Share

Dijenguk Tia

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-06-26 20:40:01

Perjalanan menuju rumah Adit terasa lebih panjang dari biasanya. Rudi mengemudikan mobil dengan hati-hati, sesekali melirik ke spion untuk memastikan kondisi Adit di kursi belakang. Pak Darmawan duduk tenang di samping sopir, matanya memandang keluar jendela sambil sesekali bertanya tentang arah yang mereka tuju.

"Masih jauh, Dit?" tanya Pak Darmawan ketika mereka memasuki kawasan pemukiman sederhana.

"Sudah dekat, Pak. Belok kiri setelah warung itu," Adit menunjuk ke arah sebuah warung kecil di ujung jalan.

Rumah Adit terletak di ujung gang kecil yang cukup sepi. Bangunan sederhana dengan cat tembok yang sudah memudar, halaman kecil yang ditumbuhi beberapa tanaman hias yang dirawat dengan penuh kasih sayang.

Ketika mobil berhenti di depan rumah, Adit merasa canggung. Ia tidak pernah membayangkan akan membawa majikannya yang hidup dalam kemewahan ke rumah sederhana seperti ini.

"Maaf Pak, hanya begini rumah saya..." kata Adit sambil membuka pintu mobil dengan gerakan hati-hati, menjag
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Dijenguk Tia

    Perjalanan menuju rumah Adit terasa lebih panjang dari biasanya. Rudi mengemudikan mobil dengan hati-hati, sesekali melirik ke spion untuk memastikan kondisi Adit di kursi belakang. Pak Darmawan duduk tenang di samping sopir, matanya memandang keluar jendela sambil sesekali bertanya tentang arah yang mereka tuju."Masih jauh, Dit?" tanya Pak Darmawan ketika mereka memasuki kawasan pemukiman sederhana."Sudah dekat, Pak. Belok kiri setelah warung itu," Adit menunjuk ke arah sebuah warung kecil di ujung jalan.Rumah Adit terletak di ujung gang kecil yang cukup sepi. Bangunan sederhana dengan cat tembok yang sudah memudar, halaman kecil yang ditumbuhi beberapa tanaman hias yang dirawat dengan penuh kasih sayang.Ketika mobil berhenti di depan rumah, Adit merasa canggung. Ia tidak pernah membayangkan akan membawa majikannya yang hidup dalam kemewahan ke rumah sederhana seperti ini."Maaf Pak, hanya begini rumah saya..." kata Adit sambil membuka pintu mobil dengan gerakan hati-hati, menjag

  • Tukang Pijat Tampan   Ajakan Si Dokter Cantik

    Adit dan Dokter Siska berjalan dengan perasaan canggung menuju ruang rontgen. Hening yang tercipta di antara mereka terasa tebal, dipenuhi oleh ketegangan yang belum sepenuhnya mereda sejak kejadian di ruang pemeriksaan tadi. Sebenarnya, prosedur ini pun berbeda dari pasien pada umumnya; Adit mendapat perlakuan istimewa karena diantar langsung oleh dokternya. Itu pun bukan karena ia orang penting, namun karena Dokter Siska sedang menganggap Adit sebagai orang spesial yang membuatnya penasaran.Koridor rumah sakit yang mereka lalui tampak sepi, hanya terdengar gema langkah kaki mereka dan suara peralatan medis yang berdengung samar dari ruangan-ruangan yang mereka lewati. Lampu neon putih di langit-langit memberikan cahaya dingin yang membuat atmosfer semakin formal dan steril.Tiba-tiba, Dokter Siska berhenti. Adit pun ikut berhenti dan menatap sang dokter dengan tatapan bingung, alisnya sedikit berkerut."Adit..." suara Dokter Siska terdengar lebih lembut dari biasanya."Ya, Dok?""K

  • Tukang Pijat Tampan   Tempat Yang Tidak Pas

    Dan benar saja. Dokter Siska tak bisa menahan diri untuk mencari tahu. Seharusnya ia memeriksa pasien sebagai mana mestinya. Namun tangannya yang lembut dan lentik itu, lebih terkesan sedang membelai dan memberikan rangsangan ketimbang sedang memeriksa.“G-geli, Dokter…” kata Adit. Tubuhnya sedikit menegang.“Pejamkan mata saja. Aku sedang memeriksa syarafmu; apakah masih bisa merespon dengan baik atau tidak. Ini hal penting…” kata Dokter Siska. “Jika geli, dinikmati saja. Jangan ditahan. Bebas saja…”Adit menegang. Ia memejamkan mata. Rasanya malu sekali; ia bertahan agar benda di dalam celana dalamnya itu tidak macam-macam. Tapi sialnya, Dokter Siska malah menyentuhnya. Refleks Adit kembali menahan sang dokter dengan memegangi tangannya.Lagi-lagi, sentuhan tangan Adit itu sungguh tak sengaja sekali memunculkan daya gaibnya yang dengan sangat cepat menyulut hasrat sang dokter, namun tak sampai menghilangkan akal sehatnya.“Ini kemarin kena tendang atau tidak?” tanya Sang Dokter menc

  • Tukang Pijat Tampan   Di Rumah Sakit

    Sementara Dokter Siska masih memeriksa Adit di kamar lantai dua, Pak Darmawan dan Nyonya Inara bergegas menuju kamar mereka. Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran keduanya sejak melihat reaksi Dinda tadi malam.Setelah menutup pintu kamar dengan rapat, Pak Darmawan langsung mengungkapkan keresahannya."Menurutku... sikap Dinda tadi itu aneh," katanya sambil melepaskan jas yang masih dikenakannya. "Terlalu berlebihan untuk ukuran perhatian biasa kepada anak buah."Nyonya Inara mengangguk sambil duduk di tepi ranjang. Kekhawatiran yang sama telah menggelayuti pikirannya sejak tadi."Iya... aku khawatir jika... Dinda menyukai Adit," ucapnya pelan, seolah takut kata-katanya sendiri menjadi kenyataan.Pak Darmawan mengernyitkan dahi. "Seharusnya tak mungkin kan? Dinda sudah bersuami. Dan lagipula, Adit mana berani macam-macam dengan putri majikannya sendiri.""Adit memang tidak macam-macam. Anak itu sopan dan baik," kata Nyonya Inara sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing. "Tapi Din

  • Tukang Pijat Tampan   Dokter Cantik

    Dinda bergegas mendekati Adit, matanya memeriksa luka-luka di wajah pemuda itu dengan perhatian yang sangat detail. Tangannya hampir menyentuh lebam di pipi Adit, tapi ia menahan diri di detik terakhir."Kamu sakit? Di mana sakitnya? Perlu ke rumah sakit tidak?" tanyanya bertubi-tubi dengan nada cemas.Perhatian berlebihan Dinda itu membuat Nyonya Inara, yang baru turun dari lantai dua, mengernyitkan dahi. Wanita berusia 45 tahun yang masih terlihat cantik dan elegan itu memperhatikan putrinya dengan tatapan sedikit heran."Dinda, kenapa kamu begitu..." Nyonya Inara tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi tatapannya penuh pertanyaan."Tidak apa-apa, Tante," kata Adit dengan senyum lemah. "Hanya sedikit berkelahi. Biasa." Adit segera menyahut. Ia pun sadar, Dinda terlalu berlebihan dan barusan itu, ibunya mempertanyakan perhatiannya."Berkelahi?" Dinda menatap Adit dengan mata yang makin khawatir. "Dengan siapa? Kenapa sampai seperti ini?"Pak Darmawan tertawa kecil meski ia heran. "Tenan

  • Tukang Pijat Tampan   Perhatian Dinda

    Dengan langkah agak tertatih, Adit kembali ke tempat duduknya di sebelah Pak Darmawan. Setiap langkah terasa berat, tulang rusuknya masih berdenyut sakit, dan rasa logam darah masih terasa di mulutnya. Tapi melihat ekspresi bangga di wajah bosnya, Adit berusaha menyembunyikan rasa sakitnya."Luar biasa! Luar biasa sekali!" seru Pak Darmawan sambil menepuk pundak Adit dengan antusias. Tepukan itu membuat Adit sedikit meringis, tapi ia berusaha tersenyum. "Dua kemenangan berturut-turut, dan yang kedua itu... astaga, itu pertarungan yang akan dibicarakan orang selama bertahun-tahun!"Lelaki tua itu tertawa dengan kepuasan yang nyata terpancar dari matanya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengecek saldo rekeningnya. Angka yang tertera di sana membuatnya tersenyum lebar - lebih dari 10 miliar rupiah keuntungan dalam satu malam. Taruhan dengan odds 1:7 untuk melawan Vikram, dan odds 1:5 untuk melawan Li Mei, semua berbuah manis."Kamu tahu, Adit," kata Pak Darmawan sambil memasukkan kembali p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status