Share

2. Hadiah Mata Rubah.

Author: J.A
last update Last Updated: 2025-10-17 19:58:47

Layar itu menghilang begitu saja, seolah tersapu angin. Sekejap tadi, cahaya biru yang melayang di depan wajah Bhumi masih terlihat jelas, kini lenyap entah kemana.

Bhumi mematung di tempat, matanya bergetar menatap ruang kosong di depannya. Napasnya naik turun tak beraturan. “A-apa tadi? Selamatkan? Uang? Hadiah? Sepuluh juta?” gumamnya terbata, berusaha memunguti potongan pesan yang baru ia baca.

Dadanya terasa sesak, merasakan kebingungan yang menumpuk di dalam kepalanya.

Namun sebelum pria itu mendapatkan jawab, wanita tadi sudah berdiri di hadapannya dengan wajah pucat, rambut panjangnya berantakan menempel di pipi yang basah oleh keringat. “Tolong... tolong aku!” teriaknya dengan suara parau. Ia langsung bersembunyi di belakang Bhumi, kedua tangannya mencengkeram ujung kemejanya begitu kuat hingga kusut. Tubuhnya terlihat gemetar dengan hebat.

Bhumi terkejut, menoleh ke belakang, “E-eh? Apa yang terjadi---?”

“Heh! Cepat kemari, perempuan sial!” seru suara garang dari arah depan.

Lima pria sudah berdiri tegap di depan Bhumi dengan jarak yang dekat. Lampu jalan yang redup menyorot wajah mereka yang merah padam dengan mata yang tajam. Kemeja mereka kusut, Bahkan beberapa dari mereka masih menggenggam tongkat besi kecil.

Wanita yang ada di belakang Bhumi berkata dengan tegas, “Tidak! Aku tidak akan pernah menikah dengan bosmu yang sudah tua bangka itu!"

Salah satu pria maju dua langkah. Ia lebih tinggi dari Bhumi, rahangnya mengeras, dan di pipinya ada bekas luka panjang. Ia berdiri dengan kedua tangan menyilang di dada, “Minggir, bocah. Ini bukan urusanmu.”

Bhumi mundur selangkah, matanya berganti arah dari satu wajah ke wajah lain. “Aduh, gawat,” gumamnya pelan. 'Mana mungkin aku bisa melawan mereka berlima? Tapi… sepuluh juta itu...'

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tampak tenang. “Hem! Kalian tidak seharusnya berlaku kasar pada wanita. Lebih baik kita bicara--”

Belum juga selesai berbicara, satu tinju melayang begitu cepat hingga Bhumi terpental ke samping dengan keras.

Buk!

Pukulan itu mendarat telak di pipinya, membuatnya terpelanting dan jatuh menghantam aspal basah. Rasa perih langsung menjalar ke rahang. Ia memegangi pipinya dengan mata membulat. “Ka-kalian berani memukulku!”

Pria bertato naga di lengan kanan itu maju lagi satu langkah, lalu menyeringai sinis. “Kau ingin mati, hah?!”

Bhumi menatap mereka dengan wajah ngeri. Napasnya mendadak terasa berat, 'Tidak... aku tidak boleh mati lagi.'

Ia menoleh cepat ke kiri dan ke kanan, lalu melihat sebuah bangunan tua di seberang jalan yang gelap. Bangunan susun itu memang tampak sepi, tapi beberapa jendelanya masih terbuka. Pria itu langsung mendapatkan ide.

Dengan suara keras, ia berteriak, “Tolong!!! Ada orang mau membunuhku! Tolong!!!”

Lima pria itu kaget, menatap kanan kiri panik. Bhumi melanjutkan dengan suara lantang, “Kalian tidak tahu, kan? Di sana itu banyak temanku! Kalau mereka keluar, kalian berlima ini akan tamat!”

Suasana mendadak tegang. Suara jangkrik terdengar samar di antara keheningan malam. Salah satu pria mendekat ke pemimpinnya lalu berbisik, “Bos, kalau benar mereka semua keluar, kita semua bisa habis!”

Pemimpinnya mendengus kesal. Ia meludah ke tanah, lalu menunjuk tajam ke arah wanita di belakang Bhumi. “Kau selamat kali ini! Tapi urusan ini belum selesai!”

Mereka berbalik, berjalan cepat, berjalan beriringan di trotoar yang sempit sebelum akhirnya menghilang di tikungan.

Bhumi menghela napas panjang, bahunya turun perlahan. Lututnya juga terasa lemas. Ia masih terduduk di trotoar, dengan beberapa kali mendesis merasakan sakit di pipinya.

Terlihat wanita itu keluar dari balik tiang listrik, Ia lalu menunduk dan bertanya dengan hati-hati, “Kau tidak apa-apa?”

Bhumi menggeleng kecil, lalu tersenyum paksa. “Aku baik-baik saja.”

Bip.

Suara lembut itu membuat Bhumi menoleh. Layar biru muncul lagi di udara tepat di depan matanya.

[Selamat, Bos! Misi telah selesai. Hadiah uang sudah masuk ke rekening, dan keahlian Mata Rubah segera diaktifkan!]

Bhumi menatap layar itu dengan mulut sedikit terbuka, tidak percaya. Ia buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku celana, membuka aplikasi m-banking. Dan benar saja, saldo rekeningnya sudah bertambah!

Pria itu tanpa sadar menutup mulutnya yang hampir berteriak, 'Dengan sistem... Aku bisa menjadi raja uang di dunia dengan cepat!'

Namun tiba-tiba, pandangannya berubah. Matanya berdenyut aneh, seolah ada cahaya merah samar berkilat di pupilnya. Ia segera menggeleng cepat lalu melemparkan pandangannya ke arah lain.

Tanpa sengaja tatapan matanya jatuh ke arah mobil mewah di ujung jalan.

[Ferrari F8 Spider 2022 – Harga: 19 Miliar]

Bhumi menatap kagum. “Gila... sistem ini luar biasa,” gumamnya. Lalu matanya berpindah ke arah wanita di depannya.

[Nama: Selina Ayunindya.

Umur: 28 tahun.

Pekerjaan: Dokter spesialis.

Status: Lajang.

Ukuran dada: 38D.]

Bhumi sontak menutup mata dengan menarik nafas panjang. 'Sistem Gila!'

“Kau bisa berdiri?” tanya wanita itu, dengan mengulurkan.

Bhumi menatapnya sejenak sebelum akhirnya tersenyum kaku. Ia meraih tangan itu dan berdiri perlahan. “Bisa... hanya sedikit pusing.”

“Ah ya, rumahmu di mana? Akan aku antarkan pulang,” lanjut Bhumi.

Selina menggeleng halus, dengan tersenyum tipis, “Tidak usah, aku panggil sopirku saja. Boleh aku pinjam ponselmu sebentar?”

Bhumi mengangguk, menyerahkan ponsel yang layarnya sudah retak. Lalu diam memperhatikan wanita itu saat mengetik pesan untuk supir pribadinya.

“Sudah, terima kasih.” Ia mengembalikan ponsel itu. “Oh, dan perkenalkan, namaku Selina.”

“Panggil saja Bhumi,” jawabnya, sedikit gugup.

“Nama yang unik,” balas Selina tersenyum tipis.

Beberapa menit kemudian, sebuah sedan silver berhenti di tepi jalan. Pria paruh baya keluar, dan tergesa-gesa menghampiri Selina dengan panik, “Nona, Anda tidak apa-apa?”

Selina menggeleng. Ia membuka pintu belakang, mengambil tas, lalu mengeluarkan selembar kartu nama. “Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu. Aku berutang nyawa padamu.”

Bhumi menerima kartu itu dan tersenyum kikuk. “Y-ya, baiklah.”

Setelah itu tak ada percakapan lain, mobil itu pun segera melaju pergi, meninggalkan Bhumi sendirian di bawah cahaya lampu jalan yang kekuningan. Ia menatap kartu nama di tangannya. 'Dokter? Baiklah akan aku simpan, siapa tahu akan berguna suatu saat nanti.' batinnya dengan memasukkan kartu itu ke saku

Bhumi lalu mengepalkan tangan, menatap ke arah lampu jalanan, “Oke... sekarang, apa yang bisa kulakukan dengan mata rubah ini?”

Ia terdiam sejenak, berpikir keras selama beberapa detik. Lalu tiba-tiba bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Ah! Aku tahu!” serunya riang.

Ia meregangkan tubuhnya lalu menguap lebar. “Tapi sebaiknya aku pulang dulu, untuk istirahat. Besok rencana ini harus aku jalankan."

Bhumi lalu kembali berjalan menyusuri trotoar yang sepi, langkahnya bergema di antara deretan lampu yang redup. Udara malam terasa lembap, aroma tanah basah memenuhi hidung.

Namun langkahnya berhenti tiba-tiba. Di sisi taman kecil yang remang, ia melihat sesuatu, seorang pria tergeletak di rerumputan, dengan tubuhnya yang berlumuran darah.

Bhumi menatap sekitar, dengan waspada. Setelah di rasa aman, ia lalu mendekat perlahan, menunduk, menyentuh bahu pria itu dengan ujung kakinya.

Tak lama tubuh itu bergerak lemah. Tampak mengerjap beberapa kali, dan akhirnya berkata dengan suara parau, “Bhumi... itu kau?”

Bhumi menajamkan pandangan. Begitu wajah pria itu terlihat jelas, darah di tubuhnya serasa berhenti mengalir.

Ia menghela napas panjang, dengan ke dua tangan yang mengepal kuat, suaranya nyaris bergetar saat bertanya, “Siapa... siapa yang melakukan ini padamu?”

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   8. Benda Keras apa ini??

    "Ke-kenapa punyanya besar sekali?" Beberapa kali Dahayu mengerjapkan mata. Ia melihat dengan jelas "Pasar Darat" ( pajang besar dan berurat) yang sedang di pijat dengan cukup kasar oleh pria itu sendiri. Dahayu duduk di sisi ranjang, kedua lututnya dirapatkan, tangan menggenggam ujung seprai yang berkerut. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Apa yang baru saja terjadi? Ada pria asing di kamarnya. Dan kini... pria itu sedang menggunakan kamar mandinya seolah ia pemilik tempat ini. Wanita itu kembali menelan ludah. Dan berpikir, kenapa dia bisa datang kesini? Dan... siapa yang sudah memberinya obat? "Apa mungkin ini semua sudah di atur oleh...???" ia lalu menggeleng cepat. "Tidak mungkin," ucapnya lagi mengusir apa yang di dalam pikirannya. Dahayu lalu meraih ponsel di meja nakas, jarinya gemetar saat ingin menekan angka darurat. Namun seketika jarinya berhenti di udara. 'Kalau dia memang pria jahat, bukankah dari tadi dia sudah menyerangku

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   7. Dahayu - Janda Cantik!

    Bhumi menoleh, kaget. Seorang wanita cantik berdiri di sana, dengan rambutnya yang basah menempel di bahu. Sehelai handuk putih melilit tubuhnya erat-erat.[Nama: Dahayu NishaUmur: 35 TahunStatus: Desainer, JandaUkuran: 38 D]'Ya Tuhan .... Kenapa harus bertemu yang besar-besar di saat seperti ini?' pria itu menggerutu dalam hati.Wanita itu masih berdiri di sana dengan menyipitkan mata melihat Bhumi yang tampak salah tingkah. Dengan tangan yang putih mulus mencengkeram erat ujung handuk di dada."Ma-maaf aku, aku salah kamar," Bhumi berkata dengan tubuh yang sempoyongan hampir roboh."Pria mesum! Keluar sekarang juga!"Bhumi mendekat selangkah, tangannya terangkat setengah seperti hendak menenangkannya. Jangan sampai komplotan Reno tahu jika ia sedang bersembunyi di kamar itu, "Tunggu, aku bisa jelaskan—""Jangan mendekat!" teriak wanita itu lagi, suaranya melengking tinggi sedikit gemetar. Kedua tangannya yang mendadak terjulur ke depan, "Berhenti di sana, atau aku akan telepon p

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   6. Salah Masuk Kamar.

    Ke dua matanya, yang tadi masih menyisir kerumunan, kini terpaku pada seseorang yang sudah berdiri di hadapan mereka berdua, "Kak? Kau ada di sini?" sapa pria itu, tatapannya hangat ketika menatap Selina.'Dunia memang sempit sekali ya? Ternyata Reno, adik sepupu Selina... Haah!' gerutu Bhumi dalam hati, ia mencoba tetap tenang ketika melihat Reno, dan Alya. Mantan kekasih dan selingkuhannya itu.Alya, dengan mata yang tajam, menyenggol lengan Reno dan menunjuk Bhumi dengan lirikan mata, sinis. Reno yang menyadari keberadaan Bhumi segera melepaskan tangan Alya dan mendekat satu langkah lagi, wajahnya menyeringai sinis. "Ck...ck...ck... Berani juga kau datang ke acara reuni ini ya?" ujarnya, mengusap dagu dengan pelan."Kalian saling kenal?" tanya Selina, melihat adik keponakannya itu menyapa Bhumi. Ia lalu menatap Reno dan Bhumi bergantian, bingung. "Yah... kami satu angkatan," jawab Bhumi singkat. Tangannya masuk ke dalam saku celana, ekspresi cukup santai."Kak, kau tak tahu? Dia i

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   5. Dunia Begitu Sempit!

    Malam itu, dengan jantung berdebar, Bhumi sudah tiba di alamat yang tertera di grup teman sekolah.Pria itu masuk dengan menunduk merapikan kemeja yang baru saja ia beli setengah jam yang lalu. Membuatnya tak sangaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari lift.“Eh, maaf—”Ia segera mendongak dan matanya membulat sempurna. “Selina?” bisik Bhumi tak percaya.Wanita itu, anggun dalam balutan gaun krem yang elegan, menatapnya dengan ekspresi kaget yang sama sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang manis.“Bhumi? Astaga, kau ngapain di sini?” “Reuni kampus,” jawab Bhumi santai, “Kau sendiri?”Selina terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ada janji pertemuan. Seseorang ingin menjual barang koleksi antik dan aku tertarik untuk menjadikannya sebagai hadiah ulang tahun kakekku.”Ucapan itu baru saja meluncur dari bibirnya yang merah saat Bhumi merasakan sensasi aneh yang familiar di dada. Getaran halus dari kalung giok naga di lehernya membuat pria itu seketi

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

    Bhumi terpaku. Matanya menatap pria berkacamata bulat besar yang berdiri di hadapannya. Informasi yang diberikan oleh mata rubahnya membuat Bhumi menelan ludah dengan susah payah.[Nama: Widodo.Pekerjaan: Kolektor.Umur: 55 Tahun.Status: Penipu, mantan narapidana.]'Oh... tukang kibul ternyata,' batin pria itu sambil menggeleng pelan. Widodo, pria berperut buncit dengan cincin batu akik berwarna merah tua melingkar di jempolnya, perlahan melangkah semakin dekat. Ia tersenyum dan sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot."Bagaimana, anak muda?" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di tengah hiruk pikuk pasar. "Kau lepaskan barang itu padaku. Seratus juta… sekarang juga."Suasana pasar seketika pecah oleh bisik-bisik terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Widodo tersenyum bangga meskipun Bhumi sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. Beberapa pedagang yang tadi mencibir Bhumi kini mulai berbisik-bisik, mata mereka menyorot penuh minat ke arah mangkuk kecil

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   3. Barang Antik Seratus Juta???

    “Janu! Ranjanu, apa yang terjadi?!”Suara Bhumi memecah keheningan malam itu. Tubuh pria di hadapannya melenguh beberapa kali, ''Tolong, ah.. sakit.'' ucap pria bernama Ranjanu itu dengan mencoba mengangkat tangannya.Bhumi segera membantu sahabatnya itu untuk berdiri dengan menopangnya dari sisi kanan. Terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya, mengenai baju yang sudah lusuh dan robek di beberapa bagian.“Untung saja aku bertemu denganmu, kalau tidak... mungkin aku sudah mati di sini,” gumam Janu pelan sambil meludah, darah segar kembali keluar dari mulutnya.Bhumi menahan napas, lalu tanpa pikir panjang memapah sahabatnya itu. “Diam, jangan bicara macam-macam!” teriaknya dengan nada marah, namun tak bisa menutupi rasa cemas dan juga khawatir.Tubuh Janu terasa berat di pundaknya. Mereka berjalan terseok, melewati gang sempit yang remang diterangi lampu jalan. Suara anjing menggonggong di kejauhan bercampur dengan derit sandal Bhumi yang basah. Udara malam lembab menusuk hidung, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status