Share

BAB 02

Author: Milk Tea
last update Last Updated: 2025-07-05 23:23:16

Pufhh hahah....

Bram sekali lagi menertawakan Sofia yang masih berusaha untuk turun dari ranjang.

Ia melirik wajah cemberut Sofia, "Sini, biar aku menggendongmu!"

Dengan cepat, tubuh telanjang Sofia di gendong oleh Bram, ia merona ketika Bram berhasil menyingkirkan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya.

"Ahh turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!"

Bram pura-pura tak mendengarkan, ia mulai berjalan tanpa menatap tubuh polos Sofia, "Diamlah... Kamu tidak mau melihatku marah kan?" Cekamnya.

Sofia langsung takut untuk bicara, dia hanya bisa menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan.

"Tidak perlu melakukan itu, aku sudah sering melihatnya, kenapa baru sekarang kamu malu?"

"Bukannya malu! Aku takut kamu.... "

"Shut! Aku tidak akan melakukannya, tapi sambil mandi baru melakukannya!"

Sofia melotot.

Clik!! Ia mendengar Bram baru saja mengunci kamar mandi.

Arhhh.... Sofia berteriak di dalam sana, Luka semalam belum sembuh namun Bram kembali memperdalam luka itu.

Rasa lelahnya kini dua kali lipat dari kejadian semalam, tapi jika Sofia menolak mungkin akan ada darah segar yang keluar dari tubuhnya.

Pernah sekali dia melakukan itu, hingga membuat Bram marah besar. Dia menghambur-hamburkan barang yang ada di kamar itu, kemudian melihat pecahan kaca dari bingkai foto.

Tidak sekedar menatapnya saja, Bram mengambil pecahan kaca tersebut lalu menyayat paha Sofia, bekas lukanya bahkan belum hilang sampai sekarang.

***

Mereka berdua kini makan bersama, Sofia duduk dengan rasa tidak nyaman karena tindakan Bram yang keterlaluan di dalam kamar mandi.

"Bagaimana masakanku? Enak tidak?"

Dengan berat Sofia mengangguk.

"Kenapa responmu hanya begitu? Masakan yang mana yang tidak enak? Jujur saja padaku, aku akan langsung menyingkirkannya!"

"Makanannya enak! Tapi perasaanku yang tidak enak!" Ia membalas dengan ketus.

"Aku curiga! Jangan-jangan Kamu minum obat kuat ya? Setiap kali kita melakukannya aku pasti yang duluan kelelahan sampai semalam aku juga yang pingsan!"

Clang!!!

Tiba-tiba Bram meletakkan sendok dan garpunya, "Sudah berapa kali aku katakan, jangan mencurigaiku dengan alasan seperti itu! Aku tidak suka!"

Niat awal ingin bercanda, tapi Sofia malah mendapat respon serius darinya.

"Ya udah... Aku minta maaf!" Sofia memaksakan senyum di wajahnya lalu lanjut makan.

Bram terdiam, ia menatap tubuh Sofia diam-diam, kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

Dia membuka dompet, ada banyak kartu Atm dari berbagai bank, salah satu dari kartu itu di berikan ke Sofia.

"Pergilah membeli beberapa set pakaian untukmu! Ingat harus yang bermerek!" Suruhnya.

"Tidak usah! Pakaian di lemariku sangat banyak, simpan saja kartumu!"

Dahi Bram berkerut, "Kamu menolak pemberianku? Sejak kapan kamu berani melakukannya? Apa ada seseorang yang mengajarimu melakukan ini?"

Sofia langsung panik, "Aku bukannya menolak, lemariku sudah hampir penuh dengan pakaian yang kau belikan untukku! Kalau aku membeli pakaian baru, terus di mana aku harus menyimpannya!"

"Aku tidak menyuruhmu untuk terus menyimpannya di lemarimu kan? Kalau begitu sebelum aku pulang dari kantor, aku tidak ingin melihat pakaian lamamu masih bertumpuk di dalam lemari, aku tidak peduli kau ingin membakarnya, membuangnya di tempat sampah atau.... "

"Aku akan menyumbangkan sebagian pakaianku, kamu tenang saja! Lagian masih ada banyak pakaian yang bisa ku pakai dan aku sangat menyukainya!" Sofia menyela ucapan Bram

"Terserah kamu! Yang penting malam ini aku ingin melihat ada pakaian baru yang kau kenakan, dan juga... Ganti parfumemu, aku sudah muak dengan baunya!"

Sofia mengiyakannya dengan cepat.

Bram bersiap-siap untuk ke kantornya dan Sofialah yang bertugas memastikan pakaian Bram harus rapi, dari rambut sampai ke ujung kakinya, layaknya seorang istri yang siap siaga.

"Ingat, jangan pakai make up kalau keluar belanja! Tetap begini saja!" Katanya memperingati Sofia yang kini merapikan dasinya.

"Iya... Aku tau kok sayang!" Katanya.

"Jangan lupa minum obat KB juga! Terus perbanyak minum air putih! Jangan sampai kamu pingsan lagi seperti semalam!"

"Iya... Iya, aku akan minum apapun yang kamu suruh!"

Cup!

Mereka berciuman sebelum Bram benar-benar pergi ke kantor.

"Hati-hati di jalan yah... Aku akan menunggumu malam ini!"

Bram pergi setelah mendengar ucapan Sofia, mereka berpisah tepat di ambang pintu.

Sofia menghela nafasnya panjang dengan begitu berat, dia menjatuhkan diri diatas kasur.

Rasanya sedikit tenang ketika Bram tak ada di sampingnya, tak perlu menjadi wanita penurut lagi yang apa-apa harus sesuai dengan permintaan Bram.

Sofia merasa sangat capek hingga dia ingin tertidur sebentar,s belum beberapa menit ia memejamkan mata, dirinya kini sudah terlelap menyatu dengan mimpi.

***

Sore harinya, barulah Sofia keluar untuk berbelanja, sekaligus ia menyumbangkan setengah pakaian yang sudah jarang ia pakai ke panti asuhan melalui aplikasi antar barang.

Ia juga belanja untuk keperluan sehari-hari, barulah Sofia pergi ke toko pakaian bermerk seperti yang Bram instruksikan.

Layaknya seperti pembantu, rambut tak tertata. Sofia berjalan masuk ke toko lalu melihat-lihat barang.

"Mau cari apa mbak?"

"Ehm ada pakaian yang model pengeluaran terbaru?" Tanya Sofia.

"Ada Mbak! Tapi harganya sangat mahal! Kita ada baju yang lagi diskon, mbak mau?" Tawar salah satu pegawai tokotoko tersebut sambil melirik penampilan Sofia.

"Ahh tidak! Aku mencari baju yang model pengeluaran terbaru!"

Pegawai toko tersebut melirik sinis ke arah Sofia, mungkin dia berfikir Sofia adalah perempuan miskin yang hanya ingin menyentuh pakaian mahal tanpa membelinya.

"Mari ikut saya mbak!"

Sofia di bawa ke sebuah ruangan di mana pakaian yang ada di sana berjejer pakaian bermerk yang pastinya dengan harga selangit.

"Mbak jangan sembarang menyentuh yah... Soalnya nanti ada yang kotor, atau rusak mbak! Saya takutnya.... "

"Takutnya kenapa?" Sofia bukanlah pembeli yang bodoh, sejak tadi dia sudah peka dengan sikap pegawai tersebut.

"Ehm... Ini baju yang bermerk mbak! takutnya mbak tidak bisa membelinya!"

"Kamu merendahkan aku?"

Sikap pegawai tersebut semakin menjadi-jadi, dia bahkan tidak langsung menyangkal pernyataannya.

Sofia tidak tahan lagi, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempang yang ia bawa, segera menelfon Bram.

Bram yang kini sibuk berkutat dengan laptopnya, sama sekali tak bisa di ganggu oleh siapapun, tapi lain halnya jika Sofia yang menelfon, dengan cepat ia akan menerimanya.

"Halo sayang, ada apa? Apa sudah merindukanku?" Tanya Bram dengan penuh harap.

"Iya, aku merindukanmu! Ohh iya sayang, kalau hari ini aku belanja terlalu banyak, apa kamu tidak akan marah?" Balas Sofia

"Untuk apa aku marah? Justru aku senang, kau bisa menikmati hasil kerja kerasku! Jangan lupa belikan aku celana dalam juga yah!"

"Merek yang mana?"

Bram tersenyum narsis, "merek, ukuran bukankah kau sendiri sudah tau dengan jelas? Aku serahkan semuanya padamu! Nikmati saja waktumu hari ini! Yang penting kau tidak melupakan tugasmu malam ini!"

"Kalau begitu terimakasih! Sampai jumpa di rumah sayang!"

Tutt....

Sofia langsung menutup telfon, padahal Bram belum mengucapkan apapun.

"Ckck... Apa yang membuatnya sibuk sampai lupa memberikanku ciuman? Awas saja, aku akan membuatmu lemas malam ini!" Dia emosi, kemudian membuka ponselnya, ia mencari lokasi keberadaan Sofia saat ini.

Yah... Tanpa sepengetahuan Sofia, di ponselnya terpasang alat pelacak, semua itu ulah Bram, bahkan CCTV di apartemen yang Sofia tinggali berada di bawah kontrol Bram, dia selalu mematau Sofia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 07.

    Bram melakukannya beberapa kali, hingga membuat Sofia kesulitan untuk meninggalkan kasur, bagian bawahnya terasa begitu sakit bahkan saat bergerak. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, itu pastinya Bram yang tengah membersihkan diri. Sofia menangis sesegukan, timbul rasa benci pada dirinya setelah perlakuan Bram, mungkin ini yang di namakan dari cinta menjadi benci. Sofia menggertakkan giginya sambil meremas kuat sprei yang ia tindih. Clek... Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, dengan cepat Sofia memejamkan mata berpura-pura tertidur. Bram menatapnya datar kemudian berjalan ke arah lemari pakaian, sepertinya dia bersiap-siap ke suatu tempat. Dengan sangat rapi Bram berpakaian, tak lupa memakai parfume. "Aku pergi dulu! Jangan kemana-mana!" Katanya lalu pergi. Barulah Sofia membuka mata. Ssshh... Ia mendesis saat menc

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 06.

    Bram memekik, "ada apa sayang? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Tangan Sofia masih terikat dasi, sehingga dia tak bisa melawan, "tolong lepaskan aku!" Lirihnya. "Ohh lalu kau bisa menemui pria tadi?" Sofia menggeleng kuat, "tidak, aku berjanji tidak akan menemuinya, kalaupun iya aku akan mengabaikannya!" "Janji?" Sekali lagi ia mengangguk. Bram mencoba untuk percaya, dia juga tidak tega melihat wajah Sofia terus di aliri air mata. Bram melepaskan ikatan dasi di tangannya, dia lalu memeluk Sofia, "Aku mencintaimu sayang! Aku Sangat-sangat mencintaimu! Bahkan aku akan melakukan apapun agar membuatmu bahagia! Kau tau kan, aku melakukan ini itu demi kebaikanmu juga!" "Kebaikan dari mana? Aku sekarang mulai sadar, apa ini yang kuharapkan? Aku bahagia? Pertanyaan bodoh macam apa ini?" gerutu Sofia dalam hatinya. Sofia tersenyum dengan terpaksa, "Iya, aku paham! Mulai sekarang aku akan mengh

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 05

    Bram emosi, dia segera memakai setelan jasnya, "Mau kemana pak?" Tanya sekretarinya yang baru saja datang. "Pulang! Aku serahkan pekerjaanku dulu padamu!" "Tapi pak!" Bram hanya melirik sedikit dan membuat sekretarisnya bergidik ngeri. "Baik pak! Saya akan melakukannya pak Bram bisa pulang!" Bram bergegas kearah parkiran mobil, satu tangannya memegang kunci dan tangan yang lainnya sibuk menelfon Sofia. *** Tiba di apartemen, Bram membuka pintu dengan kesal, "Sofia! Sofi... Kamu dimana?" Dengan tidak sabaran ia mencari kesegala ruangan. Dia juga mendobrak pintu kamar sampai pintu yang tak bersalah itu sedikit rusak, kembali ia mencoba menelfon Sofia tapi panggilannya selalu di abaikan. "Kemana dia pergi?" Saat keadaan yang penuh emosi, Bram lupa jika ada aplikasi pelacak yang ia pasang di ponsel Sofia, barulah ia cepat mengeceknya tapi ternyata dari alat pelacak itu Sofia tampaknya sedang dalam perjalanan kembali ke apartemen. Bram geram, dia mengepalkan kedua tangany

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 04.

    Mereka kembali berciuman cukup lama setelah mengunci pintu kamar, Sofia bahkan kesulitan bernafas sampai beberapa kali mencoba mendorong Bram tapi tidak bisa. Bram lalu menggendong Sofia kearah kasur, mereka berdua berbaring bersama, kembali menindih Sofia sambil terus berciuman. Tiba-tiba Bram berhenti, ia menatap nanar ke arah Sofia, dia bingung, "ada apa?" Ia menggeleng, "Tidak apa-apa!" Bram lalu berbaring di samping Sofia, "yakin? Tidak ada masalah kan? Apa da sesuatu di kantormu?" Bram sekali lagi menggeleng, "Lebih baik kita tidur saja sekarang!" Sofia semakin heran, "Tapi kita baru aja selesai makan! Terus ini baru jam berapa sayang! Ini tidak pernah terjadi sebelumnya! Coba deh kamu cerita sama aku! Siapa tau aku bisa bantu!" "Ck... Kenapa kamu malah terus bertanya? Aku bilang tidak apa-apa! Aku capek, aku mau tidur! Lagian kamu tidak akan bisa membantuku!" Bram Kesal dia memutar tubuhnya membelakangi Sofia, "Kalau begitu kamu tidur saja! Aku akan keluar melanjutka

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 03.

    Bram penasaran apa yang Sofia lakukan di toko baju itu, sebab ini pertama kalinya Sofia mengatakan hal tersebut padanya. Di tempat yang berbeda, Sofia yang begitu kesal dengan penghinaan yang di tuturkan oleh pegawai toko itu segera mengambil beberapa pakaian yang sangat mahal diantara baju yang yang ada di hadapannya. Sofia memegang erat pakaian yang ada di tangannya, "Mbak mau apa? Itu pakaian mahal mbak!""Kamu bilang ini sangat mahal kan? Dan kamu takut aku merusaknya?"Srekkk!! Srekkk!! Dengan sekuat tenaga Sofia menarik baju itu dengan kedua tangannya sampai robek, Mendengar suara sobekan itu para pegawai toko tersebut menatap Sofia dengan tatapan kaget. "Mbak ini apa-apaan sih? Saya kan sudah bilang jangan sampai bajunya rusak! Mbak harus ganti rugi!!" Pegawai itu berteriak pada Sofia. Ia tersenyum smirk, begitu tenang ia menghadapinya, "Kamu tidak tau apa itu attitude ya? umurmu sepertinya masih muda jadi pantas tidak tau artinya, Lain kali sopan sedikit ya dek! Jangan me

  • Wanita Malam Presdir Kejam   BAB 02

    Pufhh hahah.... Bram sekali lagi menertawakan Sofia yang masih berusaha untuk turun dari ranjang. Ia melirik wajah cemberut Sofia, "Sini, biar aku menggendongmu!" Dengan cepat, tubuh telanjang Sofia di gendong oleh Bram, ia merona ketika Bram berhasil menyingkirkan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya. "Ahh turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri!" Bram pura-pura tak mendengarkan, ia mulai berjalan tanpa menatap tubuh polos Sofia, "Diamlah... Kamu tidak mau melihatku marah kan?" Cekamnya. Sofia langsung takut untuk bicara, dia hanya bisa menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan. "Tidak perlu melakukan itu, aku sudah sering melihatnya, kenapa baru sekarang kamu malu?" "Bukannya malu! Aku takut kamu.... " "Shut! Aku tidak akan melakukannya, tapi sambil mandi baru melakukannya!" Sofia melotot. Clik!! Ia mendengar Bram baru saja mengunci kamar mandi. Arhhh.... Sofia berteriak di dalam sana, Luka semalam belum sembuh namun Bram kembali memperdalam luka itu. Rasa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status