Vanesa mengabdikan seluruh hidupnya pada suami dan keluarganya. Ia bahkan rela bekerja banting tulang agar suaminya bisa kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun saat suami mendapatkan semua yang diinginkan Vanesa di buang seperti sampah. Bukan hanya itu, ternyata suaminya berselingkuh dengan temannya sendiri. Vanesa merasa hancur dan patah hati, ternyata pergobanannya selamala ini tidak ada artinya bagi suami dan keluarganya. Vanesa berniat membalaskan dendam pada suami dan keluarganya. Ia rela jadi orang ketiga untuk rumah tangga seorag presiden. Vanesa diminta melahirkan anak dan sebagai imbalannya laki-laki itu akan membantunya membalaskan dendam pada mantan suaminya. Vanesa setuju,setelah melahirkan anak ia pikir laki-laki yang menikahinya tidak mencintainya, ternyata Gevan jatuh cinta padanya. Setelah membantu Vanesa me membalaskan dendam ia meminta wanita cantik itu agar tetap bersamanya untuk mengurus anak mereka. Apakah Vanesa mampu bertahan dengan sikap jahat istri pertama Gevan? Apa dia memilih pergi meninggalkan semuanya?
Lihat lebih banyak“Bayar hutangmu atau kepala ini akan saya tebas,” ancam sekelompok preman mengobrak-abrik seisi rumah.
Vanesa berlari menghampiri seorang pria paruh baya, “Papi, siapa mereka?”
Pria paru baya itu hanya menjawab dengan kata-kata tidak jelas, ia mabuk.
“Ayahmu kalah berjudi dan dia punya banyak hutang pada Bos kami.”
“Sekarang kamu bayar atau kepala laki-laki ini kami penggal.”
Wajah wanita itu tampak lelah melihat perbuatan ayahnya lagi, dia sudah bekerja keras demi bisa melepaskan ayahnya dari ketergantungan alkohol dan judi, ternyata semua yang dilakukan masih kurang.
“Jangan sentuh Papiku! Aku akan membayar semua utangnya, lepaskan dia.”
Para preman itu menertawakan Vanesa, “kamu bayar pakai apa nona cantik? Tubuhmu?”
“Aku akan membayarnya nanti, jangan meledek putri kesayanganku,” ucap pria tua itu berjalan sempoyongan, ia masih sangat mabuk, bau alkohol masih menyeruak keluar dari mulutnya. Dengan sisa tenaga berusaha melindungi Vanesa, lalu, mendorong seorang preman yang mencoba melecehkan Vanesa.
“Dasar tua bangka!”
Pak!
Satu pukulan keras diberikan preman padanya, ia tersungkur di lantai. Vanesa bergegas menghampiri sanga ayah.
“Kalau kalian masih berani menyentuh Papiku akan aku panggil polisi,” ancamnya dengan tegas.
“Kamu berani? Kalau begitu lakukan itu dengan bos kami.”
Preman berpakaian hitam-hitam itu menutup mulut Vanesa dengan lakban, menutup mata dengan kain, lalu mengangkut ke dalam mobil.
Wanita cantik yang bernama Vanesa Danita Myles itu hanya bisa meronta dengan sekuat tenaga. Namun, sekuat apapun ia melawan tenaganya tidak akan kuat melawan para pria tersebut, bahkan tenaga wanita cantik itu tifak ada apa-apanya dengan para preman yang menculik dirinya. Ia terdiam karena kelelahan mulut dan matanya ditutup dengan lakban, tidak tahu akan dibawa kemana. Rasa takut, panik, cemas berbaur jadi satu, hanya satu yang tercipta yakni pasrah dengan keadaanya.
Mobil berhenti di sebuah ruko, tubuh Vanesa kembali dibawa dengan paksa. Tiba di sebuah pintu, tubuh itu didorong ke sebuah ruangan gelap. Dalam ruangan ia merasakan suasana dingin dan hening menyebabkan bulu roma bergelidik nyeri. Tidak lama kemudian penutup mulut dan kain penutup mata dilepaskan. Samar-samar ia melihat seseorang di depannya.
“Aku akan membayar hutang-hutang papiku, tolong lepaskan aku, Tuan,” mohon Vanesa.
“Dengan apa kamu membayarnya?” suara bariton itu tidak begitu asing ditelinganya, tapi ia tidak bisa melihat siapa sosok miterius tersebut.
“Akan aku usahakan secepatnya. Aku mohon, Tuan.”
Pria bertubuh tinggi itu berdiri kembali, lalu membelakanginya. Vanesa mencoba mengenali siapa pria misterius suasana memang sangat gelap di dalam ruangan tersebut jadi ia tidak berhasil. Dalam ruangan ada sedikit penerang dari cahaya yang mengintip dari balik celah jendela.
“Aku kasih kamu waktu satu hari saja, kalau dalam waktu satu hari kamu tidak bisa melunasi hutang ayahmu , nyawa adik dan ayahmu akan melayang.”
“Baik-baik Tuan,” sahut Vanesa gemetar.
“Pergilah,” usirnya lagi, aura dingin dan tegas bisa terasa dari suaranya.
Terdengar ia menjentikkan jari tangannya sebagai kode memanggil anak buahnya, tidak lama kemudian pintu terbuka kembali. Preman yang membawanya tadi kembali masuk, mereka menutup mata dan mulut Vanesa, sama saat ia dibawa masuk. Pria misterius itu tidak ingin tahu kemana ia akan dibawa. Vanesa dikembalikan kembali ke rumahnya di lepaskan dengan cara didorong masuk.
Vanesa bergegas menghampiri Ayahnya yang masih terkapar di lantai, “Papi bangunlah, ayo kita ke rumah sakit.”
Pria itu tidak merespon, ia menarik koper miliknya ke dalam rumah. Tadi saat ia tiba belum sempat ia bawa masuk karena melihat sekelompok pereman memasuki rumah ayahnya.
Vanesa menghubungi ambulance untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.
*
Tiba di sana ia mendapat kabar dari dokter, kalau ayahnya mengalami pembengkakan jantung harus segera dilakukan tindakan sebelum terlambat. Vanesa diminta mengurus admintrasinya. Wanita cantik itu tidak memikirkan apa-apa dalam benaknya hanya ingin Papinya sembuh, masalah biaya nanti akan ia pikirkan. Ia berlomba dengan waktu dan dipaksa untuk melakukan keputusan yang cepat dalam situasi genting.
Baru duduk sebentar pesan dari bos penangih hutang sudah datang
[waktumu hanya tersisa beberapa jam lagi]
Bola mata Vanesa membesar karena kaget, “darimana pria ini dapat nomorku?” tanya wanita cantik itu dengan heran.
[Jika besok pagi kamu tidak membawakan uang satu miliar, ayahmu yang berbaring di ranjang rumah sakit akan jadi mayat] ancamnya lagi.
Vanesa masih menatap dengan diam pesan di layar ponsel miliknya, otaknya seakan-akan mogok untuk berpikir, ia seperti melihat kertas kosong tanpa tulisan.
‘Apa yang harus aku lakukan, dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu’ ia bertanya dalam hati.
[Apa kamu mendengarku? Kenapa kamu hanya diam?]
[Baik, Tuan]
Vanesa menghampiri ayahnya yang terbaring lemah.
“Pi, aku akan mencari bantuan, aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti Papi.”
Laki-laki masih berbaring dengan lemah, Vanesa memutuskan mendatangi rumah laki-laki yang paling dia benci.
**
“Aku bersedia tidur denganmu, tapi sebagai imbalanya berikan aku uang yang banyak.”
Laki-laki bertampang dingin itu mengusap-usap dagunya, kedua siku tanganya bertungu diatas meja. Matanya yang tajam menatap wanita di depannya.
“Tawaran itu sudah kamu lewatkan Danita,” ucapnya dengan suara santai namun terdengar seksi.
“Aku yakin kamu masih menginginkan tubuhku, sama seperti dulu Gavin.”
Pria bertubuh gagah itu berdiri dari kursi kebesarannya, menghampiri wanita yang duduk di sofa, lalu meraih dagu sang wanita. Manik berwarna gelap itu menatap dengan seksama. Ia seperti pemburu yang sedang meneliti hasil buruannya.
“Kenapa sekarang kamu datang padaku?”
Vanesa menghela nafas panjang, “Aku tidak punya pilihan lain.”
“Apa ini kamu lakukan demi ayahmu dan adikkmu atau demi suamimu?”
“Kamu tidak perlu tahu.”
Laki-laki yang bermana lengkap Gavin Ivander Myles hanya tertawa meledek, “kalian para wanita itu terlalu lemah. Aku sudah katakan padamu laki-laki yang kamu pilih jadi suamimu tidak satu level denganmu. Mereka beda kasta denganmu. Walau kamu sudah mengorbankan seluruh hidupmu bagi kaum seperti mereka itu tidak berarti. Saat itu aku sudah tawarkan padamu sebuah kedudukan di kerajaanku, tapi kamu menolaknya tapi sekarang kenapa kamu datang lagi padaku.”
“Aku akan memuaskanmu ranjangmu sampai kamu tidak menginginkan kehangatan yang lain. Apa kamu bisa memberikan yang aku minta?” tanya Vanesa lagi.
Pria itu berpikir sejenak lalu berkata lagi;
“Aku menawarkan hal yang lebih dari kepuasan diranjang Danita, aku ingin lebih dari itu,” ucap pria itu berjongkok di depan Vanesa, telapak tangan mengusap dari mata kaki sampai ke pangkal paha milik Vanesa.
Wanita cantik bermanik coklat terang itu menutup mata sekejap lalu menjawab dengan mantap,”apa yang kamu inginkan?”
“Lahirkan anak untukku.”
Bola mata Vanesa membesar segeda jengkol, “kamu gila Gavin? Aku adikmu!”
Laki-laki itu tertawa renyah melihat ekpres kaget dari Vanesa,”apa bedanya dengan tidur denganku?”
“Setidaknya kita bisa melakukanya diam-diam. Kalau aku hamil semua orang akan tahu kalau aku tidur denganmu. Bagaimana dengan istrimu. Apa dia bisa menerimaku?”
“Aku tidak perlu meminta ijin padanya untuk melakukan hal seperti itu.”
Vanesa terdiam, ia tidak pernah ingin jadi orang ketiga dalam rumah tangga seseorang. Ia membenci hal itu dan beberapa kali bersumpah tidak ingin jadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain. Ia sudah menyaksikan bagaimana rasanya jadi orang seperti itu.
“Aku tidak bisa melakukannya, aku hanya menawarkan untuk pemuas ranjangmu, kalau itu aku bisa melakukannya. Aku juga masih punya suami.”
“Tinggalkan suamimu Aku akan memberikan apa yang jadi milikkmu.”
“Tidak aku tidak butuh apa-apa. Aku hanya uang 1 miliar, aku akan memuaskan dahagamu.”
Gavin meraih bibir Vanesa melumat dengan lembut, “hmm … rasanya masih sama seperti dulu,” ucapnya melepaskannya lagi.
Bersambung
Bantu Vote dan like ya Kakak terimakasih
Vanesa merasa bersalah karena ia membuat Damian dalam masalah, ia ingin membantu.“Aku ingin memberikannya.” Vanesa menyodorkan cek yang nominalnya membuat mata Damian melotot kaget.“Kamu dapat uang dari mana sebanyak itu, Nesa?”“Mas, itu tidak penting, aku ingin menebus kesalahanku padamu, pakailah uang ini dan bukalah café.”“Kenapa tiba-tiba?”“Aku tidak ingin kamu dapat masalah yang lebih besar di kantor, aku tidak ingin kamu terlibat dalam masalah yang aku buat.”“Tidak apa- apa Vanesa, hal seperti sudah biasa aku alami.”&ldqu
Vanesa menepis tangannya dengan kesal, “jaga sikapmu Gavin.”“Kenapa kamu marah, bukanya aku sudah membayarmu mahal? Apa kamu ingin melayani Damian?”Vanesa sangat kesal mendengar kata ‘bayar, bayar’ berulang-ulang dari Gavin.“Aku akan membayar semua uang yang pernah aku terima dari kamu Gavin, berhentilah mengucapkan kata bayar, bayar aku muak mendengarnya.”“Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Atau kamu menjual diri juga? Aku melihat kamu sangat mesra dengan laki-laki sampah itu. Apa dia juga membayarmu?”“Tidak Gavin.”“Apa kamu meminta uang dari Mamimu?”Vanesa merasa kalah berdebat dengan Gavin, ia tidak ingin Ibunya di bawa-bawa dalam masalahnya. Vanesa duduk di kembali di kursinya membuka laptop, ia mendiamkan Gavin yang terus menyudutkan dan menghinanya.“Kenapa kamu diam? Mana keberania
Vanesa membuka rantang tiga susun tersebut, tanpa sadar ia tertawa ngakak.“Mas, masukin redang rantang ke dalam tas?”“Iya, aku malu nenteng-nenteng, ayo kita makan, kebetulan aku juga belum serapan dari rumah.”Damian membuka rak tiga susun, dua nasi dan satu rendang. Vanesa memang lapar ia belum makan. Mereka berdua makan sembari tertawa, ternyata kuah rendang tumpah di dalam tas mengenai kemeja bagian belakang Damian.“Pantas saja saat Mas tiba bau rendang, ternyata tumpah,” ucap Vanesa mencoba membersihkan noda dari kemeja belakang Damian.“Aku juga merasa bagian belakang ku juga kena, aku merasa panas b
Setelah membasuh wajah ia duduk menikmati wine sendiri, tanpa sadar ia sudah menghabiskan dua botol. Saat ingin tidur ponselnya berdering . Ternyata Karin menelepon melirik jam ternyata sudah jam sebelas malam.‘sial aku lupa janjiku pada Karin’ ucapnya mengumpat.“Iya Karin.”“Kamu di mana Sayang, aku sudah menunggu dari tadi.”“Oh, sebentar lagi sampai, ini mau jalan ke sana.”Rupanya Gavin berjanji akan menghabiskan malam bersama istrinya setelah pulang dari Paris. Gavin meminta bantuan asistennya mengantar diriny
Masalah yang dihadapi Gavin saat itu, jadi shock terapi untuknya, sudah lama pria itu tidak pernah mendapat masalah di kantor. Namun kali ini sekali dapat masalah ia dihadapkan dengan banyak tuntutan, menyebabkan ia dapat masalah besar.“Siapa mereka sebenarnya? Apa kamu sudah menemukan Vanesa?” tanya Gavin menatap tajam asistennya lagi.“Saya mengecek pasfornya Bu Vanesa sedang melakukan perjalanan ke luar negeri untuk melakukan pengobatan Pak,” lapor Fano.“Pengobatan? Pengobatan apa?”Asisten menggeleng, “saya tidak tahu Pak.” &
Hari itu juga Gavin kembali ke Jakarta, ia meminta semua orang tidak boleh pulang sebelum menyelesaikan kekacauan tersebut. Semua orang tinggal di kantor menunggu Gavin datang. Damian salah satu orang yang paling takut. Tidak lama kemudian ia tiba, wajahnya suram tatapan matanya menatap semua orang dengan sinis.“Katakan apa yang terjadi sini. Ada banyak orang di sini. Kenapa sampai ada kejadian seperti ini. Bagaimana mungkin ada acara launching barang baru tapi yang muncul malah mereka orang lain.”Semua orang menunduk tidak ada yang berani membuka mulut, “siapa yang bisa menjelaskan?”Salah satu seorang dari mereka memberanikan diri menjelaskan kejadian sesungguhnya.“Kenapa bisa barang contoh bisa hilang dari kantor ini. Di sini ada banyak petugas keamanan tapi bisa terjadi kehilangan. Tugas mereka sebenarnya apa? Pecat semua,” perintahnya dengan marah.Banyak orang kehilangan pekerjaan k, Damian tidak berani menatap Damian. Ia meminta semua orang menyelesaikan masalah malam it
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen