Compartir

Chapter 47 Ketekunan Eva

Autor: Sya Reefah
last update Última actualización: 2024-10-01 23:57:23

Martin mencondongkan tubuhnya ke depan sambil memijat keningnya pelan. Lima menit yang lalu, dia mendengar kabar dari orang-orang suruhannya bahwa Henry telah kembali dari Maldives lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Semua rencana liburan yang telah dia siapkan kini terasa sia-sia. Rasa geram meluap dalam dirinya saat memikirkan alasan di balik kepulangan Henry.

“Jadi, dia memilih kembali hanya karena Julia,” gumam Martin, tak percaya. Rasa kesal ini semakin membara saat dia membayangkan betapa bodohnya pola pikir putranya.

“Sepertinya yang jadi masalah di sini bukanlah Julia, tapi Henry juga.” Martin berdesis pelan, kemudian melanjutkan, “Apa karena alasan ini Eva mengajukan gugatan cerai?”

Dia menjadi teringat dengan pengajuan gugatan cerai Eva pada Henry. Setelah dipikir-pikir, tidak mungkin Eva mengajukan perceraian tanpa alasan yang jelas.

“Aku tidak akan membiarkan ini, mereka tidak akan berpisah.”

Martin berusaha meredakan emosi dan mencari seribu cara agar Eva dan Henry tidak m
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado
Comentarios (4)
goodnovel comment avatar
Sabrina Taski
pevat julia,martin....
goodnovel comment avatar
Bety Yatmikasari
si bodoh henry... entah smpi kpn bodohnya .. ihhh amit2....
goodnovel comment avatar
Sya Reefah
kamu mewakili kekesalanku pada henry kak. hihihii.
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 276

    Hari demi hari terlewati, hingga tanpa terasa usia kandungan Eva sudah tujuh bulan.Sejak kehamilannya, Eva banyak berubah. Bukan hanya perutnya yang semakin membesar, tetapi juga suasana hatinya sering berubah-ubah.Sore itu, Eva berada di ruang tengah dengan TV besarnya menyala. Matanya tak sengaja menangkap keberadaan Rosa yang tengah menikmati cemilan di tangannya bersama pelayan lain di dapur.Eva berharap Rosa akan melihatnya dan menawarkan cemilan itu padanya.Eva terus menunggu. Hingga cemilan itu habis di tangan Rosa.Tiba-tiba saja bibir Eva mengerucut. Tangannya menekan tombol off, lalu melangkah pergi menuju kamar.Sesampainya di kamar, tangannya meraih ponsel dan segera menghubungi Henry.Saat itu, di ruangannya, Henry sedang menerima laporan mengenai perkembangan proyek raksasa miliknya. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.Begitu melihat nama di layar ponselnya. Henry segera menekan tombol hijaunya. “Ada apa? Ada yang kau inginkan?”Terdengar suara tidak bersahabat dar

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 275

    Eva dan Henry masih berpelukan erat, seakan merasakan tekad baru. Henry memejamkan kedua matanya, mencium pucuk kepala Eva lagi, dan lagi. Ciuman itu turun ke bawah, berhenti di leher jenjang Eva. Eva menutup mulut Henry, menjauhkan wajah itu darinya. “Hentikan, Henry. Itu geli,” ucapnya diikuti kekehan kecil. Tiba-tiba saja, bel penthouse berbunyi, memecah momen hangat mereka. Keduanya saling pandang. Eva melepaskan pelukannya, sementara wajah Henry gusar, tak ingin lepas, tak ingin diganggu siapapun pagi ini. “Siapa yang datang?” Henry hanya menggeleng tidak tahu. Terhitung jarang sekali mereka kedatangan tamu luar. Bel berbunyi lagi. Henry memberikan isyarat agar Eva tetap di tempat, tak peduli siapa yang datang. Yang dia inginkan hanya bersama Eva. Istrinya. Salah satu pelayan yang bertugas bergegas membuka pintu. Di ambang pintu, tampaklah Martin dan Elise. Martin datang dengan senyum tulusnya, sementara Elise memasang wajah gelisah, campuran kegengsian yang terlihat

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 274

    Suasana penthouse semakin sunyi. Eva masih terjaga menunggu kedatangan Henry. Dia tampak mengantuk, tetapi matanya menyimpan kekhawatiran yang mendalam. Tiba-tiba suara bel berbunyi nyaring, memecah keheningan. Eva segera berlari ke arah pintu dan menariknya hingga pintu terbuka. Di ambang pintu, berdirilah Samuel yang memegang lengan Henry, yang kini terlihat lebih buruk daripada di bar. Henry terseok-seok, kepalanya bersandar penuh pada Samuel. Bau alkohol begitu menyengat menusuk hidung Eva. Seketika wajahnya berubah, bercampur lega sekaligus panik karena melihat kondisi Henry. “Dia mabuk?” “Seperti yang kau lihat.” Tanpa berlama-lama, Samuel segera menuntun Henry masuk. Langkah Henry tak beraturan, kakinya tersandung dengan kakinya yang lain. Samuel mengerahkan seluruh tenaganya untuk membimbing tubuh Henry yang berat sampai di sofa. Mereka mencapai sofa. Samuel dengan hati-hati merebahkan tubuh Henry di atas sofa panjang. Eva menatap ke arah Henry lalu beralih mengara

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 273

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Henry belum pulang. Biasanya, suaminya akan memberi kabar jika telat, tetapi malam ini ponselnya terasa dingin, tak ada notifikasi apapun. Eva meraih ponselnya mencoba menghubungi Henry. Panggilan pertama, tidak terjawab. Panggilan kedua, tidak terjawab. Tak biasanya Henry mengabaikan panggilannya. Rasa cemas mulai merayapi hatinya. Apa terjadi sesuatu?Eva mencoba menepis pikiran negatif. Dia beralih menghubungi sopir pribadinya, terakhir, dia pergi bersama Henry.Setelah beberapa detik sambungan terhubung, dan mulai terdengar suara di ujung telepon. “Selamat malam, Nyonya.”“Apa Tuan Henry di mobil sekarang?” tanya Eva, mencoba untuk tenang. “Saya sudah di rumah, Nyonya. Tuan Henry meminta saya pulang sejak sore tadi. Tuan kata, ada urusan pribadi yang harus diselesaikan, Nyonya.”Tak berselang lama panggilan telepon berakhir. Dia mencoba menghubungi orang-orang yang bersama Henry. Nomor Ryan pun tak ada jawaban. Mengingat keberad

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 272

    Martin menepuk pundak Samuel. “Terima kasih atas bantuanmu, Sam. Uncle berhutang budi padamu.”Samuel tersenyum lalu menggeleng. “Tidak perlu sungkan, Uncle. Aku hanya tidak ingin membiarkan wanita itu terus-terusan memanipulasi keluarga kita.”“Uncle akan memberimu bonus atas kerja kerasmu.” Pandangan Martin beralih ke arah Elise yang terduduk dengan tatapan tidak percaya. “Sekarang kau tahu sendiri, ‘kan? Orang yang selalu kau bela itu justru pelaku sebenarnya. Apa kau masih ingin memusuhi orang yang tidak bersalah?”Elise hanya diam, tidak bisa menjawab. Dia merasa menyesal dan bersalah, tetapi gengsi mengalahkan semuanya. Dia hanya bisa menunduk malu di hadapan suami dan keponakannya. Malu karena sudah membela Julia dengan sepenuh hatinya. “Papa harap setelah ini Mama meminta maaf pada Eva.” Elise ingin menunjukkan protesnya, tetapi, baru saja dia membuka mulut, Martin kembali membuatnya terdiam. “Papa tidak menerima bentuk protes apapun!” Sementara di ruang kerja…Mata Henry

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 271

    Julia menggeleng panik. “Aku … tidak, itu bukan … rekaman itu hanya editan!” Jari telunjuknya mengacung ke arah Samuel. “Kau datang pasti hanya untuk mengacaukan semuanya, ‘kan? Iya, ‘kan?” Sebelum Samuel menjawab lagi, Julia dengan cepat meraih tangan Elise. “Aunty, ini semua tidak benar.” Elise terdiam tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah dia harus percaya pada Julia, atau keponakannya?Senyum sinis muncul di bibir Samuel saat melihat kepanikan Julia. Dia merasa puas. Perlahan, langkahnya semakin mendekat. “Editan?” Senyum Samuel semakin melebar. “Aku punya bukti. Aku punya saksi. Aku tahu segalanya, Julia.”“Tidak!” Suara Julia menggelegar. “Kau bohong! Kau pasti bersekongkol dengan Eva karena kau menyukainya, ‘kan?!”Mendengar nama Eva disebut, membuat Henry kembali naik pitam. “Jangan sebut nama Istriku dengan mulut kotormu!” Martin kembali menenangkan Henry sebelum benar-benar kalap. Sedari tadi, emosi putranya meluap. Pikiran Julia dipenuhi dengan ketakutan akan k

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status