Share

TAWARAN GILA

Penulis: WAZA PENA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 16:11:50

Rendi tertegun mendengar apa yang disampaikan oleh Lisna. Dia tidak menyangka jika pak Anggara dan bu Ratna yang selalu baik di depannya, ternyata sebenarnya tidak demikian. Rendi seakan baru menyadari bahwa orang tua kekasihnya sangat mengharapkan mempunyai menantu yang terpandang.

"Maafkan aku, Mas. Jika yang barusan aku katakan menyakitimu," ucap Lisna dengan lirih.

"Tapi ini perlu aku sampaikan... Dan jujur aja, aku pun tidak mengharapkan perjodohan itu. Karena biar bagaimanapun, aku sangat mencintaimu, Mas. Aku ingin kamu lah yang menjadi suamiku."

Dengan lembut, Rendi mengulurkan tangannya, mengusap air mata kekasihnya. Rendi tahu bahwa Lisna merupakan perempuan yang setia dan sangat mencintainya. Akan tetapi, di satu sisi Rendi juga sadar bahwa untuk membuktikan bahwa dia layak menjadi suaminya, itu hal yang sulit wujudkan. Apalagi dengan kondisinya yang sekarang kehilangan pekerjaan.

"Sayang... Aku gak marah sama kamu. Dan aku paham dengan apa yang diinginkan oleh kedua orangtuamu," ucap Rendi pelan.

"Aku pun tidak ingin kamu dinikahi oleh lelaki lain. Sekarang aku akan berusaha untuk secepatnya menikahi kamu, bagaimana pun caranya aku akan melakukannya, dan membuktikan bahwa aku tidak pernah main-main sama kamu, Sayang."

Mendengar itu, Lisna merasa lega. Meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Mengingat sudah banyak perusahaan yang menolak lamaran dari Rendi. Namun, Lisna percaya, jika Rendi bukanlah lelaki yang mudah menyerah.

"Aku percaya sama kamu, Mas," ucap Lisna pelan.

**

Setelah pertemuan dengan kekasihnya di sebuah cafe. Pukul 15:30 Rendi sudah berada di rumah Bu Dewi, yang tak lain adalah tantenya sendiri. Dengan wajah murung, dia duduk di sofa ruang tamu. Pandangannya terus tertuju ke luar melihat bu Dewi yang baru saja turun dari mobilnya. Sesaat kemudian pintu rumah itu dibuka. Bu Dewi seolah kaget melihat keponakannya yang sudah ada di rumah.

"Rendi?" Bu Dewi mengerutkan keningnya.

"Katanya kamu mau ketemuan sama Lisna. Tumben banget jam segini udah ada di rumah?"

"Udah kok, Tante. Aku sama dia cuma ngobrol sebentar aja," jawab Rendi dengan suara yang tak seperti biasanya.

Melihat ada yang aneh dengan keponakannya, Bu Dewi kemudian menghampiri, lalu duduk di sofa itu.

"Kamu kenapa, Ren? Tante lihat-lihat kok kayak beda banget. Kamu lagi bertengkar sama Lisna?" tanya bu Dewi penasaran.

"Enggak kok, Tante. Aku sama Lisna baik-baik aja," jawab Rendi. Dia berusaha terlihat biasa saja.

"Rendi. Tante ini paham banget sama kamu, dan gak seperti biasanya kamu kelihatan murung kayak gini. Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan," ucap bu Dewi menatap dalam-dalam keponakannya itu.

Di situ Rendi menundukkan kepalanya sejenak, kemudian kembali menatap ke arah Bu Dewi yang duduk di depannya.

"Tante. Apakah lelaki sepertiku tidak pantas bersanding dengan perempuan dari keluarga terpandang?" tanya Rendi. Suaranya terdengar serius.

"Kenapa kamu nanya seperti itu, Ren? Menurut tante tidak ada yang salah dalam memilih pasangan, selama keduanya saling mencintai dan masing-masing keluarga menyetujui. Maka semuanya tidak ada yang perlu diperdebatkan, itu sah-sah saja," jawab Bu Dewi.

"Nah itu masalahnya, Tan. Orangtua Lisna mengambil keputusan yang membuat aku nggak nyaman." Rendi kembali menundukkan kepalanya.

"Maksudnya? Memang apa yang mereka lakukan, Ren?" Bu Dewi mengangkat alisnya.

"Mereka akan menjodohkan Lisna dengan lelaki lain, Tan. Yang menurut Lisna, lelaki tersebut merupakan bos besar, yang juga sudah bekerja sama dengan perusahaan pak Anggara," jawab Rendi menjelaskan.

"Menurut tante, apakah aku harus merelakan Lisna jatuh kepada orang lain? Meskipun sebenarnya aku tidak rela jika hal itu terjadi. Tetapi, aku sadar diri. Aku tidak punya jabatan apa-apa sekarang. Bagaimana bisa aku mendapatkan uang untuk membuktikan kepada kedua orangtua Lisna."

Bu Dewi menatap dalam-dalam keponakannya. Dia tahu apa yang sedang dirasakan oleh Rendi. Sebagai keluarga, tentunya bu Dewi merasa tidak terima jika Rendi direndahkan oleh pak Anggara dan bu Ratna.

"Rendi. Jangan bilang kamu menyerah! Justru kamu harus bisa membuktikan pada pak Anggara dan bu Ratna. Tante tahu, kamu sangat mencintai Lisna. Jadi tante nggak mau kamu menyerah dengan semua ini," ucap Bu Dewi mencoba memberikan support.

"Yah... Aku memang tidak ingin jika Lisna menjadi istri orang lain. Tapi bagaimana caranya dalam waktu singkat aku bisa mendapatkan banyak uang, Tan? Sedangkan tante tahu sendiri, sekarang aku pengangguran ... Banyak perusahaan yang menolak lamaranku," ucap Rendi seakan putus asa.

Saat itu Bu Dewi terdiam. Pikirnya terus mencarikan solusi untuk bisa membuat Rendi mendapatkan pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dengan sangat cepat. Hingga akhirnya Bu Dewi menemukan cara, dia tersenyum dan hatinya merasa yakin jika hal itu dijalani oleh Rendi, maka keponakannya itu akan cepat mendapatkan banyak uang.

"Sekarang kamu tidak perlu bingung, Ren. Tante punya solusi buat kamu. Dan jika kamu mau menjalankannya, Tante yakin kamu bisa dengan mudah mendapatkan uang yang banyak," ucap bu Dewi tersenyum.

"Hah?" Rendi tersentak.

"Kerja apa, Tan? Pasti aku akan lakukan, karena aku butuh uang."

"Sebelum tante menjelaskan. Kamu harus janji dulu sama tante. Jangan pernah cerita hal ini pada om kamu!" pinta bu Dewi pelan namun tajam.

"Emangnya kenapa, Tan? Pekerjaan apa yang harus aku jalani?" Rendi mengerutkan keningnya.

"Mungkin ini terdengar nakal. Tapi tante yakin, hanya dengan cara itulah kamu bisa secepatnya mendapatkan banyak uang, Ren," ucap bu Dewi serius.

"Kamu bersedia kan menjadi seorang gigolo?"

Seketika Rendi terperangah mendengar apa yang ditawarkan oleh bu Dewi. Rendi mengira dia akan ditawari perkejaan di kantor. Namun ternyata dia mendapatkan tawaran pekerjaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Apa? Aku harus jadi gigolo?" Rendi terlihat tidak percaya.

"Iya, Ren. Setahu tante profesi itu akan mampu membuat kamu cepat mendapatkan uang, dengan cara seperti itu, maka kamu bisa membuktikan pada kedua orang tuanya Lisna yang sudah merendahkan kamu," jawab bu Dewi.

"Tapi, Tan. Jika aku melakukan hal itu, sama aja aku mengkhianati Lisna."

"Iya, jika kamu berfikir seperti itu sih. Tapi apa kamu mau jika Lisna dinikahi oleh pria lain?" Bu Dewi mencoba membuat Rendi menuruti apa yang disarankannya.

"Asal kamu tahu, Ren. Jika kamu mampu memuaskan perempuan yang menyewa kamu, mereka akan memberikan banyak uang. Bahkan kamu bisa diberi mobil dan barang-barang lainnya jika benar-benar disukai oleh orang yang membutuhkan kepuasan. Temen tante banyak, dan semuanya orang kaya, mereka selalu mencari gigilo demi memenuhi kebutuhan biologisnya. Dan ini kesempatan kamu, Ren!"

Seketika Rendi terdiam. Tawaran dari bu Dewi terdengar begitu menggiurkan. Tetapi Rendi merasa tidak ingin mengkhianati kekasihnya. Di samping itu, dia pun dasar jika tidak melakukan apa yang tawarkan oleh Bu Dewi, bukan tidak mungkin Lisna akan jatuh kedalam pelukan orang lain.

"Bagaimana, Ren? Kamu mau kan?" tanya Bu Dewi, tersenyum manis memperhatikan keponakannya yang dalam kebingungan.

"Baiklah, Tante. Jika memang itu bisa membuat aku mendapatkan uang dengan cepat, aku siap," jawab Rendi, suaranya terdengar mantap.

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Akhir Yang Indah (END)

    Bulan berikutnya, cuaca cerah seakan menyambut hari yang spesial itu. Langit biru tanpa awan dan hembusan angin lembut membuat suasana semakin tenang."Sayang.., ayo siap-siap," seru Rendi dari ruang depan sambil merapikan kerah kemejanya.Lisna keluar dari kamar dengan bayi mereka yang kini mulai bisa duduk di gendongan kain. "Mau ke mana sih, Mas tumben kamu rapi banget?"Rendi tersenyum penuh misteri. "Pokoknya ikut aja."Lisna mengerutkan dahi, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. "Oke, aku ikut, asal jangan kejutan aneh-aneh.""Tenang, kali ini kejutan manis," ujar Rendi sambil membuka pintu.Perjalanan mereka diiringi canda kecil dan gelak tawa bayi mereka yang sesekali menggumam lucu. Di dalam mobil, suasana hati Rendi terlihat begitu ringan. Ia menggenggam tangan Lisna erat sambil menyetir dengan tangan satunya."Kamu tahu, Sayang…” Rendi membuka suara, matanya menatap ke jalan. "Aku jauh lebih bahagia sekarang."Lisna menoleh. "Iya, aku lihat. Kamu kelihatan lebih tenang a

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Harmonis

    Satu bulan telah berlalu sejak Rendi kembali bekerja di perusahaan lamanya. Kehidupan rumah tangga mereka perlahan membaik. Setiap pagi Rendi berangkat dengan semangat, dan setiap malam ia pulang dengan senyum di wajahnya. Gaji yang layak, lingkungan kerja yang sehat, dan kepercayaan yang mulai pulih dari Lisna, semuanya membuat hati Rendi lebih tenang.Di rumah, Lisna juga merasa lebih damai. Anak mereka tumbuh sehat, dan kini ia bisa menyaksikan sendiri perubahan besar pada suaminya.Suatu sore, setelah menidurkan anak mereka, Lisna duduk di teras bersama Rendi yang sedang menyeduh kopi."Kamu tahu, Mas?" ucap Lisna sambil menatap langit jingga."Apa, Sayang?" Rendi menyerahkan secangkir kopi padanya."Jujur, aku senang… karena akhirnya aku bisa melihat kamu jadi sosok ayah yang baik buat anak kita."Rendi menoleh, sedikit terkejut. "Maksud kamu?"Lisna tersenyum. "Dulu aku sempat takut. Takut kamu gak bisa berubah. Tapi sekarang… aku lihat sendiri. Kamu rajin, kamu perhatian, kamu

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Teman Lama Untuk Mawar

    Namun momen haru itu terpotong oleh tangisan bayi mereka dari kamar sebelah. Rendi dan Lisna saling berpandangan, lalu segera bangkit dan menuju kamar si kecil.Di kamar yang diterangi lampu tidur redup, bayi mereka menangis kencang. Rendi langsung menggendongnya sementara Lisna menyiapkan botol susu."Sini, Mas. Aku kasih susunya," ucap Lisna.Rendi mengangguk dan menyerahkan bayi mereka ke pelukan Lisna. Ia menatap anak mereka dengan tatapan penuh kasih dan rasa bersalah."Maafin Papa ya, Nak… Papa janji bakal jadi ayah yang baik."Bayi itu perlahan tenang setelah menyusu, membuat suasana rumah kembali damai. Rendi duduk di sisi tempat tidur.Beberapa menit kemudian, suara dering ponsel memecah keheningan.Rendi buru-buru mengambil ponselnya dari meja. Di layar tertera nama yang sangat ia kenal: Pak Dimas – CEO perusahaan tempat Rendi dulu bekerja sebelum dipecat.Lisna menoleh sambil mengangkat alis. "Siapa lagi, Mas?" tanyanya menekan."Pak Dimas," jawab Rendi, masih ragu menekan

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Kejujuran Rendi

    Setelah melihat anaknya tertidur lelap, Rendi dan Lisna masih berang di tempat tidurnya. Mereka berdua tengah mengobrolkan tentang usaha. Hal itu membuat Lisna merasa heran dan kebingungan dengan perkataan suaminya. "Kenapa kamu pengen buka usahasendiri? Kan kamu udah kerja, Mas," ucap Lisna menatap penuh suaminya. "Setelah aku pikir-pikir, aku memilih untuk berhenti dari kerjaan itu. Aku enggak mau terus-terusan dihantui rasa bersalah," jawab Rendi pelan.Lisna memandang baik-baik suaminya yang berbaring di sebelahnya. Lisna masih kebingungan dengan perkataan Rendi. "Maksudnya gimana sih, Mas? Apa yang membuat kamu ingin berhenti dari kerjaan itu? Bukankah itu cepet dapet hasilnya?" Lisna merasa heran. "Iya, aku tahu kerjaan itu cepet banget dapet uang. Tapi aku enggak mau terus-terusan membohongi kamu, aku enggak mau mengkhianati kamu. Yang aku inginkan saat ini, kita bareng-bareng ngurus anak, aku pengen buka usaha sendiri entah itu buka toko atau usaha apa, yang jelas aku ing

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Pertengkaran

    Merasa kakinya ditepuk-tepuk akhirnya Rendi terbangun, ia membuka matanya perlahan dan langsung menatap ke arah istrinya yang duduk di sebelahnya. "Jam berapa sih ini, Sayang?" tanya Rendi dengan nada yang terdengar masih ngantuk. "Udah buruan bangun. Ada yang sudah nungguin kamu tuh," balas Lisna dengan raut wajah yang terlihat marah.Rendi membuka matanya lebar-lebar ketika istrinya menunjukan Handphone-nya dan memperlihatkan isi pesan itu. Sontak Rendi kaget melihat kejadian itu, ia takut kalau istrinya mengetahui profesinya yang seorang gigolo. "Ada bisnis apa kamu sama perempuan itu?" tanya Lisna matanya menatap tajam."Kerja apa kamu sebenarnya? Kamu bilang kalau kamu itu kerja bareng sama paman kamu, terus apa maksudnya dengan perempuan yang nungguin kamu?" Lisna terus mencecar melontarkan pertanyaan yang membuat Rendi tidak bisa berkata banyak. Rendi berusaha untuk membuat istrinya tenang dan tidak memikirkan sesuatu hal yang buruk terhadapnya. "Sayang ... Kamu dengerin d

  • Terpaksa Menjadi GIGOLO    Pesan Mencurigakan

    Rendi merasa sudah sangat kelelahan, namun biar bagaimanapun ia tidak mau mengecewakan perempuan yang sudah datang jauh-jauh untuk mendapatkan kepuasan darinya. Hingga akhirnya Rendi berusaha untuk melayani tiga perempuan lagi dan berupaya untuk bisa memuaskan mereka bertiga.Rendi meminta untuk istirahat sejenak karena nafasnya terasa berat. Tante Dewi yang melihat itu, ia sebenarnya merasa kasihan terhadap keponakannya itu, namun Rendi yang sudah menyatakan diri untuk menjadi seorang gigolo supaya bisa mengangkat kembali ekonomi keluarganya. Dengan begitu, maka tante Dewi tidak bisa berbuat banyak selain menenangkan Rendi dan terus menyemangatinya."Istirahat dulu aja, Ren," ucap Tante Dewi."Iya, Tante... Ini gila, mereka hyper semua," jawab Rendi."Gak apa-apa, Ren... Yang penting kamu dapat uang banyak hari ini," balas tante Dewi.Setelah merasa cukup beristirahat dan menikmati minuman, Rendi kembali melayani satu-persatu dari ketiga perempuan itu. Hari semakin sore, stamina pun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status