ada pria lain juga di dalam ruangan itu? Terlebih pria itu adalah George, pria yang selalu ingin dihindari oleh Noura. "Jangan tanya dia, aku berdiri di sini, sebaiknya bertanya langsung saja padaku!" Dengan angkuhnya, George berdiri di di depan pintu. Dia baru saja datang dan sudah mengagetkan dua wanita di dalam ruangan tertutup itu. "Tuan Luke, apa yang kamu rencanakan sebenarnya? Apa ini disengaja? Apa kamu sengaja menjebakku untuk membawa Noura ke sini?" Moana melakukan protes karena dialah yang membawa Noura dan mengatakan bahwa Luke adalah orang yang bertanggung jawab dan pria itu tidak be
Hanya selang beberapa menit, Luke telah mendapat jawaban dari anak buahnya. Tidak puas berkirim pesan, maka dengan cepat, pria itu berjalan ke sudut ruangan untuk melakukan panggilan. (Ashley tidak mengatakan secara rinci, Tuan, tapi dari cara bicaranya, aku yakin ada sesuatu yang disembunyikannya tentang Noura.) Pengawal itu menangkap sebuah rahasia dari cara Ashley membeberkan kebiasaan Noura yang bebas menolak keinginan para pria. Wanita itu hanya seorang pekerja malam, kenapa tidak boleh berdekatan dengan pria asing tanpa sepengetahuan Ashley? Luke masih bingung, jadi dia menggertak dengan keras, "Apa maksudmu? Cepat katakan intinya, jangan bertele-tele!" (Sepertinya tidak ada hubungan yang spesial, Tuan.) Karena tidak pasti dan atasannya juga mendesak, pengawal itu pun memberi informasi dengan asal. Luke bertanya ragu: "Kamu yakin?" (Itu penjelasan yang aku dengar, Tuan, Ashley mengatakan jika dia sudah beberapa kali melihat tuan Nader menghabiskan waktu bersama dengan Nour
Sudah dua jam berlalu semenjak Ashley menegur Noura dan Moana. Dia bolak-balik memeriksa arloji di pergelangan tangannya, tapi hingga detik ini, pria yang sering menggunakan pomade itu belum juga mendapatkan kabar tentang kedua wanita itu. Malam itu, Ashley juga terpaksa menggantikan posisi Noura pada penari lainnya. Dia tidak mungkin mengosongkan jadwal yang telah diatur hanya karena ketidakhadiran Noura. Meski banyak tamu yang melakukan protes, Ashley berjanji akan menghadirkan Noura di sesi berikutnya. "Ke mana wanita itu pergi?" Ashley sedang membayangkan kemungkinan yang bisa terjadi. "Apa Noura masih bersama Moana dan pergi ke luar klub tanpa sepengatahuanku? Berani sekali mereka! Akhhhhh ... bagaimana ini, bagaimana jika tuan Nader tiba-tiba datang dan menanyakan Noura?" Ashley berulangkali mendesah. Keresahan di hatinya tampak jelas membuat siapapun yang melihatnya langsung paham. "Apa tuan Nader begitu peduli dengan Noura?" suara Eya tiba-tiba terdengar dari belakang A
Noura berjalan menuju sudut lainnya. Dia berniat keluar dari pintu balkon, tapi kondisinya juga terkunci. "Akhh ... aku terjebak di sini, bagaimana aku bisa keluar dari sini?"Sambil memikirkan cara, Noura kembali duduk di tepi ranjang. "Aku tidak ingin berakhir di tangan mereka semua." Membayangkan nasibnya diover ke sana sini membuat Noura semakin takut. Keresahan di jiwanya meningkat hingga rasanya ingin menyerah saja. Hidup tak henti-hentinya mendapat cobaan terkadang membuat Noura putus asa.Akan tetapi, tawa lucu dan keceriaan di wajah putri semata wayangnya kerapkali terdengar dan itu membuatnya kembali bersemangat untuk melanjutkan hidup.Klik.Pintu di depan Noura terbuka lebar. Seorang pria berpakaian setengah telanjang berjalan santai ke arah Noura.Dia adalah Luke. Pemilik villa dan juga seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang infotainment.Dengan otot-otot tubuh sixpack yang terlihat penuh, Luke melenggang masuk ke dalam ruangan itu. Dia sengaja hanya menggunaka
Brugh.Satu pukulan telah mendarat di wajah Ashley. "Akkhh ...." Dia meringis kesakitan sembari menyentuh hidungnya yang sudah mengeluarkan darah segar. "Apa salahku, Tuan?" tanyanya dengan bingung."Masih berani bertanya?"Pelaku pemukulan adalah Nader. Dia marah besar setelah mengetahui Noura telah dibawa oleh pria asing, sedangkan Ashley masih berdiam diri di dalam klub.Ashley bukan tidak menyadari kesalahannya. Ketika melihat Moana berdiri di sebelah Nader, dia yakin atasannya itu telah mendengarkan sesuatu dan langsung mengambil tindakan tanpa meminta pendapat darinya.Menyadari kemarahan atasannya, Ashley segera berlutut dan meminta ampun. "Anak buahku sudah mengetahui keberadaan Noura, Tuan, dan sekarang biarkan aku melakukan pekerjaan ini. Berikan aku kesempatan, karena ini semua memang salahku."Dari Moana, Nader sudah mengetahui dalang penculikan itu. Namun, mereka belum bergerak karena tidak mengetahui ke mana Luke akan membawa Noura."Bawa aku ke tempat yang kamu maksud!"
Gaun abu-abu yang dikenakan Noura saat ini telah robek parah di bagian dada. Luke sama sekali tidak memberinya pakaian ganti. Ditambah lagi pakaian mini Noura tidak mampu menutupi seluruh pahanya yang putih mulus. Dengan kedua tangannya, dia berusaha menutupi bagian sensitifnya dari pandangan Luke. "Berhenti menatapku!" seru Noura dengan kesalnya. "Aku punya mata dan bukan urusanmu aku mau melihat apapun di dalam mobilku sendiri." Luke terpaksa menahan diri. Dia adalah pria perkasa yang tidak bisa bercinta hanya dalam hitungan menit saja. Maka dari itu, Luke lebih baik tidak memulai percintaan itu daripada berhenti di tengah jalan akibat gangguan orang lain. Untuk menghindari tatapan nakal Luke, Noura membuang muka ke samping. "Ke mana lagi kamu akan membawaku? Apa kamu masih tidak takut dengan kejaran tuan Nader?" Noura berani bertanya karena mendengar langsung percakapan Luke dan Sukesih via telepon. "Seperti apa hubungan kalian? Kenapa dia begitu peduli padamu?" Luke
Noura berusaha mengatur napasnya yang sudah tidak beraturan. Sembari mengamati mayat Luke, dia terduduk lesu. Air matanya masih mengalir, bercampur dengan rembesan darah di wajahnya.Tak lama setelah itu, Noura membuka pintu mobil. Tangannya masih mencengkram erat kunci mobil. Dia menjadikan benda kecil itu sebagai perlindungan diri jika pengawal Luke tiba-tiba menyerangnya.Dari luar, pengawal itu juga mulai terlihat bosan. Dari posisi duduk, dia kemudian berdiri. Sudah puluhan menit berlalu, namun dia belum juga mendapatkan kabar apapun.Pengawal itu takut mengganggu, namun dia curiga terjadi sesuatu. "Kira-kira masih berlanjut tidak?"Rasa penasaran membawa pengawal bertubuh tegap itu untuk memeriksa. Ketika hampir tiba di mobil atasannya, dia terkejut melihat penampilan Noura yang baru saja keluar dari mobil."Apa yang terjadi?" bentak pengawal itu. "Apa yang kamu lakukan pada tuan Luke, di mana bosku?"Noura membalas tatapan pria itu. Ada rasa takut untuk menghadapinya, tapi sebu