Share

Makan malam

Author: Violet Senja
last update Last Updated: 2023-08-25 16:06:34

“Hey… kamu cantik sekali… apakah kamu tersesat? Tuanmu pasti mencari,” ujar Renata berkomunikasi dengan kucing tersebut.

Sepertinya kucing tersebut tidak ingin didekati, ia berlari keluar pagar, Renata mengejarnya, hingga tiba di depan gerbang Rumah Reynaldi.

“Re… “ suara Reynaldi memanggil dari dalam Rumahnya.

“Hi.. Rey,” sapa Renata.

“Sedang apa?”

“Tadi ada seekor kucing spertinya ia tersesat diRumahku.”

“Apa dia yang kamu maksud?” tanya Reynaldi seraya menunjuk seekor kucing yang sedang menikmati makanannya.

“Iyaaa.. itu kucingnya, apa dia milikmu?”

“Betul, namanya Mochi, kalau sedang lapar dia memang selalu pergi kemana-mana tapi akhirnya akan kembali,” tutur Reynaldi.

Tiba-tiba terdengar suara berasal dari perut Renata, reflek Renata lantas memegang perutnya dengan rasa malu.

“Kamu laper?” tanya Reynaldi.

“Aku tidak berselera makan, semua terasa mual di perutku,” ucap Renata.

“Jika kamu mau makanlah di sini, aku memiliki asisten rumah tangga yang cukup handal dan akan membuatkan makanan yang special, calon babymu pasti menyukainya.” Reynaldi memberikan tawaran.

Renata nampak berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk menerima tawaran Reynaldi.

“Kamu tidak perlu takut, dari luar rumahku nampak sepi, tapi didalam, ada Bi Sum asisten rumah tangga ku beserta kedua anaknya, ada juga asisten pribadiku, cukup ramai bukan?”

“Ok,” jawab Renata dengan senyum sumringah.

Renata mengikuti langkah Reynaldi kedalam, benar saja ada banyak orang di dalam rumah tersebut, suasananya begitu hangat penuh canda seakan tidak ada jarak antara pekerja dan majikan.

“Apa semua pekerja di sini laki-laki?” tanya Renata seraya menebar pandangan ke seluruh ruangan yang nampak mewah dengan lukisan-lukisan asli sang maha karya.

“Tidak, dua asisten rumah tanggaku wanita paruh baya.”

“Kamu tunggulah di sini, aku akan minta mereka menyiapkan makan malam,” sambung Reynaldi.

Renata merasa heran mengapa kehidupan Reynaldi terkesan begitu mewah.

“Re… ayo, makanan sudah siap,” ajak Reynaldi.

“Wah… banyak sekali makanan ini, apa kamu akan memakannya semua?” tanya Renata melihat begitu banyak makanan yang terhidang.

“Apa iya aku habiskan semua makanan ini? Sebagian ini akan dikirim ke suatu tempat,” ujar Reynaldi.

“Kemana?” 

“Rahasia…” jawab Reynaldi sambil terkekeh.

Renata nampak mencabikkan bibirnya, mendengar jawaban Reynaldi.

“Ada yang mau ikut makan bersama kami?” ujar Reynaldi kepada para pekerjanya.

“Tidak Tuan, kami masih menyelesaikan packing makanan terlebih dahulu,” jawab salah satu pekerja.

“Okelah kalu begitu,” timpal Reynaldi sambil mengangkat kedua bahunya.

“Suami kamu pasti masih sibuk dengan perempuan yang suka keluar masuk di rumah kamu?” tanya Reynaldi di sela makannya

“Apa pekerjaanmu seorang cenayang?”

Pertanyaan Renata membuat Reynaldi tertawa. “Aku hanya bertanya,” kilahnya.

“Itu bukan pertanyaan, tetapi tuduhan.”

“Kenyataannya memang seperti itu, bukan?”

“Seorang pengusaha yang sukses, memiliki istri bak bidadari tapi sayang kehidupannyatidak sesempurna yang orang lain bayangkan.”

“Rey… aku memang menerima pertemanan kita, tapi bukan berarti kamu punya hak untuk ikut campur dengan urusan rumah tanggaku.”

“Aku bukan ikut campur, siapa yang tidak kenal dengan Davin Anggara, bahkan di majalah-majalah bisnis suamimu selalu menjadi line teratas di setiap beritanya.”

“Seperti apapun kehidupan aku dan suamiku, aku mencintainya dan aku bahagia bersamanya,” ujar Renata namun Reynaldi menangkap sedikit keraguan dalam ucapan Renata.

“Kamu yakin ini cinta? Dan kamu bahagia?” tanya Reynaldi memastikan.

“Satu hal yang perlu kamu tau Re… cinta itu serakah, untuk sekedar melirik pun kita tidak akan rela, apalagi membiarkan hidup dengan orang lain.” lanjutnya.

“Kamu sudah terlalu jauh Rey,” sanggah Renata.

“Re… yang kamu jalani itu bukan cinta, hanya saja kalian terbiasa bersama, hal itu menjadi ketergantungan dan saling membutuhkan,” tutur Reynaldi.

“Biarlah itu hanya akan menjadi urusanku dan Tuhan,” jawab Renata singkat.

“Hhmmh!... aku tau, tapi maaf, kehidupan yang kamu jalani itu jauh dari kata normal,” ucap Reynaldi berempati.

“Kenapa senyum-senyum?” sambung Reynaldi karena melihat Renata sedang menompang dagu dengan kedua tangan seraya tersenyum memandang ke arahnya.

“Kamu terlalu fokus bicara sampai-sampai gak sadar kalau aku sudah selesai makan sejak tadi,” papar Renata, gelak tawa mereka hingga terdengar oleh para pekerja dan mengundang mereka tersenyaum saling pandang, karena baru kali ini mereka melihat sang bos tertawa lepas.

“Ok… Rey, terimakasih banyak akhirnya aku bisa makan malam dengan nikmat malam ini,” lanjut Renata dengan senyum.

“Sudah mau pulang?” tanya Reynaldi sambil memiringkan kepalanya dan dijawab dengan anggukan kepala oleh renata.

“Tunggu sebentar,” setelah bicara Reynaldi melangkah kedalam dan kembali dengan tentengan di tangannya.

“Apa itu Rey?” 

“Untuk kamu bawa pulang isinya sama dengan yang kamu makan tadi, ibu hamil biasanya nafsu makannya meningkat,” tutur Reynaldi.

“Sepertinya kamu tau banyak tentang ibu hamil, apakah kamu sudah beristri?” tanya Renata.

“Itu bagian dari Rahasia hidupku,” ucapnya penuh rahasia, lagi-lagi Renata mencabikkan mulutnya.

“Mau aku antar?” sambung Reynaldi.

“Nggak usah, aku bisa pulang sendiri, sekali lagi terimakasih untuk semuanya,” ucap Renata sambil mengangkat paperbag pemberian Reynaldi dengan kedua tangannya.

Renata pun berlalu dari hadapan Reynaldi dengan membawa buah tangan, Reynaldi tersenyum bahagia, wanita yang selama ini hanya bisa ia lihat dari kejauhan, wanita yang selalu ia cari tahu tentang kehidupannya, malam ini mau makan malam bersamanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • WANITA LAIN SUAMIKU   APAKAH INI RINDU?

    APAKAH INI RINDU?“Siang, Bu?” sapa, Dita sang sekretaris begitu melihat Renata nberjalan mendekati mejanya.“Siang, Dit. Apa jadwalku hari ini?” tanya Renata.“Tidak ada, Bu. Hanya bebrapa berkas yang perlu Ibu tandatangani,” ujar Dita.“Ok, antarkan keruanganku ya.” kemudian Renata berjalan menuju ruangannya, diiringi Bimantara.Tidak seberapa lama Dita masuk dengan membawa berkas-berkas ke meja Renata.“Dita, apakah ruanganku sudah bisa digunakan?” tanya Bimantara yang sedang duduk di sofa.“Untuk saat ini belum, Pak. Kemungkinan lusa sudah bisa digunakan,” jawab Dita.“Ruangan? Ruangan apa?” tanya Renata tidak mengerti.“Aku sudah resmi di angkat menjadi asisten pribadimu,” ujar Bagaskara dengan rasa percaya diri.“Asisten pribadiku? Siapa yang menganggkatnya?” “Mas, Rey.”“Ish! Kenapa orang itu selalu bertindak sesuka hatinya?” heran Renata.“Maaf, Pak, Bu… saya

  • WANITA LAIN SUAMIKU   SIDANG PERTAMA PERCERAIAN

    SIDANG PERTAMA PERCERAIANPagi-pagi sekali, Renata sudah rapih dan bermain dengan putra kecilnya yang semakin hari semakin menggemaskan.“Apa rencana hari ini, Re,” tanya Martha di sela candanya dengan sang cucu.“Pagi ini sidang pertama aku dan Davin akan di laksanakan, Mah,” ucap Renata sambil menghela nafas.“Papa tidak bisa menemanimu hari ini, Nak,” ucap Gunawan sambil berjalan mendekat.“Tidak apa, Pah, nanti akan ada Bima yang menemaniku,” ucap Renata sambil tersenyum.“Semoga semua berjalan dengan baik,” ujar Martha seraya menggenggam tangan sang putri.Renata, mengangguk serta mengaminkan ucapan mamanya, disusul kecupan sayang dari sang papa.“Jangan pernah merasa sendiri, Papa tau kamu anak yang kuat dan mandiri, Papa akan lakukan apapun untuk kebahagiaan kamu dan Arkana,” ujar Gunawan memebrikan suport.“Terimakasih, Mah, Pah. Kalian selalu memberikan yang terbaik untukku,” ucap Renata.

  • WANITA LAIN SUAMIKU   PESONA SANG CEO

    PESONA SANG CEOSuara ketukan pintu menghentikan perbincangan Reynaldi dan Renata dalam ruangan CEO.“Permisi, Pak, Bu. Meeting akan segera dimulai,” ucap seorang wanita muda dengan penampilan kantor yang rapih.“Oiya… Dita, kenalkan ini Ibu Renata, mulai saat ini kamu akan bekerja untuk beliau, Re… kenalkan ini Dita yang akan menjadi sekretarismu,” ucap Reynaldi memeperkenalkan kedua wanita di hadapannya.“Baik, Bu Renata, selamat datang dikantor,” ucap Dita sambil membungkukkan badannya.“Terimakasih, Dita semoga kedepannya kita dapat bekerjasama dengan baik,” sambut Renata seraya mengulurkan jabatan tangan.“Baik, kita keruangan meeting sekerang, Dita semua berkas sudah di persiapkan?” ujar Reynaldi.“Semua sudah beres, Pak.” Jawab Dita.Mereka berjalan menuju ruangan meeting dimana para direksi dan petinggi perusahaan sudah berkumpul.“Selamat siang semuanya,” sapa Reynaldi, setibanya mereka di ruan

  • WANITA LAIN SUAMIKU   HARI BARU UNTUK RENATA

    HARI BARU UNTUK RENATADavin, menepikan mobilnya, diikuti Renata, belum sempurna ia memarkirkan kendaraannya di trotoar jalan, nampak Davin berjalan ke arahnya. Laki-laki tampan yang diam-diam ia puja sejak kecil, yang berhasil mengukir senyum di bibirnya sekaligus menorehkan luka yang teramat dalam di hatinya.Davin, membantu membukakan pintu mobil Renata.“Tidak perlu berlebihan, Davin. Aku bisa sendiri,” ujar Renata.“Aku hanya ingin membantu membukakan pintu mobil,” jawab Davin.“Katakan apa maumu?” tanya Renata.“Kita bicara di sana,” ucap Davin, seraya menunjuk ke arah mini market yang terdapat tempat duduk di depannya.Tanpa bertanya lagi, Renata langsung berjalan menuju tempat yang di maksud oleh Davin.“Re… aku merindukanmu,” ucap Davin sambil berusaha meraih tangan Renata yang berada di atas meja.“Sudah cukup sandiwaramu,” ucap Renata tanpa melihat Davin yang duduk di hadapannya dan menarik tangan

  • WANITA LAIN SUAMIKU   PERJUMPAAN DI LAMPU MERAH

    PERJUMPAAN DI LAMPU MERAHKanza, terbelalak melihat notif di layar handponenya, ada no tidak di kenal mengirimkan beberapa gambar dirinya yang sedang bersama dengan, Kevin teman lelakinya.Ia berusaha menghubungi, tetapi sepertinya nomer tersebut adalah nomer fiktif yang hanya sekali pakai.Kanza, membanting hanphonenya ke atas sofa, lalu berjalan ke arah whastafel membasuh wajah tegangnya.“Siapa yang berani melakukan hal ini?” tanyanya dalam hati.“Apa mungkin, Renata?” sambungnya sambil megerutkan kedua alisnya.Davin, keluar dari kamar, bergegas Kanza meraih ponsel dan menyembunyikannya di balik badan, Davin napak rapih pagi ini, setahu Kanza, Davin sudah tidak lagi bekerja.“Mau kemana, Mas?” tanya, Kanza seraya memandang penampilan, Davin.“Kantor,” jawab Davin singkat.“Sudah mendapat pekerjaan?”Davin, tidak mejawab pertanyaan, Kanza. Ia memasukan laptop ke dalam tasnya.“Mungkin, a

  • WANITA LAIN SUAMIKU   DENDAM RENATA

    DENDAM RENATADi dalam kamar, Renata baru saja membuka mata, ia memperhatikan sekeliling ruangan.“Di mana aku?” ucapnyan lirih, ia pun terkejut dengan pakaian yang ia kenakan.“Apa yang terjadi?” Renata beringsut dari atas tempat tidur, langsung berdiri dan berjalan ke arah kaca, ia memandang wajah dan sekujur tubuhnya.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. “Re… sudah bangun?” tanya Reynaldi, seraya membuka pintu.“Apa yang terjadi denganku?” tanya Renata.“Kamu, tidak ingat sama sekali?” tanya, Reynaldi. “Coba di ingat-ingat, apa yang kamu makan atau minum di tempat acara tadi malam,” ucap Reynaldi, seraya menyentil kening, Renata dengan jarinya. Lalu duduk di sudut tempat tidur.Renata, duduk di bangku depan cermin, Reynaldi memperhatikan wajah cantik di hadapannya. Hanya dengan mengenakan kaos oblong, celana pendak, rambut di ikat sembarangan terkesan berantakan, namun tidak mengurangi kecantikan seorang,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status