Share

Bab 8

Author: Yuki Norin
Sierra belum sempat bereaksi, tetapi Alyssa sudah terlanjur berbalik dan masuk ke lift, pergi begitu saja.

Sierra ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak punya kesempatan. Akhirnya, dia hanya menoleh pada Daniel. "Daniel, istrimu ini galak sekali. Kamu bisa tahan? Pantas saja Rafa takut padanya. Sepertinya dia marah. Kamu nggak mau bujuk dia?"

Daniel mengalihkan pandangannya dari Alyssa. Dengan ekspresi datar dan nada suara yang tenang, dia menjawab, "Biar saja. Dia akan tenang sendiri."

Sierra tersenyum tipis. "Kamu ini benar-benar nggak takut istrimu kabur ya."

Malam itu, Daniel pulang ke rumah. Rumah gelap gulita, lampu tidak dinyalakan.

Rafatar tidak ada di rumah, jadi Tari tidak perlu melayani. Dia bisa lebih santai dan tidur lebih awal.

Daniel menyalakan lampu. Rumah besar ini terasa kosong dan dingin. Dia naik ke lantai atas, masuk ke kamar utama, dan mendapati ruangan itu pun kosong.

Dia sendiri jarang sekali kembali ke rumah ini. Seolah-olah dia juga tidak peduli apakah Alyssa kembali atau tidak, dia berbalik menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Saat itu, dia melewati meja rias Alyssa tanpa menoleh sedikit pun.

Kalau saja dia melirik sebentar, dia pasti akan melihat sebuah dokumen yang tergeletak di atasnya.

....

Akhir pekan, pameran Teknologi Pertahanan begitu meriah. Banyak orang datang untuk menyaksikan. Bahkan yang tidak sempat membeli tiket pun berdiri di luar pagar demi ikut meramaikan. Banyak wartawan dengan kamera besar sibuk meliput dan mewawancarai.

Alyssa sejak pagi sudah menunggu Evans di depan pintu masuk pameran bersama putrinya. Ziona berdiri manis di samping Alyssa. Ziona menatap sekelilingnya dengan mata berbinar-binar, penuh rasa ingin tahu. Poster dan brosur pesawat tempur bertebaran di mana-mana.

Biasanya, ibunya jarang sekali membawanya ke tempat seperti ini, bahkan ke taman bermain pun hampir tidak pernah.

Alyssa melihat ekspresi wajah anaknya itu dan tersenyum tipis. Dia berjongkok, mencubit pipi Ziona dengan lembut. "Suka tempat seperti ini? Kalau kamu merasa bosan, Mama bisa minta Nenek menjemputmu."

"Aku suka kok. Suka sekali!" Dengan suara lembut, Ziona berkata,, "Dulu Mama nggak pernah ajak aku keluar main."

Mendengar ucapan putrinya, hati Alyssa terasa sesak. Di kehidupan sebelumnya, dia terlalu sibuk menjadi asisten Daniel, sibuk mengurus rumah Keluarga Arthadika, juga sibuk mendidik Rafatar. Karena itu, banyak detail kecil tentang Ziona yang dia abaikan.

Daniel sesekali masih membawa Rafatar keluar jalan-jalan, sementara Ziona selalu ditinggalkan di rumah, makan seadanya, bermain dengan mainan bekas Rafatar yang sudah tidak diinginkan.

Daniel membeli hadiah dan mainan untuk Rafatar, tetapi tidak pernah membawa satu pun untuk Ziona. Alyssa sempat mencoba membelikan mainan untuk Ziona, tetapi anak itu berkata dia tidak suka mainan. Sekarang dipikir-pikir, mana ada anak kecil yang benar-benar tidak suka mainan?

"Maaf ya, Sayang." Suara Alyssa penuh rasa bersalah dan penyesalan. Kali ini, dia tidak akan melewatkan setiap momen pertumbuhan putrinya.

"Hah! Zizi, ngapain kalian berdiri di depan pintu?" Dari jauh, Rafatar melangkah dengan setelan jas kecil, wajahnya penuh kesombongan. "Kamu juga mau masuk lihat jet tempur sungguhan ya?"

"Dengan status Mama, mustahil bisa masuk. Kalau kamu mau masuk, bisa minta tolong sama aku. Tapi syaratnya, Mama harus kembali ke rumah, masak, dan bersih-bersih buat kami. Baru deh aku bisa bujuk Papa sama Bibi Sierra."

"Nggak perlu! Mama bisa bawa aku masuk!" Ziona menggembungkan pipinya. "Mama bukan pembantu kalian!"

Rafatar bingung untuk sesaat. Mana mungkin Alyssa bisa membawa Ziona masuk. Dia cuma bisa masak dan bersih-bersih di rumah, sama sekali tidak paham urusan teknologi tinggi begini.

Daniel dan Sierra menyusul di belakang Rafatar, jaraknya tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh. Keduanya memakai pakaian bernuansa cokelat, sekilas tampak seperti baju pasangan.

Dulu Alyssa juga pernah berharap bisa memakai pakaian pasangan dengannya, tetapi Daniel sama sekali tidak pernah mau. Pakaian yang Alyssa belikan pun tidak pernah disentuh, bahkan dilirik pun tidak.

Melihat Alyssa, Sierra melangkah maju, sok akrab. "Kak Alyssa, Zizi, kalian juga datang ya. Kenapa nggak bilang? Kalian bisa naik mobil bareng aku dan Daniel."

Saat itu, Daniel melangkah ke samping untuk menerima telepon. Dia tidak menoleh sedikit pun ke arah Alyssa.

Ziona terus-menerus mencuri pandang ke arah ayahnya.

Menghadapi sikap Sierra yang provokatif, bibir Alyssa melengkung membentuk senyuman dingin. Dia langsung menolak. "Nggak usah repot-repot."

Sierra menaikkan alisnya. "Daniel dan aku bersahabat sejak kecil. Kami tumbuh bersama. Kamu nggak perlu sungkan sama kami."

Nada bicaranya terdengar seperti pernyataan kepemilikan, seolah-olah sejak lama dia sudah menganggap dirinya sebagai Nyonya Arthadika.

Di kehidupan lampau, Alyssa hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri yang tidak sadar sejak awal, bahwa Sierra selalu menunggu kesempatan di samping Daniel.

Sebelum Alyssa sempat menjawab, Daniel sudah selesai menelepon. Dia langsung melewati Alyssa, menoleh pada Sierra. "Ayo, kita masuk."

Sama sekali tidak ada niat untuk membawa Alyssa dan Ziona masuk bersama.

Sierra tersenyum ramah pada Alyssa. "Kami masuk dulu. Kalau nanti ternyata kamu nggak bisa masuk, telepon saja aku. Aku bisa keluar menjemputmu."

Alyssa hanya memandangi punggung ketiganya yang menjauh, lalu tersenyum dingin. Kali ini, dia ingin melihat sendiri, bagaimana ketiga orang itu hidup sebagai keluarga.

"Maaf membuat kalian menunggu lama. Ada sedikit urusan di institut tadi." Evans tergesa-gesa.

Alyssa tersenyum. "Nggak apa-apa."

"Nih." Evans menunduk, menatap Ziona dengan lembut sambil tersenyum. "Paman belikan kamu camilan dan mainan."

Mata Ziona langsung berbinar-binar. "Terima kasih, Paman."

Itu adalah hadiah pertama yang pernah dia terima!

Evans membawa beberapa kartu akses khusus untuk staf internal, lalu mengajak Alyssa dan Ziona masuk bersamanya.

Hari itu, matahari bersinar terik. Cahaya begitu menyilaukan, jadi Alyssa mengenakan kacamata hitamnya.

Evans berjalan sambil berkata, "Pameran teknologi tiga tahun sekali ini skalanya memang besar. Kamu pasti tahu."

"Nanti aku mungkin akan lumayan sibuk. Kalian bisa jalan-jalan dulu. Siang nanti kita makan bersama Guru ya?"

Alyssa mengangguk. "Oke, kamu urus pekerjaanmu saja."

Suasana di lokasi begitu meriah, di mana-mana penuh orang. Ziona tidak bisa berhenti menatap dengan takjub.

"Mama, pesawat ini keren banget!" Ziona menarik tangan Alyssa. "Tolong fotoin aku sama pesawat ini ya?"

"Boleh." Alyssa tersenyum sambil mengeluarkan ponsel. "Kamu berdiri agak ke sana sedikit."

Saat Ziona baru mau berdiri, tiba-tiba sekumpulan orang berdesakan datang, membuat Alyssa dan Ziona terdorong.

Alyssa mengernyit, cepat-cepat menopang tubuh putrinya.

"Bu Sierra, kami dengar, Anda akan melanjutkan karier di dalam negeri. Pak Daniel bilang kamu akan masuk ke Pusat Riset Dirgantara. Bisa bagikan pandangan Anda soal industri ini?"

Sekumpulan wartawan dengan kamera mengelilingi Sierra, beberapa di antaranya sibuk mencatat.

Sierra dikerumuni di tengah, wajahnya penuh senyuman, tampak sangat berwibawa. "Perkenalkan, pesawat di belakangku ini awalnya adalah rancanganku. Hanya karena aku harus melanjutkan studi ke luar negeri, aku keluar dari tim. Sekarang, melihat pesawat ini berhasil diproduksi sempurna, aku merasa sangat bangga."

"Ini membuktikan negeri kita nggak pernah kekurangan talenta."

"Eh, itu istrimu, 'kan?" Tidak jauh dari situ, seorang pria di samping Daniel menyikut bahunya. "Ngapain dia ke sini? Dia sehari-hari cuma urus rumah. Apa dia ngerti hal begini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 247

    Alyssa menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya dengan tatapan mengejek. "Katakan saja terus terang, kamu cuma takut kesayanganmu bakal kalah, 'kan?"Begitu ucapannya selesai, dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sedikit pun.....Begitu tiba di kantor SkyNine Tech, Evans menghampiri dengan wajah serius. Dia meletakkan tablet di meja kerja Alyssa. Tampilan layarnya menunjukkan halaman berita. "Ada masalah."Alyssa tertegun sejenak. "Masalah apa?"Dia segera mengambil tablet itu dan membacanya. Ternyata perusahaan mitra yang mereka ajak makan malam kemarin, setelah berpesta sampai larut malam dan tampak sudah sepakat bekerja sama, justru langsung menandatangani kontrak dengan Meganova begitu meninggalkan tempat pertemuan.Padahal saat makan malam, pihak mitra memberi kesan sangat tertarik bekerja sama. Lagi pula, proyek yang sedang mereka garap adalah proyek besar, langsung terkait dengan kerja sama pemerintah dan melibatkan perusahaan b

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 246

    Malam terasa panjang dan sulit dilewati. Rasa rindu seorang anak pada kasih sayang ayahnya selalu menjadi luka yang tak bisa disembuhkan oleh seorang ibu.Meskipun Alyssa sudah berkali-kali berkata kepada Ziona dengan nada tegas bahwa mulai sekarang mereka tidak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Daniel, hati seorang anak kecil tidak mungkin bisa melepaskan semudah itu.Daniel tetaplah ayahnya. Kenapa dia tidak boleh memanggilnya "Papa"?Sejak kecil Ziona sudah tumbuh dengan pemahaman yang tertanam dalam-dalam tentang siapa ayahnya. Kalau sekarang Alyssa mengatakan bahwa Daniel bukan ayah kandungnya, Ziona pasti akan terluka.Sama seperti saat ini, ketika dia terlihat seolah-olah sudah menerima kenyataan bahwa mereka pindah keluar dari rumah itu, di dalam hatinya dia tetap sedih setiap kali melihat keluarga itu pergi berlibur bersama.Mungkin di pikirannya, Ziona bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu menyayangi Rafatar, tetapi tidak pernah sayang padanya dan ibunya?Perasaan seper

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 245

    "Mm." Evans mengusap pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ada urusan mendadak, jadi sudah pergi."Tangan Alyssa yang memegang sup pereda alkohol menegang sedikit. Tatapannya tampak agak kosong, pikirannya berantakan. Dia berusaha keras menenangkan diri agar tetap sadar."Jadi ... soal kerja samanya gimana? Pihak sana tertarik nggak?"Evans mengangguk. "Sepertinya hampir pasti. Besok aku bakal datang langsung ke kantor mereka lagi."Hari ini Alyssa minum jauh lebih banyak dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman. Dia seolah-olah kehabisan tenaga, bahkan kepala pun terasa berat.Evans memanggil sopir pengganti dan memastikan Alyssa diantar pulang dengan selamat. Saat dia tiba di rumah, waktu baru menunjukkan pukul 8.30 malam.Ziona melihat ibunya pulang dengan tubuh yang berbau alkohol kuat dan wajah yang tampak menahan sakit. Kata-kata yang ingin dia ucapkan langsung tertelan kembali di tenggorokannya.Ziona buru-buru mendekat. "Mama ...," katanya pelan sambil berdiri di sisi so

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 244

    Mendengar itu, Sierra tersenyum. "Mana mungkin mereka nggak datang? Kesempatan kayak begini seharusnya mereka berebut buat hadir.""Bagaimanapun juga, EraNet itu pemain papan atas di industri. Sekadar datang buat tukar pengetahuan dan diskusi teknologi saja sudah cukup bikin mereka belajar lama."Sebelumnya, bukankah mereka hampir ikut semua konferensi industri? Toh tujuannya hanya untuk menambah ilmu dan mencari peluang. Sekarang acara sebagus ini sudah diatur dengan sempurna. Kalau tidak datang, rasanya tidak masuk akal."Mereka bilang ada urusan mendadak," ucap Daniel secara singkat dan tegas.Sierra dan Xander sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dengan tingkatan yang berbeda."Nggak datang?" Xander hampir tidak percaya. "Dengan alasan apa? Sok banget? Gara-gara tanda tangan perjanjian taruhan itu, terus ngambek dan sengaja nggak datang?"Sierra melirik Daniel. Wajah pria itu tenang dan dingin, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah mereka datang atau tidak. Namun, Daniel s

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 243

    Evans sangat memahami rasa jengkel yang tersembunyi di hati Alyssa.Baru saja mereka saling berebut kendali atas satu proyek pemerintah, hingga akhirnya harus menandatangani perjanjian taruhan. Hubungan kedua pihak jelas jauh dari kata bersahabat.Alyssa tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Edric dan bertanya, "Jam berapa? Nanti kami akan datang.""Jam 6 malam," jawab Edric, lalu dia beranjak pergi.Begitu dia pergi, Alyssa mengembuskan napas panjang.Evans yang memegang kemudi dengan satu tangan, berkata dengan nada berat, "Baru saja tanda tangan perjanjian taruhan dan suasananya sudah nggak enak, malah mengundang makan malam? Maksudnya apa?"Seolah-olah Daniel ingin menunjukkan kelapangan hatinya, seolah-olah proyek itu memang milik mereka.Pergi atau tidak, rasanya sama-sama bikin muak. Daniel memang selalu bertindak berlebihan."Orang bilang sekali jadi suami istri, seumur hidup tetap ada rasa," ucap Evans lirih. "Tapi dia ke kamu ...."Sama sekali tidak ada sedikit pun belas kasi

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 242

    Wajah pria itu tampak tenang. Entah sejak kapan dia datang, entah berapa banyak yang sempat dia dengar.Sierra sempat tertegun sejenak. "Daniel."Tatapan gelap Daniel tak menampakkan emosi apa pun. "Ada apa?"Reaksinya datar, seolah-olah tak mendengar percakapan barusan. Sekalipun dia mendengarnya, apa masalahnya? Toh tidak ada yang salah dengan percakapan mereka tadi.Sierra menekan bibirnya, menarik napas dalam-dalam. "Sekarang Alyssa punya SkyNine di belakang, jadi sikapnya keras. Kita sudah nggak bisa menyinggungnya lagi."Daniel menyelipkan satu tangan ke saku celana, memiringkan kepala sedikit. Bibirnya pun terangkat samar. "Untuk apa menyinggung dia?"Sierra terdiam. Saat menatap mata pria itu, dia tiba-tiba mengerti sesuatu. Benar juga, dengan posisi Alyssa sekarang, dia memang belum pantas menjadi lawan mereka."Yuk," kata Daniel.Kegembiraan melintas di wajah Sierra. Dia mengira Daniel kebetulan melewati toilet, tetapi ternyata datang untuk menjemputnya?Keduanya berjalan kel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status