Share

Teman Andrew

Author: Sartika
last update Last Updated: 2025-12-02 12:10:30

“Kamu, Seira?”

Alexander yang sedang duduk, berdiri ketika seorang gadis datang menghampiri. Ia bisa menebak kalau gadis yang datang ini adik dari temannya.

“Hah?” Seira terkejut, tak menyangka kalau teman Andrew mengenalnya.

Alexander tersenyum tipis. “Andrew sering cerita tentang adiknya. Kamu Seira kan, adiknya Andrew?” tanyanya sekali lagi untuk memastikan.

Alexander dulu pernah beberapa kali main ke rumah Andrew tapi tidak begitu memperhatikan wajah Seira. Berpapasan hanya sekilas dan tanpa meninggalkan kesan.

Seira mengangguk gugup. Tidak dipungkiri, Seira sedikit terpesona pada laki-laki gagah di depannya ini. Benar kata Bibi, dia sangat tampan.

“Kopi tanpa gula.” Seira segera mengalihkan pandangan dan menaruh secangkir kopi di atas meja.

“Terima kasih,” ucap Alexander sembari duduk kembali.

“Kak Andrew sedang mandi, dia bilang suruh tunggu sebentar.” Seira bingung, ia harus duduk menemani atau beranjak pergi meninggalkan Alexander.

Alexander hanya mengangguk tanpa berniat untuk bertanya lagi. Cukup berbasa-basi menyapa tuan rumah. Fokusnya beralih pada ponselnya.

Seira mendengus kesal. Ia merasa diabaikan. Ia pikir teman kakaknya ini ramah, nyatanya menyebalkan. Sepuluh menit ia duduk menemani, tidak ada obrolan sama sekali.

“Aku tinggal ke dalam, kak Andrew sebentar lagi ke sini,” ketus Seira.

Lagi-lagi Alexander hanya mengangguk. Menoleh pun tidak.

Seira ke dapur menaruh nampan, setelahnya baru kembali ke kamar. Baru saja ingin masuk kamar, suara Andrew menghentikan langkahnya.

“Teman aku masih di ruang tamu kan, Sei?” tanya Andrew yang baru saja keluar kamar. Penampilannya lebih segar dari sebelumnya.

“Kakak kenal dia dari mana sih? Nyebelin banget!”

Andrew terkekeh pelan. “Dia kenapa memang?”

Seira jadi bingung. Dibilang sombong tapi Alexander sudah menyapanya. Tidak asik diajak ngobrol tapi mereka tidak kenal dekat. “Ya pokoknya nyebelin aja!”

“Kamu nggak ingat? Dia kan Alex, sering main ke rumah. Kamu juga pernah ketemu,” kata Andrew.

Seira mengernyitkan kening. Ia sama sekali tidak mengingat teman kakaknya itu. “Masa sih? Kok aku nggak ingat ya?”

Andrew menepuk bahu Seira pelan. “Alex memang begitu, orangnya nggak banyak omong kalau sama orang yang nggak deket. Jangan diambil hati.”

Seira mengangguk saja. “Iya kak.”

“Ya sudah aku temui Alex dulu.” Andrew bergegas menemui Alexander di ruang tamu.

Di dalam kamar, Seira masih berusaha mengingat-ingat siapa teman kakaknya itu. ‘Kok aku nggak ingat ya?’

Karena ingatannya sama sekali tidak menemukan siapa itu Alexander, Seira kembali menyibukkan diri dengan mencari pekerjaan. Sampai ia kelelahan dan tertidur sendiri.

Pagi-pagi sekali Seira sudah bangun, menemani Andrew sarapan. Kakaknya sudah berpakaian rapi, bersiap untuk bekerja.

“Malam ini aku nggak pulang ke rumah. Jarak rumah ke rumah sakit lumayan jauh.”

Andrew lebih nyaman tinggal di apartemen, selain dekat dengan rumah sakit tempatnya bekerja. “Kalo kamu bosan sendirian, ke apartemen aku saja.”

“Iya kak, nanti aku main ke apartemen kakak. Kakak pulang sore?” tanya Seira sembari menyantap Sandwich.

Andrew meneguk segelas air putih sebelum menjawab. “Kayanya pulang malam. Aku mau temani Alex.”

“Alex?”

Andrew mengangguk. “Teman aku yang semalam datang. Kita lama nggak nongkrong bareng.”

“Dih, kakak kok mau sih, paginya kan kakak harus ke rumah sakit. Ngapain nongkrong nggak jelas!” Seira menggerutu. “Dia nggak ada kerjaan apa?!”

Andrew tertawa. “jangan salah! Selain dokter bedah, Alex itu pengusaha juga. Dia lebih sibuk dari aku. Ini karena lagi ambil cuti saja, jadi bisa ketemu,” ucap Andrew menjelaskan siapa itu Alexander.

Seira manggut-manggut. “Oh ….”

Ternyata dia salah mengira. Ia pikir Alexander seorang pengangguran.

“Nanti kalo mau ke apartemen, kabari aku dulu ya?!” Andrew mengingatkan.

Anak pertama keluarga Spencer itu menyelesaikan sarapannya. Ia harus segera berangkat. Ada pasien yang tengah menunggu.

“Em … lihat nanti deh kak! Ngapain aku main ke apartemen kakak kalau kakak belum tentu pulang?” ucap Seira.

“Pasti pulang lah. Cuma main bentar.” Andrew menggeser mundur kursi yang ia duduki. Meraih kain untuk menyeka mulut. “Aku jalan dulu. Bye, Sei!”

“Hem.. hati-hati di jalan kak,” sahut Seira.

Nyatanya menjelang sore, Seira berubah pikiran. Bosan juga di rumah seharian. Seira memutuskan untuk berkunjung ke apartemen Andrew, siapa tahu ia bisa bertemu dengan Jessica— kekasih Andrew.

Sekitar tiga puluh menit, Seira tiba di apartemen. Satu jam lagi Andrew baru akan pulang. Seira masuk ke apartemen dengan mudah, ia tahu access hunian kakaknya.

Seira mengirim pesan pada Jessica, berharap wanita itu mau datang menemaninya. Sudah lama juga mereka tidak pernah bertemu.

“Nggak di bales,” gerutunya.

Seira meletakkan tas dan ponselnya di atas meja. Ia berpikir untuk ke dapur membuat Cappucino.

Tapi...

“Argh!” jerit Seira terkejut.

Jantung Seira nyaris lepas dari tempatnya ketika melihat seorang pria bertelanjang dada keluar dari kamar Andrew.

“Kamu?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Menemukan target?

    “Kamu ngapain di sini?” Alexander begitu tenang berjalan melewati Seira. Tidak merasa canggung sedikitpun. Seira mendelik. “Harusnya aku yang tanya kenapa kamu di sini? Ini kan apartemen kakak aku?!” “Aku tamu yang sedang berkunjung,” balas Alexander. Pria itu melangkah ke dapur untuk mengambil air mineral. Seira membalikan badan, niatnya ingin menegur teman kakaknya ini yang seolah menganggap kedatangannya yang mengganggu. Tapi mulutnya langsung membisu, tatapannya terkunci melihat gerakan jakun Alexander, otot lengan yang seksi, turun ke bawah ada empat kotak di perutnya. Damn! Seira menggelengkan kepala untuk mengusir pikiran kotornya. Alexander mengusap bibirnya yang terasa basah. Gerakannya terhenti, diikuti sebelah alisnya terangkat saat mendapati Seira diam mematung. “Mau minum?” “Eh?” Seira gelagapan. Memalukan sekali ketahuan memperhatikan Alexander. Seira melengos, kembali ke sofa. Duduk di sana bermain ponsel untuk menyibukkan diri. Cappucino hangat terlupakan b

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Teman Andrew

    “Kamu, Seira?” Alexander yang sedang duduk, berdiri ketika seorang gadis datang menghampiri. Ia bisa menebak kalau gadis yang datang ini adik dari temannya. “Hah?” Seira terkejut, tak menyangka kalau teman Andrew mengenalnya. Alexander tersenyum tipis. “Andrew sering cerita tentang adiknya. Kamu Seira kan, adiknya Andrew?” tanyanya sekali lagi untuk memastikan. Alexander dulu pernah beberapa kali main ke rumah Andrew tapi tidak begitu memperhatikan wajah Seira. Berpapasan hanya sekilas dan tanpa meninggalkan kesan. Seira mengangguk gugup. Tidak dipungkiri, Seira sedikit terpesona pada laki-laki gagah di depannya ini. Benar kata Bibi, dia sangat tampan. “Kopi tanpa gula.” Seira segera mengalihkan pandangan dan menaruh secangkir kopi di atas meja. “Terima kasih,” ucap Alexander sembari duduk kembali. “Kak Andrew sedang mandi, dia bilang suruh tunggu sebentar.” Seira bingung, ia harus duduk menemani atau beranjak pergi meninggalkan Alexander. Alexander hanya mengangguk tanpa ber

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Kedatangan tamu

    “Hutang? Hutang yang mana maksud kamu, Sei?” Suara Andrew terdengar sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Seira. “Jordy bilang kalo selama ini papa pinjam modal sama om Darwin. Sekarang Jordy nagih semuanya untuk dikembalikan.” Seira mengadu. Penasaran juga Seira dengan seberapa banyak hutang keluarganya pada keluarga Jordy. “Aku menghubungi papa dan mama tapi mereka masih marah, nggak mau angkat telfon aku. Aku pikir kakak tahu tentang hutang itu,” lanjut Seira. “Nanti aku tanyain ke papa,” ucap Andrew. Sedikit banyak, Andrew memang tahu kalau Darwin pernah memberikan suntikan dana untuk bisnis Benjamin yang mengalami kesulitan, tapi ia pikir mereka melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. Seira mengangguk. Ia harus tahu seberapa besar uang yang telah diberikan Darwin. Kalau memang Benjamin berhutang, Seira akan memikirkan cara untuk melunasinya. “Kapan Jordy bilang, Sei? Apa aja yang dia omong?” tanya Andrew mencoba mencari tahu. “Tadi aku ke kantor, ambil ba

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Bertemu si pengkhianat

    “Oh?! Punya muka juga kamu datang ke sini lagi!” Pagi ini, Seira datang ke kantor untuk mengambil sebagian barang miliknya yang masih tertinggal. Sekalian berpamitan pada rekan kerja yang lumayan akrab. Baru saja ingin menekan tombol lift, suara seseorang yang sangat ia kenali terdengar. Seira membalikan badan. Luna. Mantan sahabatnya itu berdiri dengan pongah di hadapannya. “Kamu nggak malu datang ke sini, setelah apa yang kamu lakuin pada pak Jordy?” Luna berkata seolah semua yang terjadi bukan kesalahan wanita itu. “Memang apa yang aku lakuin?” Seira balik bertanya. “Seharusnya kamu yang malu karena sudah merebut tunanganku!” Luna terdiam. Pandangannya melirik ke sekitar takut ada yang mendengar. “Oh! Tapi aku nggak masalah kamu merebut Jordy. Aku nggak butuh cowok player macam Jordy!” Seira meralat ucapannya, sekarang ia sama sekali tidak peduli dengan si pengkhianat. “Aku nggak ngerebut! Kami saling cinta!” balas Luna tidak mau disalahkan. “Cih! Saling cinta!” Seira gel

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Menyelamatkan bukti

    “Mama sama papa nggak mau ketemu sama aku?” Seira berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuanya. Sedari tadi dia mengetuk pintu dan memanggil Benjamin tapi tidak ada jawaban. “Bapak sama ibu pergi, Non,” ucap ART yang datang menghampiri anak majikannya itu. Seira menghela pasrah. ‘Sepertinya mama papa tidak mau bertemu. Mereka lebih pilih pergi entah ke mana.’ “Ya sudah, Bik. Makasih.” Seira beranjak dari sana, memutuskan untuk kembali mengurung diri di kamar. Sejak tuduhan dari Jordy seminggu yang lalu, teman-temannya menganggap Seira wanita murahan. Seira yakin kalau Luna yang sudah menyebarkan gosip tentangnya. Sampai ponsel barunya penuh dengan pesan yang berisi hujatan. “Cih! Awas aja kamu, Luna!” berulang kali Seira mengumpati mantan sahabatnya. Tidak menyangka kalau orang yang dianggap sebagai sahabat oleh Seira, rupanya tega menusuk dari belakang. Padahal, selama ini ia sering membantu Luna jika sedang mendapat kesusahan. “Bodoh banget sih! Kenapa juga aku nggak

  • Terjerat Gairah Dokter Alexander    Dituduh selingkuh

    “Batal nikah?!”Seira mengangguk mantap di depan 4 pasang mata yang kini memandangnya dengan penasaran. Mereka adalah orang tua dan calon mertuanya.“Iya, Pa! Ma, Om, Tante. Aku mau mengakhiri pertunanganku dengan Jordy.”Seira menegaskan kembali bahwa keputusannya sudah bulat.Hati Seira sudah tidak karuan sejak beberapa hari lalu memergoki Jordy berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Sekarang, Seira memberanikan diri untuk mengungkapkan semuanya.“Ada apa, Nak? Apa alasannya?” tanya Diana dengan dahi berkerut. Bukan hanya calon ibu mertuanya yang penasaran dengan keputusan Seira. Semua yang ada di ruangan ini pun ingin mendengar penjelasan Seira.Seira memang sengaja mengundang mereka datang ke rumahnya, berniat membicarakan hubungan pertunangannya dengan Jordy.“Kalian akan menikah sebentar lagi. Kalau hanya masalah kecil, tolong bicarakan baik-baik,” tambah Irina— ibu Seira.Calon ibu mertuanya ikut mengangguk. “Satu bulan lagi, loh, Sei. Ada apa sebenarnya?”Seira tidak tahu har

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status