ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT

ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT

Oleh:  Hanin Humayro  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
67Bab
14.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Safna tak pernah menyangka bahwa abah akan menukarnya dengan sejumlah rupiah. Dengan terpaksa ia menerima jadi istri kedua tuan Roger. Sementara di hatinya masih terselip nama Syam yang tengah berjuang mencari uang untuk melamarnya di negeri orang.

Lihat lebih banyak
ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Siti Haroh
baru kli ini baca novel serasa nyata ,,,dag Dig dug bagus bnget kak
2023-11-21 08:16:01
0
67 Bab
TERPESONA
ROGER Proyek sialan itu selesai juga. Tiga tahun mencurahkan waktu untuk menyelesaikan kota mandiri Serpong tak memberi paru-paru kesempatan menikmati udara tanpa polusi. Tuntutan pemegang saham utama yang belum puas menumpuk harta itu amatlah kejam. Tak berhenti sebelum melihat putranya terkapar mungkin. Wajarlah hari ini aku ingin melepas segala kepenatan. Bukan di rumah, tetapi nun jauh di sana. Tak mungkin juga ada ketenangan di bangunan megah itu karena ratunya sedang sibuk menghamburkan limpahan harta. Ya, wanitaku entah ada di mana sekarang? Dengan siapa dan sedang apa? Lupakan! Hamparan kebun teh di puncak, Kabupaten Bogor memancing mata yang telah menyipit ini untuk membulat kembali. Lereng-lereng yang mengular dilewati oleh mobil sport merah ini. Jalur buka tutup membuat perjalanan dua kali lipat dari seharusnya. Turun dari mobil disambut sejuknya udara puncak. Kulilitkan syal untuk menahan laju udara yang cukup menggigilkan tubuh. Menapaki lantai kayu yang suhunya te
Baca selengkapnya
RUPIAH
ROGERHai, dia datang lagi. Kuletakkan ponsel hitam enam inchi yang sedari tadi diotak-atik. Berlari kecil menuruni tangga agar bisa melihatnya. Melihat dia yang bayangnya menemani semalam. Sial, mengapa aku benar-benar terobsesi pada seorang gadis desa?. Tertahan langkahku di sepertiga jalan meuju pintu utama yang terbuka. Aku melihat gadis itu menyodorkan sekantung plastik putih pada Pak Anang, lalu meraih tangan besar itu dan menciumnya takjim. Tak butuh waktu lama, ia pun pergi. Segera kubalikkan badan sebelum Pak Anang sadar ada yang memperhatikan di sini. Aku mengenyakkan tubuh di sofa hijau bermotif putih itu tepat sekali. Menyulut rokok yang sengaja diletakkan di meja kaca persegi sambil menanti pria yang segera masuk. "Ada tamu, Pak?" tanyaku pada pria yang tengah menenteng plastik ukuran sedang. "Oh, eh. Tidak ada Juragan. Tadi itu putri saya mengantar ikan basah ini." Pria itu hampir melompat saat kutanya tiba-tiba. Untung saja kantung putih itu tak jatuh. Ia menghenti
Baca selengkapnya
KETETAPAN
SAFNA Kurebahkan tubuh di kasur kapuk yang telah melapuk. Melepaskan penat setelah seharian membantu emak di dapur dan menbereskan rumah. Tangan ini membuka aplikasi dalam ponsel pemberian Reyhan. Ah, mengingat namanya ada rindu yang menyeruak. Bagaimana kabarmu, Rey? "Neng, sini!" Belum sempat mengecek pesan, Suara emak nyaring menembus gendang telinga. Beringsut dari ranjang, menapaki lantai yang belum di keramik ini. Abah sudah pulang. Di atas meja teronggok koper hitam berukuran sedang dalam keadaan tertutup rapat. Apa isinya? "Sini duduk, Neng!" Abah menepuk sofa tua untukku duduk. Wajah Abah dan Emak terlihat semringah tak biasa, menimbulkan tanda tanya di benakku. "Neng, ada yang melamar kamu," kata Emak, kilat bahagia jelas di matanya. Aku terkesiap. "Iya, Neng. Dia Juragan yang memiliki villa tempat Abah bekerja." Abah tak kalah gembira, bahkan lebih antusias dari emak. Ucapan Emak dan Abah sukses membuat dada berdebar hebat. Aku menunduk, memejamkan mata sesaat. Te
Baca selengkapnya
PAKSAAN
SAFNAAkad nikah tiba, air mata enggan berhenti dari muaranya. Pernikahan ini tak lebih menyakitkan dari apa pun. Entah akan dibawa ke mana nasibku. Gaun putih yang di permukaannya terhampar kilauan mutiara kini membalut tubuhku. Kerudung berhiaskan juntaian bunga melati memadunya. ‘Cantik’ berulang Emak memujiku. Benarkah sememesona itu diriku? Inikah alasan Tuan menyanding diri ini. Aku terduduk di ranjang yang kemarin baru saja diganti. Memakai uang penjualan hidupku pasti. Kembali, rinai ini runtuh. Semalang inikah nasibku? Terdengar suara sahutan kata 'Sah' menandakan jiwa raga ini mutlak dimiliki pria konglomerat yang telah menjejalkan uang pada Abah. Berakhir sudah segala asa yang kurenda bersama sosok yang kupuja. Emak memboyongku ke tempat akad berlangsung. Saat tirai tersibak, netra ini beradu dengan sorot elang itu. Tubuh yang tengah bergetar, makin gemetar. Duduk di hadapan pria yang kini berstatus suamiku. Seseorang yang paling berhak atas segala tentangku. Cincin
Baca selengkapnya
SALAHKAH
ROGER Aku tak melepas pandangan pada wanita yang semalam memenuhi segala hasrat terpendam. Rambut basah dengan aroma sensasional mengundang kembali gejolak itu untuk dilepaskan. Tubuh itu membeku di depan cermin kala tanganku melingkar di pinggangnya. Raut polos itu sungguh makin membawaku pada angan liar. "Tu, tuan, saya mau membuat sarapan." Jari lentiknya menempel pada pergelangan besarku. Aku tahu dia berusaha melepasnya, akan tetapi mana mungkin tenaga itu menandingi kekuatan berkali lipat. Pasrah, yang bisa dia lakukan. Shit! Deringan ponsel sialan itu membuatku harus menghentikan kesenangan. Seperti domba yang lepas dari cengkraman serigala, Safna setengah berlari keluar kamar, lalu aku sibuk dengan panggilan dari pemegang saham utama perusahaan. "Minggu depan aku kembali." Apa dia sudah pikun, masa liburku belum habis. Mengapa harus pulang? "Pecat saja!" Kubanting telpon yang belum sempat dimatikan. Teriakan ayah benar-benar menyulut emosi. Aku tak mempan dengan g
Baca selengkapnya
HARUS PERGI
ROGER Harus yang paling bagus." Sopir sekaligus asisten andalan yang lima menit lalu kupanggil, mengangguk pasti. Hanya satu kali intruksi dia segera melajukan mobil untuk membelikan berbagai kebutuhan Safna. Aku tak suka dia tampil dengan pakaian lusuhnya. Semua harus dilenyapkan. Bakar kalau perlu. ***** Andai saja si tua bangka itu tak terus meneror, pastinya tak sudi pulang ke Jakarta. Berpisah dengan kesenanganku itu menyebalkan. "Kau tetap di sini. Jangan keluar, tunggu aku kembali." Tanpa basa-basi aku memberi berbagai perintah pada wanita yang tampilannya lebih modis sekarang. "I, iya, Tuan." "Jangan melakukan pekerjaan apapun. Aku tak rela tubuh indahmu rusak. Serahkan semua pada asisten. Ingat, kau hanya boleh masak untukku." "I, iya, Tuan." Benar-benar membingungkan. Mengapa tak pernah memberi sanggahan atau apalah yang biasa Arsela lakukan? Pasif sekali dia, padahal aku tak sekejam itu padanya. Tak bicara bila tak ditanya. "Ada yang mau kau tanyakan?" "Apa ak
Baca selengkapnya
MUAK
ARSELA Jika ditanya pernah bahagia hidup dengan orang yang tak dicintai? Pernah. Aku pernah merasakan kebahagiaan itu. Namun, semua lenyap entah ke mana. Di awal pernikahan, memposisikan diri menjadi istri yang baik, menerima kekurangan dan kelebihan pria yang telah sah menjadi suamiku. Kini, semua menghilang ... melebur seiring berjalannya waktu. Tak ada lagi tampang dengan senyum manis itu, semenjak dia disibukan dengan segudang pekerjaan. Waktu untukku seakan tak tersisa. Jangankan memberi kabar, pulang keperaduan sendiri saja seakan lupa. Bahkan diri ini tak pernah lagi terjamah hangatnya sentuhan. Berbaur dengan sekelompok wanita sosialita terglamor di kelasnya, yang memiliki kehidupan sama denganku. Mencari kesenangan tiada batas, sekedar mengusir sepi dan mereguk kebahagiaan semu. Sang mantan kekasih, kerap kali mengajak bertemu, mencari tahu kehidupan Roger. Bram orang yang tak pernah menyerah, meski dia tahu, statusku kini sebagai istri orang. *** Telinga menangkap de
Baca selengkapnya
LIAR
ARSELALelaki tampan yang sudah lima tahun mengisi palung hati. Jalinan cinta kami tak berakhir dengan perubahan statusku sebagai nyonya Alvendo. Perhatiannya selalu ada untukku. Dia tak pernah lelah mengejar dan menggodaku. *** Sebuah pesan masuk ke ponsel. Membuka pesan WAG wanita sosialita penikmat kesenangan dunia. Mereka mengajak bertemu di sebuah club malam. Melirik benda yang menggantung di dinding kamar, sudah pukul 22.30 WIB. Tak peduli selarut ini, aku pasti datang. Menaburkan berbagai make up mahal, bersolek seelok mungkin. Penampilan tak kalah glamor dengan model papan atas. Mengenakan barang-barang mewah pemberian Roger, jam tangan berlapis emas, cincin bertahta berlian, dan beberapa perhiasan lainnya. Mengenakan pakaian Off-Shoulder Top, warna merah menyala, kontras dengan warna kulit putih mulus tanpa cacat. Menonjolkan bagian atas dada hingga leher. Kupadupadankan dengan rok mini, memperlihatkan kaki jenjang hingga paha yang terpampang jelas. Sekali lagi mematut
Baca selengkapnya
INIKAH?
SAFNA Inikah garis takdirku? Menjadi pemuas napsu dia yang bergelimang harta? Menjalani hari hingga minggu dalam rutinitas sama, pelayan ranjang sang tuan. Airmata telah habis seiring kepasrahanku akan takdir yang digariskan menjadi istri rahasia tuan. Melaksanakan semua maunya, tanpa bantahan. Rasaku, lelahku, bahagiaku, pedihku bukanlah pertimbangan. Semua harus berjalan seperti yang ia inginkan. Seminggu berjalan aku mulai beradaptasi dengan kehidupan baru ini. Hanya saja untuk menikmati sepertinya belum terjadi. Hari ini tuan akan pulang dan entah kapan kembali. Sebelum keberangkatannya kami sarapan terakhir kali. Meski tetap tanpa obrolan, suasana tak lagi mencekam seperti sebelumnya. Sesekali pandangan kami bertemu, lepas itu selalu aku yang tertunduk malu. Kadang jari kami bersentuhan, aliran hangat langsung menjalari raga. Kubiarkan tuan meremasnya hingga ia yang melepaskan. Aku mengantarnya hingga sampai di depan sedan hitam yang pasti sangat mahal harganya. Sisi hatik
Baca selengkapnya
MERINDU
SAFNA"Mak, semua barang pemberian si Rey, keluarkan, bakar sekalian!" Amarah abah meletup-letup, bagai gunung memuntahkan lahar panas. Emak langsung menuruti perintah abah. Barang yang bersangkutan dengan Reyhan dikumpulkan jadi satu. Aku mencoba meraupnya. Namun, abah menahan tubuh ini. "Emak, jangan, Mak! Aku meronta dari cengkraman abah, meraung histeris. Berusaha mengejar emak yang membawa semua barang pemberian Reyhan. Abah mendorong tubuhku, lalu mengunci pintu, membiarkan aku histeris di dalam kamar sambil menggedor tiada henti. "Abah ... buka pintunya, kumohon! Emak jangan dibakar barang-barang dari Rey ...." Teriakan dan tangisku sama sekali tak meluluhkan hati keras mereka. Bersimpuh di atas lantai bersandar pada pintu, gedoran semakin melemah. Satu jam terkukung di kamar meratapi kesakitan, ditemani rinai bening yang berhamburan tiada henti. Maafkan aku Rey, entah bagaimana nanti menghadapimu. Kau pasti membenciku. *** Kenangan tentang Reyhan mulai kukubur seiring a
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status