Satu jam pun telah berlalu, Ethan pun mulai mencabuti jarum-jarum akupuntur yang dia tusukan di titik-titik penting di tubuh Sean.“Semoga besok pagi Mr. Sean sudah bangun.” Ucap Ethan, sambil memasukkan semua jarum-jarum yang telah di pakai tadi ke dalam kotak khusus yang dia sediakan untuk tempat jarum-jarum bekas.“Semoga saja Ethan." jawab Alana memandang sedih pada adik ipar nya yang sedang terbaring lemah.Apapun metode pengobatan nya asal dapat membuat adik ipar nya itu kembali sadar maka akan Alana coba. Seperti itu lah sayangnya Alana pada Sean, walaupun Sean hitungan nya hanya adik ipar nya.“Seharusnya Mr. Sean bisa sadar besok. Karena semua titik -titik nya peredaran darah nya yang terkunci akibat kecelakaan itu telah aku buka. Itu yang paling penting. Kalau untuk luka-luka yang tidak seberapa ini, begitu Mr. Sean sadar dia bisa mengatasi semua nya.”jawab Ethan, yakin.“Terima kasih sekali lagi, Ethan." ucap Alana pada Ethan.“Drrtzzzzzzzz………..”“Drrtzzzzzzzz………..”“Drrtzz
“Ethan…….?? Ethan……….?” Panggil Adaline berlari mengejar Ethan usai dia mengganti pakaian nya di kamar mandi.“Dia ini kenapa sih?? Sejak keluar dari kamar Mr. Sean tadi muka jadi jajar genjang gitu!!” Gerutu Adaline yang kesulitan mengejar Ethan dari belakang.Saat ini Ethan dan Adaline sudah persis lomba jalan cepat di parkiran itu.“Ethan!! hei kau itu kenapa? main pergi saja!” Adaline menarik tangan Ethan yang akhir nya bisa ia susul langkah kaki nya.Ethan melihat Adaline sebentar lalu menepis tangan Adaline.“Wah! Sudah kau sudah keterlaluan Emmanuel Ethan! memang nya apa salah ku hah?” Adaline menarik paksa tangan Ethan yang akan membuka pintu mobil.“Kau masih bertanya apa kesalahan mu Adaline White ?!” Dengus Ethan terlihat kesal.“Aku itu tidak tahu apa salah ku Ethan!! Maka nya aku tanya pada mu! Salah ku itu apa?? sampa-sampai kau marah-marah tidak jelas seperti ini setelah kita keluar dari kamar nya Mr. Sean!!" Seru Adaline.“Untuk apa tadi kau bersusah payah mengelap ker
Di kediaman keluarga Wong, Lian Wong saat ini sedang keluar karena suatu urusan yang berkaitan dengan sebuah bisnis yang di jalankan.Sehingga Liliana Wong adalah satu-satu nya keluarga Wong yang ada di dalam mansion besar itu. Sore itu Liliana sedang berjalan-jalan di halaman depan mansion itu, di temani oleh pengasuh putri nya."Amber masih belum kembali, Park?" tanya Liliana pada Park yang sedang mendorong kursi roda nya."Belum nyonya." Jawab Park pada Liliana."Dia pergi dengan Erlan kan?" Tanya Liliana lagi pada Park."Benar nyonya."Jawab Park kembali singkat."Park, kalau lah putra ku masih hidup, dia pastilah kurang lebih seusia Erlan saat ini."Saat mengatakan hal tersebut, Liliana tertunduk sedih. Dia yang baru saja keluar dari kamar putra nya, kembali teringat saat-saat sebelum kecelakaan itu.Liliana teringat kalau Ethan sedang tertawa sangat lepas karena banyolan yang keluar dari mulut ayah nya Ethan.Dan BbAaaaaaamMM..Tiba-tiba limosin mereka mengalami kecelakaan.Lilia
Sepulang nya dari rumah nya Amber Wong, Ethan memang lebih banyak diam. Dia sepertinya masih belum ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Adaline.Tapi Adaline tentu saja memaklumi hal ini. Adaline yakin setelah Ethan tenang dan merasa lebih ringan untuk menceritakan ini pasti Ethan akan cerita pada nya.So, Adaline mengatakan pada diri nya untuk bersabar."Sudah!! sana kamu mandi dulu! Udah jam tujuh malam!" Gerutu Adaline pada Ethan akhir nya."Apa? jam 7 malam?" seru Ethan kaget. Tidak menyangka kalau waktu akan berlalu begitu cepat hanya karena dia termenung memikirkan adik dan ibu nya.Ethan bahkan sampai lupa kalau dia ada janji dengan Dom malam ini.Hampir dua puluh menit Ethan di kamar mandi, dan selama itu pula handphone Ethan tidak berhenti-henti berbunyi.Awalnya Adaline mengacuhkan panggilan yang ternyata dari Dom itu. Tapi karena sudah berkali-kali berbunyi, akhir nya Adaline memutuskan untuk mengambil handphone Ethan dan mengantarkan nya pada Ethan yang sed
Untuk sesaat Scene pun berganti ke sebuah ruangan yang terlihat sangat amat mewah. Dimana terlihat Beldiq sedang berbicara dengan seseorang.Ya, disaat yang sama Beldiq sedang berada di kediamannya dan dia sedang bersama dengan seseorang yang merupakan atasannya- orang yang paling dia takuti."Berapa kali aku katakan pada mu Beldiq. Kau itu terlalu percaya diri dan sangat gegabah. Dan lihatlah hasil nya sekarang. Perusahan istri mu terlepas dari tangan mu." Ujar sang bos."Dan soal wartawan itu. Kau juga terlalu berlebihan. Kau berniat memutilasi tubuh kameramen nya dan mengirimkan video brutal itu pada si wartawan.. Ayo lah Beldiq! Apa karena kau semakin tua maka nya kau semakin tolol!" ejek nya blak-blakan pada Beldiq."Maafkan aku bos aku tidak akan mengulangi hal ini. Ke depan nya aku akan lebih berhati-hati."Beldiq terpaksa mengakui kesalaha nya pada pria yang tidak pernah dia lihat seperti apa wajah nya itu."Ini..!" pria itu melemparkan sebuah photo pada Beldiq."Kau harus ber
Setelah ngobrol panjang malam itu, Ethan pun memutuskan untuk mengakhiri obrolan mereka.“Rery, aku dan Dom yang akan menangkap pria yang mengirimi mu email ini. Jangan khawartir! Aku dan Dom akan membuat nya mengaku.” Ujar Ethan pada Rery.“Jadi kau tenang saja. Aku sudah tahu siapa orang nya. Kita tinggal karungkan saja." Tambah Ethan."Kau ini Ethan, main karungkan saja. Kau kira dia itu benda di masuk kan ke dalam karung." Timpal Dom.Dom melihat Ethan sambil tersenyum. Semenjak Ethan bersama Adaline memang banyak yang berubah dari Ethan. Contoh nya saja yang barusan."Kalau dia tidak mengaku maka akan ku buat dia benar-benaran menjadi benda. Benda yang mati pasti nya." Jawab Ethan santai, kemudian berdiri."Aku duluan.” Imbuh nya.“Dan Rery, selalu berhati-hati lah. Karena dengan membunuh kameramen diri mu, lalu mengirimi potongan tubuh nya serta memperlihatkan video itu pada mu, itu arti nya mereka tahu kalau kau sedang menyelidiki kasus ini." Ethan memperingatkan Rery."Kau t
Drrtttttttttttzzz...Drrtttttttttttzzz...Drrtttttttttttzzz...Handphone Ethan tidak henti-henti nya berbunyi pagi itu.“Sayang- seperti nya handphone mu bergetar.” Ujar Adaline dengan mata yang masih terpejam dalam pelukan Ethan di pagi itu.“Hmm biarkan saja.”Jawab Ethan antara sadar dan tidak sadar.“Bagaimana kalau itu penting!” Ujar Adaline pada Ethan.“Nanti saja sayang. Aku masih ngantuk.” Jawab Ethan menolak untuk melihat siapa yang menelpon nya sekali lagi.“Bagaimana kalau itu dari Mr. Sean.” Ucap Adaline yang langsung membuat Ethan bangun dan mengambil handphone nya.“Astaga! Begitu mendengar nama Mr. Sean, dia bahkan sampai lupa kalau aku ada dalam pelukan nya tadi.” Ucap Adaline sambil memegang kepala nya tiba-tiba bergeser posisi nya karena Ethan yang mendadak duduk.“Dom??” Seru Ethan ketika menerima panggilan itu.“Ethan! Mr. Sean telah sadar.” Lapor Dom.“Benar kah?”“Benar! Maaf aku baru memberi tahu mu! Aku buru-buru ke rumah sakit tadi begitu tahu akan hal ini.” Uj
Beberapa hari pun telah berlalu. Kini sudah tiba saat nya Ethan membawa Adaline bertemu dengan ibu Adaline.Ethan menyadari bahwa semenjak Adaline dan Ethan sibuk mengurusi segala hal mengenai ayah tiri Adaline, perusahaan, sindikat perdagangan obat- obatan terlarang hingga penyelamatan istri Mr. Sean, Ethan belum pernah sekali pun mengajak Adaline untuk mengunjungi ibu Adaline.Awal nya Ethan tidak ingin membawa Adaline mengunjungi ibu nya Adaline karena Ethan khawatir fokus Adaline akan terpecah. Apalagi kondisi ibu Adaline saat ini sangat memprihatinkan. Selang terpasang dimana - mana."Moms?" seru Adaline saat melihat kondisi sang ibu."Are you, oke?" tanya Ethan sambil memegang kedua bahu Adaline yang terlihat bergetar."Ya, I am oke!" jawab nya lemah."Sabar ya sayang." Sebut Ethan, kemudian menarik Adaline ke dalam pelukan nya."Ethan, my mom bisa kembali sehat kan?" tanya Adaline dengan mata berkaca-kaca."Kita semua akan berusaha supaya mommy kembali seperti dulu. Kau harus b