Home / Rumah Tangga / Terpaksa Menikahi Musuh / Bab 4| Tertangkap Basah

Share

Bab 4| Tertangkap Basah

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2021-08-24 14:53:43

"Sudah lama?" tanya Ayana menghampiri Willy.

"Belum, hanya lima belas menit. Satu jam pun aku sanggup untuk menunggumu, Ayana."

Willy mulai menggombal, Ayana tersipu lantas memukul pelan dada bidang prianya. Willy mengunci tangan mungil itu di sana, mengikis jarak antara dirinya dengan Ayana kemudian merengkuh kekasihnya erat.

"Ahh, aku rindu sekali pelukan wanita manja ini," tutur Willy, menyimpan dagunya pada puncak kepala Ayana.

"Aku juga rindu kamu, Wil. Kamu tahu, akhir-akhir ini Andres kembali berulah. Aku selalu dibuat kesal setengah mati olehnya," rajuk Ayana sambil mengeratkan pelukannya.

Gadis itu menenggelamkan wajah lelahnya pada dada bidang sang kekasih; mencium aroma maskulin khas prianya yang teramat ia suka.

"Dia memang menarik, aku jadi ingin kenal lebih dekat dengannya.”

"Itu ide tergila yang pernah aku dengar. Sebaiknya kamu tarik kata-katamu barusan, Wil.  Kamu pasti menyesal."

"Kenapa? Aku serius ingin mengenal sosok pria yang mampu membuat gadisku kelabakan setiap hari.”

Ayana mendorong tubuh Willy pelan.

"Ngawur! Aku selalu berdoa agar tidak bertemu lagi dengannya. kenapa kamu malah ingin mengenal manusia menyebalkan itu?”

“Entahlah, sepertinya akan sangat menarik jika aku dekat dengannya.”

“Hhh, berarti kamu mau menjadi musuhku.”

Dengan sekali tarik Willy berhasil membawa tubuh Ayana ke dalam rengkuhannya lagi. Mereka berpelukan mesra, menguarkan nuansa cinta yang sempurna. Willy menyentuh kedua pipi Ayana, memiringkan kepalanya dan tak berapa lama bibir mereka pun bertemu. Baik Ayana maupun Willy sama-sama menenggelamkan diri dalam buai keindahan cinta mereka.

"Romantis sekali," tukas seseorang yang muncul dari arah belakang Ayana.

Refleks Willy dan Ayana saling menarik diri, menghentikan ciuman mereka. Ayana berbalik dan langsung melayangkan tatapan tak bersahabat pada orang itu. Sementara Willy hanya menggaruk tengkuknya kikuk. Entahlah, ada sedikit perasaan malu ketika mendapati orang lain menyaksikan ciumannya dengan Ayana tadi.

"Sedang apa kamu di sini?" dakwa Ayana tak suka, Andres mengernyit sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Mm, aku mengganggu kalian?" balas Andres berlaga tidak enak hati.

"Tidak juga, maaf karena kau harus menyaksikan kejadian barusan," jawab Willy lebih tenang dan sopan.

"Aku sudah biasa, maksudku siapa yang tidak pernah melihat orang berciuman di negara ini? Itu wajar."

Andres tersenyum ganjil, seperti ada maksud terselubung dari senyuman itu. Willy membalasnya tidak curiga sama sekali, berbeda dengan Ayana yang sudah menangkap sinyal berbahaya dari Andres.

"Ada apa kamu menemuiku?"

"Pede banget, kamu pikir aku mau menemuimu?"

"Kamu berharap aku menganggap kedatanganmu ini sebagai sebuah kebetulan?"

"Kenapa tidak, siapa tahu aku mau mengambil mobil juga."

"Sayangnya bukan itu alasannya, benar bukan?"

Andres mendecih, ia salut dengan segala hal yang dilakukan Ayana. Selalu ada saja tingkah laku atau tutur kata wanita itu yang membuat Andres terkagum-kagum.

"Wow, aku terkesan, sepertinya kamu paham sekali tentang aku.”

Perkataan Andres yang demikian sensitif itu berhasil mengusik kebisuan Willy. Dia tidak suka Andres menggoda Ayana di depan matanya.

"Jadi apa urusanmu?!" geram Ayana. Ia melirik Willy yang menampakkan ekspresi terganggu dengan ucapan Andres barusan.

"Oh maaf, bukan maksudku untuk menggoda tunanganmu. Kami memang sering bercanda seperti ini. Kuharap kau tidak salah paham."

“Tidak masalah, aku mengerti. Ayana sering mengatakan hal itu padaku."

Andres tidak terkejut. Sudah pasti wanita itu akan melakukannya. Dia memang tipikal orang yang tidak bisa memendam kekesalan seorang diri. Setiap memiliki masalah apa pun, Ayana harus membagi masalah itu dengan orang terdekatnya, dengan begitu ia baru bisa merasa tenang dan lega meski hal tersebut belum tentu mampu menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi.

"Aku tidak menyangka kamu begitu mengagumiku, dokter Ayana. Sampai-sampai tunanganmu tahu tentang hubungan unik kita."

"Abaikan ucapannya Wil, sudah kubilang dia memang sialan."

"Dia juga sering menceritakanmu padaku," timpal Andres sebelum Willy menanggapi perkataan Ayana.

"Benarkah?" Willy melirik Ayana yang sedang menatap Andres penuh kecaman.

"Mm, dia selalu memujimu di depanku, bahkan di hadapan semua anak buahnya. Katanya kau adalah pria terbaik yang pernah dia temui jauh berbeda denganku.”

"Hei! Jangan asal bicara!" bentak Ayana hendak memukul Andres namun Willy menarik tangan wanita itu.

"Kenapa marah? Aku bicara apa adanya. Kupikir dia tahu tentang kebiasaanmu yang selalu membandingkannya denganku."

"Kamu tidak punya hak untuk berbicara seperti itu!”

"Sudah kuduga, dia pasti tidak tahu. Kamu melakukannya agar aku merasa terintimidasi bukan? Sayangnya strategimu terlalu payah. Jelas kami berbeda, tunanganmu itu bukan levelku."

Willy mendecih setengah tertawa, apa Andres baru saja meremehkannya? Pria itu mulai muak akan kehadiran Andres.

"Maaf, sepertinya aku terlalu banyak bicara. Tidak perlu diambil hati. Kau tahu aku memang suka melucu. Karena itulah wanitamu memanggilku pria gila."

"Hentikan omong kosongmu Andres, katakan ada apa kamu menemuiku?"

Ayana mengambil jalan pintas untuk menyudahi percakapan sengit ini. Andres langsung mengangkat sebuah map berwarna biru yang sedari tadi ia pegang.

"Kamu melupakan laporan ini, Honey.”

Ayana mengambil laporan dalam map itu dengan kasar, ia melayangkan tatapan murka pada Andres.

"Sebagai atasanmu, aku hanya ingin memastikan semua dokterku bekerja dengan baik dan tidak melakukan hal bodoh yang membahayakan pasiennya di ruang operasi," jelas Andres penuh penekanan.

Ayana mendelik kesal, lantas meraih map di tangan Andres dengan kasar.

"Hanya ini bukan? Sudah sana pergi!"

Ayana merangkul lengan Willy; mengajak pria itu pergi dari sana.

"Dokter Ayana, tunggu!" panggil Andres ketika Ayana hendak memasuki mobil. Wanita itu menoleh walau malas. Sorot mata kejam tak lelah ia pancarkan pada lelaki itu.

"Aku punya something special di ponselku, kamu mau lihat tidak?”

Ayana mengernyit heran, setelahnya ia membulatkan mata terkejut. Andres tersenyum penuh kemenangan.

"Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa besok, permisi."

Andres melengos begitu saja. Ayana masih berdiri tidak percaya, ia membuka mulutnya membentuk huruf A agar hawa nafsunya keluar semua dari sana. Seketika hati Ayana yang sebelumnya teduh kembali terbakar amarah yang kian bergejolak.

Shit, ahhhh Andares ... kamu benar-benar berengsek!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 69| Jalan Terbaik

    Butir-butir salju melayang di udara bagai dendelion yang tertiup angin. Mendarat dengan tenang di setiap tempat sedikit demi sedikit hingga menciptakan tumpukan yang menggunung menutupi badan jalan. Gundukan putih itu bertengger di atap-atap gedung dan menyampir pada dahan pepohonan. Secangkir cokelat panas tersaji di atas meja, bersebelahan dengan laptop, tumpukan berkas-berkas dan peralatan kerja lainnya. Kepulan asap putih mengudara, meliuk dengan lihai menuju rongga hidung seseorang yang tengah menatap lekat turunnya salju pertama dari balik kaca besar yang menjadi dinding ruangan di lantai dua belas itu. Orang itu kemudian memejamkan mata, menghirup aroma harum dari minumannya yang terus menggodanya untuk beralih tempat. Dan meminum cokelat hangat yang tersimpan di belakangnya itu. Tapi tidak, ia belum mau beranjak dari tempatnya. Tangan orang itu masih disimpan di atas perut, helaan napas terembus tepat di depan kaca itu hingga menimbulkan embun yang mengendap. Membuat kaca men

  • Terpaksa Menikahi Musuh    68| Aku Sangat Merindukannya

    Flashback ..."Hei tunggu!" cegah Andres saat dia mendapati Ayana ingin menghindarinya lagi. Ayana berhenti dengan tangan terangkat seperti penjahat yang menyerah saat dikepung polisi. Andres berjalan mendekati Ayana, ia berdiri di hadapan gadis itu."Hm ... kamu menghindariku lagi?" dakwa Andres berlaga marah sambil melipat tangannya di atas perut."Ti-tidak, mungkin hanya perasaan Sunbae saja," jawab Ayana gelagapan dan menutup perkataannya dengan nyengir kuda. Andres menyelidik, ia menaruh curiga yang cukup besar pada dokter junior itu."Kamu pikir aku bodoh?""Tidak, kamu sangat pintar, Kak! Ups," jawab Ayana menyentak, refleks ia menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya."Ck, lihat wajahmu memerah!""Kamu malu?" goda Andres elegan."TIDAK!" bentak Ayana lantang kali ini kedua tangannyalah yang sudah membungkam mulut lo

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 67| Ibu yang Kejam

    Flashback "Kamu sayang pada Ibu?"Andres mengangguk pasti dengan senyum cerah. Seminggu setelah kepergian ayahnya, Andres meminta kakek Jo untuk membawanya ke rumah Gyana Tolimson. Semula kakek Jo melarang Andres dan bersikeras tidak mau memberitahu keberadaan ibu Andres. Tapi anak itu tak lelah membujuk kakek Jo hingga hati lembut kakek itu luluh dan menyetujui keinginan Andres. Dan di sinilah dia sekarang, berdiri di depan ibu kandungnya yang sudah sembilan tahun tidak ia lihat. Hari ini adalah hari ulang tahun Andres yang ke sembilan. Bertemu dengan ibunya menjadi kado terindah di tengah bayang-bayang kesedihan setelah Hendra pergi."Aku merindukanmu, Ibu. Aku sangat menyayangimu sama seperti aku menyayangi Ayah.""Kalau begitu kamu rela melakukan apapun untuk Ibu?"Andres mengangguk lagi dan ibunya pun tersenyum nanar. Wanita itu mengelus puncak kepala Andres lalu mencium kening

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 66| Bersaudara

    Tiga bulan kemudian ...Langkah cepat kedua kaki Willy membawa tubuh pria itu terhuyung tidak stabil saat berlari. Beberapa orang yang tertabrak olehnya mengeluh, akan tetapi Willy tidak menghiraukannya. Pria itu masih menggenggam sepucuk surat yang diberikan Ayana, saat pria itu mengunjunginya tadi. Gadis itu mengatakan sesuatu yang sulit diterima nalar. Sesuatu yang mustahil dan terdengar gila. Akhirnya pria itu tiba di konter informasi rumah sakit, ada sesuatu yang harus ia tanyakan di sini. Pria bernama Kevin membuatnya ingin tertawa terbahak-bahak dengan lelucon tidak masuk akal yang ia buat."Aku ingin mengetahui profil pendonor sumsum tulang belakang dari pasien Willy yang melakukan operasi beberapa waktu lalu," pinta Willy langsung tanpa basa-basi."Boleh tahu ini dengan tuan siapa?""Aku Willy, pasien yang menerima donor itu. Cepat carikan informasinya untukku!""Baiklah, mohon tunggu sebentar."Perawat itu pun meme

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 65| Surat Perpisahan

    TeruntukAyana Jasmine, istriku.(Ah, mungkin saat kamu membaca surat ini kamu telah resmi menjadi mantan istriku. Bagaimana, apa kamu sudah menandatangani surat perceraian kita?)Dada Ayana sesak, pertanyaan Andres kembali menggores satu garis luka dalam hatinya. Air mata itu mengalir ke samping pipi, posisi berbaring Ayana yang menyebabkannya.(Atau mungkin dugaanku salah? Jika seandainya surat ini sampai padamu, itu berarti sesuatu yang buruk sedang menimpamu. Dan aku harus menjadi orang pertama yang patut kau bunuh. Jika keadaan buruk itu tak kunjung usai. Ayana ... astaga aku bingung harus menulis apa. Aku tidak biasa melakukan hal menggelikansepertiini. Tapi aku akan tetap mencobanya. Baiklah, pertama aku akan jujur padamu. Aku melihatnya, melihat kejadian yang membuat dadaku tertusuk meski tidak mengeluarkan darah.Tapi rasanya sungguh perih.)(Saat kamu memeluk dan mencium Willy, aku menyaksikan

  • Terpaksa Menikahi Musuh    Bab 64| Surat Cerai

    Air mata Ayana tidak berhenti menetes sejak satu jam lalu sampai sekarang. Matanya menatap kosong pada selembar kertas yang tergeletak di atas meja ruang tamu. Kakek Jo berdiri dengan gusar sambil memegangi gagang telepon. Amarahnya selalu meledak saat operator memberi pemberitahuan bahwa nomor yang ia tuju sedang tidak aktif. Juno memeluk ibunya takut melihat kemarahan sang kakek buyut. Suara cegukan Yena yang sedang menangis terdengar begitu keras. Gadis itu menangis di samping Ayana sambil memeluk ibu tirinya erat.Berulang kali Yena meminta Ayana untuk tidak menangis. Menyuruh wanita cantik itu untuk bicara namun Ayana terus membisu bersama dengan linangan air mata. Hal itu membuat Yena sedih, gadis kecil itu turut merasakan luka ibu tirinya. Surat perceraian yang sudah ditanda tangani Andres terus melambai-lambai, menggoda Ayana untuk segera merobeknya menjadi serpihan-serpihan kecil. Lebih dari itu, hati Ayana menginterupsi untuk segera membakarnya hingga musnah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status