"Kenapa kau menjemputku? Apa tuan akan menghukum ku karena kejadian tadi pagi?" tanya Zoya dalam hati. Ia sedikit takut untuk bertanya kepada El, karena sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahui apa alasan di balik ketakutannya itu.
Hening!
Tidak ada yang membuka suara sampai mobil berhenti di sebuah gedung mewah yang menjual berbagai pakaian dan barang mewah lainnya, yang hanya bisa di beli oleh orang-orang yang mempunyai banyak uang.
"Butik!" heran Zoya. Ia bertanya-tanya dalam hati. kenapa dirinya di bawa ke sebuah butik? Apakah El akan membelikannya sebuah baju? Zoya rasa itu tidak mungkin. Atau mungkin, El akan menyuruh Zoya untuk bekerja di butik ini? Sepertinya itu sedikit masuk akal. Pikir Zoya lagi. Terus menerus memikirkan hal yang sama sekali tidak akan El lakukan pada Zoya.
"Keluar!" kata El dengan nada memerintah. Dan Zoya langsung keluar dari dalam mobil, mengikuti langkah El yang sudah berjala
"Apa? Apa yang akan kalian rencanakan padaku? Apa kalian akan menjualku untuk dipekerjakan di butik ini?" tanya Zoya dalam hati. Ia sangat ketakutan dengan apa yang baru saja di obrolkan oleh Dareen dan juga El. "Bagusnya dia kita apakan Tuan?" tanya El lagi, sepertinya ia belum kapok dengan jawaban dari Dareen yang mengatainya bodoh. "Mau di apakan juga dia tetap saja jelek. Tidak menarik sama sekali!" ujar Dareen dengan mata yang tertutup rapat, dan kepala yang ia sandarkan pada dinding sofa, dengan tangan yang menjadi sandarannya. "Aku memang jelek! Tapi kau tidak usah memperdalam kejelekan ku itu dengan kata-kata mu yang pedas itu Tuan! Aku sudah merasa sadar diri, dengan tampangku yang seadanya ini. Dan kau membuatku merasa sangat jelek dengan ucapanmu itu. Itu sangat jahat sekali!" Zoya berteriak-teriak dalam hati, membenarkan semua yang Dareen katakan. Namun juga merasa sangat kesal kepada
"Dareen!" kata Megan, "kenapa kau membiarkan wanita manis ini berpenampilan seperti ini? Kau benar-benar kejam!" sambung Megan dengan mata yang terus menerus tertuju pada penampilan Zoya."Hei El, katakan pada wanita yang tidak berhenti mengoceh itu. Apakah aku mengenalnya?" kata Dareen dengan raut wajah datar seolah ia memang tak mengenal Megan.Megan membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Dareen barusan. Terlebih lagi saat ini, ada Zoya yang mendengar ucapan Dareen dengan sangat jelas. Dareen benar-benar mengacaukan harga diri seorang Megan. Kesal Megan dalam hati."Kau memang jahat! Pria menyebalkan!" kata Megan dengan wajah kesalnya, menatap Dareen dengan perasaan ingin mencekik."Lakukan saja tugasmu Megan! Kau seperti tidak tahu Tuan saja!" kata El memperingatkan, dan Megan kembali menunjukkan wajah kesalnya pada El. Namun di detik berikutnya, ia kembali menormalkan wajahnya, lalu me
"Tadaaaaa! Apa kalian suka dengan hasil make over ku pada Zoya?" kata Megan dengan penuh kebanggaan. Ia memperlihatkan penampilan terbaik Zoya pada Dareen dan El, yang saat ini tengah terdiam membisu, dengan mulut menganga. Menatap Zoya penuh dengan tanda tanya. Bagiamana tidak, Zoya saat ini tengah mengenakan dress pesta yang tidak terlalu mewah. Sederhana namun tampak elegan, sangat cocok untuk usianya saat ini, yang masih remaja, berlengan panjang, namun bagian bahunya sedikit terbuka, dan bagian bawah dress itu, mempunyai panjang bagian depan yang sedikit rendah, sedangkan bagian belakangnya, terlihat sedikit panjang. Dengan warna yang tidak menyakiti mata. Warna salem menjadi pilihan Megan. Megan rasa, warna dan dress ini sangat cocok dengan tubuh mungil Zoya yang berkulit putih bersih. Walaupun Zoya tidak terlalu cantik, namun ia mempunyai kulit yang teramat bersih dan cantik, walaupun ia jarang sekali merawatnya. Bahkan bisa di bilang, bahwa Zoya
"Manis dia bilang! Manis jika dilihat dari ketinggian 2900 mdpl mungkin!" kata Dareen lagi dengan ekspresi wajahnya yang sangat menyebalkan. Sangat bertolak belakang dengan kenyataan dalam hatinya, yang memuji-muji Zoya dengan kata manis dan menggemaskan yang beberapa menit ini terbersit dalam benaknya, hingga menggelitik hatinya.Dareen malu mengakui jika Zoya benar-benar manis, karena ego nya yang terlalu tinggi. Jadi ia mengatakan yang sebaliknya terhadap Zoya. Namun, siapa sangka, jika satu orang telah memperhatikan gerak-gerik Dareen sedari tadi, saat Dareen mengatai Zoya pada Megan. Dan orang itu adalah El. El tersenyum dalam hatinya, dengan berbagai ocehan yang apabila Dareen mendengarnya, maka Dareen akan sangat malu di buatnya."Anda menyukai Zoya, Tuan! Anda hanya malu untuk mengakuinya. Seharusnya anda menurunkan sedikit saja ego anda," gumam El dalam hati, dengan sedikit senyum yang ia tunjukkan dari bibirnya. Namun tak ada satu
Tiba-tiba saja, matahari seakan berada di hadapan zoya. Wajahnya sudah memerah dan terasa sangat panas, karena ia merasa sangat malu, benar-benar malu dengan apa yang baru saja terjadi. Zoya pikir, Dareen akan melakukan hal yang tidak tidak kepadanya. Namun nyatanya, Dareen hanya akan mengambil sebuah tuxedo mewah yang sudah di berikan oleh pelayan butik kepadanya. Ada rasa kecewa dalam dirinya, namun lebih banyak malunya. Apakah benar Zoya kecewa? Karena apa? Apa karena Dareen tidak melakukan apapun padanya? Entahlah, Zoya bingung untuk menjelaskannya secara rinci. Dareen sangat menikmati saat melihat wajah Zoya yang sudah berubah menjadi merah karena menahan rasa malu. Ingin rasanya Dareen menertawakan Zoya dengan sangat keras, namun lagi-lagi, ego nya mengalahkan semua rasa yang ingin Dareen tunjukkan. Hingga, lagi dan lagi, Dareen membuat seseorang yang berada di hadapannya kecewa, karena perkataannya yang selalu saja tidak sesuai dengan hatinya.
"Kau lambat sekali Zoya! Ayo cepat, ikuti aku!" ujar El dengan terus menarik tangan Zoya untuk mengikutinya."Aku memakai hills El!" keluh Zoya karena ia kesulitan untuk mengikuti dan menyamai langkahnya dengan langkah El."Hills!" kaget El yang tak memperhatikan kaki Zoya yang sedang mengenakan apa. Dan saat Zoya mengatakannya, El langsung menundukkan pandangannya ke bawah, menatap kaki Zoya yang memang sedang mengenakan hills yang tidak terlalu tinggi. Namun tetap saja, itu membuat langkah Zoya terganggu, karena Zoya tidak biasa mengenakannya."Kau tahu!- - Zoya berkata dengan merendahkan suaranya - -kau meninggalkan Tuan di dalam! Dan kau tahu apa lagi yang akan terjadi setelah ini?" kata Zoya lagi sambil mendelik kan matanya saat berbicara. Ada nada menakuti dalam ucapannya pada El barusan."Aku lupa!" kata El dengan tangan yang menepuk keningnya pelan.Zoya
"An- an- anda menyebutkan nama saya Tuan?" tanya Zoya dengan nada bicara yang tidak percaya. Seolah yang baru saja terucap dari mulut Dareen adalah sebuah khayalan belaka. Yang mampu membuat Zoya terpana, dengan hati yang bisa di bilang, berbunga-bunga, hanya karena sebuah nama yang terucap dari mulut seorang Dareen Danendra."Dalam mimpimu bocah! Kau jangan pernah berharap apapun kepadaku. Karena kau sama sekali tidak penting bagiku!"Deg!Apakah benar apa yang baru saja Tuan katakan? Mengapa rasanya sangat menyakitkan. Lebih sakit dari pada tamparan yang ibu lakukan kepadaku! Juga lebih sakit dari setiap perkataan menyakitkan yang selalu Tuan katakan padaku selama ini. Apakah aku kecewa?"Kenapa kau diam? Kau jangan pernah bermimpi aku akan memanggilmu dengan sebutan yang layak. Karena kau bukan siapa-siapa bagiku. Kau hanyalah pembantuku! Pembantu!" ujar Dareen dengan menekankan kata terakhirnya, "camkan
Tepat pukul delapan malam. Mobil yang El, Zoya dan Dareen kendarai, sudah berada tepat di halaman parkir sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi. El turun duluan dari dalam mobil, menghampiri pintu belakang mobil, dimana ada Dareen di dalamnya. El membuka pintu itu, mempersilahkan Dareen untuk keluar, dan dalam sekejap mata, Dareen keluar dari dalam mobil, dengan penampilannya yang memukau, setiap pasang mata yang memandangnya.Wajah datar nan dingin milik Dareen yang Dareen tunjukkan saat keluar dari dalam mobil, tak lantas membuatnya terlihat buruk dan mengurangi ketampanannya. Justru karena sikap itulah, membuat Dareen semakin terlihat tampan dan terkesan lebih terlihat misterius di pandangan setiap orang. Terutama para wanita.'Hmm..., Tampan sekali!' seperti itu kira-kira, para tamu wanita yang melihat Dareen yang baru saja keluar dari dalam mobil."Anda sangat tampan Tuan!" kata El dengan pujian yang tentu