"Jahama, sudah hentikan. Kau memang benar-benar tidak tahu malu dengan mengatakan semua itu," tutur Kamal memarahi istrinya.Kamal sudah lelah mengingatkan Jahama, namun wanita itu selalu saja mengulanginya. "Zanira, kau hubungi dokter untuk datang kemari," suruh Kamal pada Zanira. Perempuan itu segera menurut apa yang ayahkan katakan.Zafar masih sangat khawatir pada Tia, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi apa-apa pada Tia.Tidak lama kemudian dokter yang dipanggil pun datang. Jahama masih tidak suka dengan semua ini.Dia sibuk membereskan dapur dan tidak ingin mengetahui apa yang terjadi."Jahama, kenapa kau bersikap seperti ini?" tanya kamal mencoba bicara baik-baik pada istrinya.Perempuan itu menghentikan pekerjaannya dan menatap suaminya."Harusnya aku yang bertanya padamu kenapa kau juga ikut membelanya? Dan tidak peduli pada kondisi kita.""Karena dia adalah menantu kita Jahama-""Kita kau bilang? Aku tidak menerima jenis menantu yang seperti itu, wa
“Ayah?” tanya Tia pada Kamal.Kamal pun tersenyum tulus pada gadis itu. "Tentu saja nak, aku memang tidak memiliki segalanya, tapi setelah Zafar menikah denganmu aku jadi memiliki seorang putri yang cantik sepertimu,” ucap Kamal dengan tulus.Mendengar kata-kata itu membuat hati Tia sedikit melunak, meskipun dia tidak bisa langsung mempercayai Kamal dan menganggapnya sebagai ayahnya juga, tapi Tia akan mencobanya.Sorot mata Kamal menunjukkan ketulusan hati yang ia miliki dan membuat Tia sedikit tersentuh.“Mulai sekarang kau tidak boleh memanggilku paman lagi, panggil aku ayahmu,” pinta Kamal sambil tersenyum baik pada Tia.Perempuan itu hanya membalasnya dengan sedikit senyuman. Dia pikir Kamal juga baik padanya bukan karena sesuatu tapi karena laki-laki itu memang tulus menyayanginya.Setelah Yia selesai makan dan meminum obatnya Kamal lalu meninggalkannya.Hingga tiba sore hari Zafar baru kembali dari tempatnya bekerja. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah kantor. Kamal akhirnya
"Kenapa kau selalu memaksaku, melarangku, dan menceramahiku? Apa kau memiliki masalah dalam hidupmu?" "Aaaww, aduuuh." "Zafar ada apa denganmu?" Tia benar-benar terkejut saat tiba-tiba Zafar berteriak dan memegang jarinya."Sepertinya jariku terpotong," jujur Zafar.Tia sedikit cemas lalu memperhatikan jari tangan yang Zafar pegang. "Omong kosong, terpotong apanya? Kau hanya menggunakan pisau yang kecil, bagaimana bisa akan memotong jarimu yang besar?"Tia tidak percaya pada apa yang Zafar katakan. Lagipula dia tidak ingin peduli pada Zafar.Saat Tia melihatnya lagi untuk memastikan, jari Zafar benar-benar mengeluarkan darah segar. Itu artinya Zafar tidak berbohong jika jarinya terluka.Apapun keadaanya Tia tetap bernicara dengan kesal pada Zafar. "Itulah akibatnya jika kau keras kepala Zafar. Hanya rasa sakit yang akan kau dapatkan," kata Tia sambil beranjak dari tempat duduknya dan mencari kotak obat yang ada di kamarnya."Tidak apa-apa Tia, ini hanya sedikit terluka," jawab Zafa
Zafar tidak ingin Tia bersedih. Dia lalu meninggalkan makanannya dan menyusul wanita itu ke kamar."Hei Zafar habiskan dulu makananmu!" suruh Jahama melarang Zafar pergi."Aku sudah tidak lapar lagi ibu," jawab laki-laki itu.Kamal yang melihat itu menjadi tidak enak dengan Tia. "Semua ini karena kau berbicara seperti itu pada Tia, Jahama," kata Kamal kesal dengan istrinya.Jahama mengerutkan keningnya tidak percaya. "Ada apa lagi denganmu? Kenapa kau menyalahkanku? Aku hanya bercanda," elaknya dengan sewot."Tapi ibu, tidak seharusnya ibu bercanda seperti itu." Zanira ikut-ikutan membela ayahnya."Hei kau juga ingin menyalahkan ibumu ini ha?""Sudah cukup Jahama, lain kali kau tidak boleh sembarangan bicara tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Perasaan orang lain apa? Apa dia memikirkan perasaanku ketika dia tiba-tiba menikahi putraku?""Zafar juga mencintainya, kau harusnya senang putramu dapat menikah dengan wanita yang dicintainya.""Tapi wanita itu tidak mencintai putraku, aku
“Kau tidak perlu memberikan apa yang menjadi milikmu kepada Tia, Zanira,” tutur Zafar yang mengejutkan kedua wanita yang sedang bicara di kamarnya.“Tapi kenapa kak? Aku memberikannya dengan tulus untuknya.” Zanira tidak mengerti kenapa kakaknya melarangnya.Zafar pun mendekati adik kesayangannya itu dan tersenyum padanya.“Kau mendapatkan kakak ipar bukan untuk berbagi segala yang kau miliki Zanira. Aku akan mengusahakan semua kebutuhannya, jadi simpan saja barang-barang yang kau miliki. Aku tahu kau sangat menyukainya.”“Besok biar aku membelikan semua itu untuk kakak iparmu. Sekarang kau hanya perlu menjadi teman yang baik untuknya,” jelas Zafar pada adiknya.“Kau tidak perlu melakukannya Zafar, aku tidak membutuhkan itu.”Tia tidak ingin Zafar melakukan apa yang laki-laki itu katakan padanya dan adiknya.“Tidak apa-apa kakak, kau tidak perlu malu. Kakakku itu adalah orang yang bertanggung jawab, dia akan mengusahakannya untukmu,” ucap Zanira sambil tersenyum menggoda.“Lebih baik
"Aku ingin mengajakmu pergi berbelanja Tia," ungkap Zafar pada wanita itu dengan berat hati."Berbelanja? Untuk apa? Saat ini aku tidak membutuhkan itu Zafar. Aku hanya ingin pergi ke rumah pamanku," tegas Tia."Iya aku tahu itu, setelah aku mendapatkan gaji pertamaku nanti, aku pasti akan memenuhi itu.""Lalu sekarang apa? Kau ingin mengajakku berbelanja?""Tentu saja. Bersiap-siaplah, aku akan menunggumu."Tia benar-benar tidak paham dengan Zafar yang tiba-tiba mengajaknya pergi berbelanja.Dia berpikir darimana Zafar mendapatkan uang dan mengajaknya berbelanja jika dia saja belum mendapatkan gajinya.Tia mencoba untuk menanyakan itu dari Zafar."Kau tenang saja Tia, ini adalah sisa uang tabunganku.""Kalau begitu kau lebih baik menyimpannya dan tidak perlu mengajakku pergi berbelanja.""Kenapa tidak? Aku adalah pemilik dari uangku saat ini kan? Jadi jangan khawatir, ayo bersiap-siap dan kita harus berangkat lebih awal.""Kalau kau ingin mengajakku ke rumah pamanku, maka aku tidak a
"Wah bagus sekali Zafar. Kau dan Tia memang pasangan yang serasi. Dari caramu membelanya itu sudah menunjukkan status sosialnya yang sekarang. Rendahan!"Fazwan masih mencemooh lagi dan tidak takut kepada Zafar. Saat Zafar ingin membalas sikap Fazwan, Tia melarangnya dan menghentikan Zafar.Wanita itu benar-benar tidak menyangka laki-laki yang begitu ia cintai tega menghinanya seperti itu."Sudahlah sayang, untuk apa kau meladeninya? Itu tidak penting. Bicara pada orang rendahan seperti mereka itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Ayo lebih baik kita berbelanja. Kita disini bukan untuk bertemu dengan orang rendahan seperti mereka kan? Ada banyak barang mewah di sini yang harus kita beli. Ayolah!"Izora mencoba untuk mengajak Fazwan meninggalkan mereka dengan kata-kata yang tetap tidak mengenakkan hati."Dan satu lagi Tia, kalau kau merasa bosan hidup dengan suami miskin sepertinya. Aku sarankan kau selingkuh saja dengan laki-laki yang lebih kaya. Jangan mengulangi kebodohanmu saa
"Cukup Zafar."Jahama memandang wajah Zafar dengan penuh kemarahan."Untuk apa kau membeli semua ini? Sepenting apa kebutuhan Tuan puterimu itu untukmu Zafar?" tanya Jahama dan membuat Zafar tidak enak dengan Tia."Tia, lebih baik kau bawa semua barang ini ke kamar," pinta Zafar supaya Tia tidak harus berhadapan dengan ibunya.Laki-laki itu hanya ingin menghindarkan Tia dari ibunya. Biar dia yang menangani emosi ibunya.Perempuan itu hanya menurut dan meninggalkan Zafar. Dia tahu Kahama pasti tidak suka dengan semua ini dan akan memarahi Zafar."Ibu kita bicara di depan saja ya," pinta Zafar dengan hati-hati.Dia meminta Jahama untuk bicara berdua saja dengannya."Aku tidak habis pikir dengan semua yang kau lakukan ini Zafar. Kau begitu memuja wanita itu dan melakukan segalanya untuknya. Apa kau lupa dengan kehidupan keluargamu saat ini? Kita tidak memiliki banyak uang untuk menuruti semua keinginannya. Tapi lihatlah apa yang kau lakukan hari ini!"Apalagi yang bisa Jahama katakan sel