"by Isa tidur ya," ucapnya.
Attar menganggukkan kepalanya.
Alisa mengambil posisi paling pinggir dan membelakangi suaminya. Selimut yang dipakainya, ditariknya hingga ke atas menutupi kepalanya.
Attar memandang istrinya yang sudah hilang di dalam selimut. Tangannya yang kekar menarik-narik selimut istrinya.
"Isa ngantuk Om," ucap Alisa.
Attar menarik turun selimut istrinya hingga kepala istrinya keluar dari dalam selimut.
Pria itu menarik tangan istrinya agar tubuh istrinya menghadap ke arahnya.
"jangan cium Isa lagi, bibir Isa sudah bengkak," Alisa menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Saya merasa bahwa kamu sangat suka saya cium, sehingga dengan sengaja kamu mengulangi k
Nurjanah membuka matanya secara perlahan-lahan. Matanya mulai menyapu setiap sudut ruangan yang berwarna putih yang merupakan ciri khas rumah sakit. Nur sudah tidak tahu, berapa lama ia tertidur. Bahkan saat ini dia masih mempertanyakan status dan keberadaannya. Apakah dia masih hidup atau sudah mati. Apakah ini surga? pikirnya saat melihat ruangan berwarna serba putih tersebut. "Alhamdulillah ibu sudah sadar," ucap perawat muda yang langsung mengecek kondisinya. Nur masih diam dan memandang ruangan tersebut. Ruangan yang saat ini ditempatinya jauh berbeda dengan kamar yang ditempatinya sebelumnya. Rasanya tidak mungkin putrinya mengambil dia kamar elit. "Kenapa ibu tidak memberi tahu kami bahwa ibu itu calon mertuanya pak Attar?" ucap perawat yang tersenyum ramah memandangnya. Nur masih diam tanpa menjawab. Wanita yang berwajah pucat itu masih mengumpulkan segala macam ingatan
Dengan malu-malu Alisa mencium pipi suaminya. Pria yang berwajah tampan itu tersenyum tipis saat bibir istrinya yang menempel di pipinya. Pria itu tidak akan puas bila tidak menjahili istrinya. "Sudah by," ucap Alisa ketika ia mencium pipi kiri suaminya. "Belum ini masih berat sebelah," ucapnya yang memberikan pipinya sebelah kanan. Alisa menelan air ludahnya dan kembali menjinjitkan kakinya untuk mencium pipi suaminya di sebelah kanan. "Sudah by," ucapnya lagi. Attar kembali menggelengkan kepalanya. "Ini belum," ucapnya menunjukkan keningnya. Pria itu sedikit membungkukkan tubuhnya yang tinggi agar istrinya tidak kesulitan untuk mencium keningnya. Dengan sangat patuh Alisa menuruti perintah suaminya. Alisa mencium kening suaminya dan berdo’a a
By, Isa mau bicara sama mama sebentar," ucap Alisa. Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Saya akan keruangan saya sebentar," ucapnya yang memandang istrinya. "Iya by,” jawab Alisa yang tersenyum memandang suaminya. "Nanti hubby akan menjelaskan dengan mama," ucapnya yang berbisik di telinga istrinya. "Iya," ucap Alisa yang sedikit tersenyum. Diciumnya kening istrinya cukup lama. Attar memandang wajah istrinya dan mengusap kepala Istrinya. Nur yang berbaring di atas tempat tidur hanya diam memandang putrinya bersama dengan pria asing yang sudah menjadi suami putrinya. Semua ini masih terasa asing baginya. Pria yang baru dilihatnya saat ini sudah menjadi menantunya. "Ma, saya tinggal dulu, nanti saya akan kembali ke sini," ucap Attar sambil menempelkan punggung tangan mertuanya di keningnya. &nb
"Pak Attar ini yang anda minta," ucap Farhan yang masuk ke dalam ruangannya. Attar memandang barang yang diberikan oleh asisten pribadinya. "Terima kasih,” ucapnya yang kemudian berdiri dari tempat duduknya. "Saya akan tunggu Bapak di ruang tunggu depan," ucap Farhan. Attar menganggukkan kepalanya. Pria itu sangat malas untuk berbicara saat ini. "Jam 9 ini kita akan ketemu klien Pak," ucap Farhan yang mengikutinya dari belakang. Farhan berusaha mengingatkan bos nya. "Saya tahu," jawab Attar tanpa memandang asisten pribadinya. Atar berjalan menuju ke ruangan perawatan mertuanya yang hanya satu lantai dibawahnya. Attar meletakkan mertuanya di kamar yang memiliki fasilitas VVIP. Attar membuka pintu yang saat ini tertutup rapat.
Mobil yang dikemudikan Rina berhenti di depan parkiran kampus Alisa. "Terima kasih ya Mbak, mbak Rina boleh pulang, kalau mau makan di kafe juga nggak apa-apa. Nanti Isa telpon bila jam kuliah Isa sudah selesai. Isa minta nomor telepon mbak Rina ya," ucap Alisa yang tersenyum. "Saya tidak akan pulang ataupun makan. Saya akan menunggu di sini, hingga nona Alisa selesai kuliah," ucap Rina yang membuka sabuk pengamannya. Wanita yang memiliki ekspresi wajah dingin itu turun dari dalam mobil. Rina membukakan pintu mobil di sebelah Alisa. "Maksud Mbak Rina apa?" ucap Alisa yang belum mengerti ucapan dari pengawal pribadinya. Alisa turun dari dalam mobilnya. "Saya diperintahkan tuan Attar untuk mengawal Anda dimanapun anda berada," ucapnya. "Tapi Isa kuliah Mbak. Isa gak ke mana-mana," uc
"Saya diminta Pak Attar untuk membawa Nona Alisa ke dalam ruangan," ucap Rina yang berdiri di depan meja sekretaris Attar. Sari diam saat mendengar ucapan wanita yang bertubuh tegap tersebut. Melihat dari gaya dan penampilan wanita itu Sari sudah bisa menebak bahwa wanita itu seorang bodyguard. Sari memandang tajam ke arah Alisa. Dia seakan tidak percaya saat melihat gadis yang terlihat begitu sangat muda itu ternyata istri bosnya. Sari sudah diberi tahu bosnya, akan kedatangan Istrinya. Sari memandang Alisa dari atas hingga ke bawah. Tatapan matanya terlihat sangat tidak menyukai istri bosnya. "Tunggu sebentar saya akan memberitahu Pak Attar," ucapnya yang berdiri dari tempat duduknya. "Terima kasih mbak," ucap Alisa yang tersenyum memandang wanita cantik yang berpenampilan seksi tersebut.
Attar masuk ke dalam ruangannya setelah menyelesaikan rapat dengan staf-stafnya yang ada di perusahaan yang dipimpinnya. Matanya menyapu seisi ruangan dan mencari sosok istrinya. Attar tersenyum saat memandang istrinya yang tertidur di atas sofa. Attar berjalan mendekati kursi sofa panjang tersebut. Pria itu duduk di bibir sofa sambil memandang wajah istrinya. Rambut panjang istrinya terlihat berserakan dan menutupi sebagian wajahnya. Attar merapikan rambut istrinya dan menepikannya. Ditatapnya wajah istrinya yang begitu sangat cantik dan imut-imut. Attar tahu istrinya tidak akan nyaman dengan sikapnya yang memberikan bodyguard untuk istrinya. Namun Apa yang dilakukannya adalah hal yang terbaik. Dia juga tidak mau memberitahukan tentang hal ini kepada istrinya. Bila istrinya mengetahui ancaman yang mungkin bisa saja mengincarnya, sudah pasti istrinya akan merasa begitu sangat ketak
Alisa sudah berada di dalam kamar. Jantungnya berdegup dengan hebatnya disaat mengingat pesan dari mamanya. Alisa duduk di atas tempat tidur sambil menundukkan kepalanya. "Apa gak mandi?" tanya Attar yang memandang istrinya. Attar tersenyum saat melihat istrinya yang hanya menundukkan kepalanya. "Hubby mandi duluan. Nanti Isa susul," ucapnya. "Apa Isa meminta agar hubby menunggu Isa di kamar mandi?" ucap Attar tersenyum menggoda istrinya. Alisa mengangkat kepalanya dan menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat. "Bukan gitu maksud Isa by," ucapnya. "Jadi apa,” tanya Attar. “Isa mandi setelah hubby selesai mandi,” ucapnya. “Mandi berdua lebih cepat selesai,” ucap Attar.