Share

Kejutan yang tidak diharapkan

Dengan tekad penuh, Darla dan Juli mendatangi Kristin di ruang kerjanya. Setelah bicara dengan salah satu pelayan, mereka diterima Kristin di ruang kerjanya dan secara kebetulan di ruangan tersebut ada 2 orang wanita dengan penampilan yang sangat luar biasa dan terlihat kesan sebagai wanita terhormat.

“Selamat siang, Nyonya, saya Darla dan keponakan saya Juli, ingin bicara dengan Kristin.”

“Darla? Apakah kalian pengusaha catering yang akan memasak hidangan penutup?” 

Marisa memperhatikan Darla dan Juli yang lebih banyak menunduk untuk menghormati mereka secara bergantian begitu juga dengan wanita muda yang duduk di kursi yang ada di depannya.

“Benar, Nyonya. Kami dari perusahaan catering itu.”

“Ada apa?”

Dengan singkat dan lugas, Darla menyampaikan keluhannya dan dia sempat melihat wajah wanita yang lebih muda terlihat memandangi mereka dengan curiga.

“Apakah kalian sengaja mengatakannya karena permintaanku terlalu tinggi?” tanyanya.

“Bukan maksud kami seperti itu, Nona. Setiap kali saya menerima pekerjaan maka semuanya kami dokumentasikan sehingga tidak ada kesalahan yang terjadi. Sama seperti percakapan yang kami sampaikan pada Kristin dan Nashwa,” beritahu Darla. 

Tidak ada celah sedikitpun yang membuat Darla harus mengalami kerugian akibat kesalahan yang tidak dia lakukan sehingga semuanya kembali seperti yang sudah disepakati mereka.

Bukan sekali atau 2 kali setiap pekerjaan yang diterima Darla mendapatkan kendala dan dia selalu berhasil melewatinya sama seperti yang terjadi sekarang.

Setelah melakukan beberapa perubahan dan Destiana tidak sempat lagi meminta yang aneh-aneh akhirnya semuanya bisa diselesaikan tepat waktu.

Hari yang dinantikan semua orang akhirnya tiba. Suasana pesta sudah terasa di rumah Alexander Thorne sementara yang punya hajat masih berada di gereja melakukan pemberkatan atas pernikahan antara Alex dengan Destiana.

“Juli, semuanya sudah selesai, kan?”

Darla sudah berulang kali bertanya pada Juli. Dia tidak mau ada kesalahan walaupun sekecil apa pun. Kalau perlu noda setipis kulit ari pun dia tidak mau. Darla dan Juli sadar bahwa acara pernikahan Alex adalah awal dari semua mimpi yang akan menjadi kenyataan mereka.

Sementara itu di dalam gereja milik keluarga Thorne, suasana begitu hening meskipun seluruh kursi yang ada sudah penuh oleh para tamu undangan yang khusus diundang untuk menyaksikan pemberkatan pernikahan.

Disinilah Alexander Thorne berada sekarang. Dalam balutan setelan jas berwarna putih mutiara untuk kedua kalinya dia berdiri di hadapan pendeta dalam peristiwa penting di dalam hidupnya. Tetapi kini dia menikah dengan seorang wanita yang tidak dia cintai karena kewajiban semata sebagai kepala keluarga dan pimpinan perusahaan yang terkenal.

Alex menghirup napas dalam-dalam menenangkan diri berharap semuanya hanya mimpi.

Meski begitu ada yang berbeda dengan pernikahan yang pernah dia lakukan sebelumnya. Alih-alih menghadirkan tamu yang jumlahnya tidak kurang dari 50 orang, kali ini keluarganya mengundang hampir seluruh penduduk kota dan para pejabat daerah dan pusat semuanya hadir, berkumpul dengan para pengusaha yang sudah dikenal dan mengenalnya.

Alex melirik wanita yang berdiri di sampingnya dengan gaun pengantin paling mewah yang bisa dia siapkan untuk Destiana, wanita cantik yang berasal dari keluarga terpandang, putri seorang diplomat yang pernah ditemui Alex dalam kunjungannya ke luar negeri dan juga adik kelasnya saat kuliah.

Wanita yang begitu cantik dengan senyum yang paling menarik yang membuatnya terpaksa menerimanya. Alex terpaksa menerima Destiana setelah 5 tahun menanti dalam ketidakpastian akan cinta yang dia miliki pada wanita yang pernah menjadi istrinya.

Sementara pendeta melanjutkan upacara pernikahannya, Alex menyerap pemandangan di depannya ketika dia dan Destiana berdiri berhadapan. Seorang wanita tersenyum padanya dengan penuh keraguan.

Destiana begitu cantik dan Alex tidak bisa mengingkarinya. Wanita itu mengenakan gaun panjang hingga menyapu lantai. Melekat dengan sempurna di tubuhnya yang melekuk indah hingga semua pandangan mata tertuju padanya.

Gaun tersebut berpotongan sederhana sesuai dengan mode yang sedang trend tetapi tidak bisa menyembunyikan bahwa gaun tersebut adalah gaun paling mewah yang pernah ada. Destiana beruntung bisa menikahi Alex, seorang lelaki kaya dan juga terkenal.

“Apakah Anda bersedia menerima wanita ini?”

Suara pendeta mengembalikan perhatian Alex dari pikirannya tentang Destiana. “Apakah aku yakin dengan Destiana? Apakah aku benar-benar bisa menerima Destiana di dalam hidupku? Mengapa aku merasa ada yang salah?”

Apakah utusan Tuhan itu mendengar suara hati kecilku? Mengetahui keraguanku dan terutama bisa melihat bayangan yang selama ini mengikuti? Batin Alex bertanya-tanya dalam kehampaan. Dia ingin menerima Destiana bukan hanya sekedar memenuhi kewajibannya tetapi juga agar dirinya tidak mengecewakan wanita yang sudah menemaninya selama 5 tahun ini.

Sang pendeta merendahkan kepalanya lalu berbisik, “Tuan Thorne?”

Alex mengenyahkan segenap keraguan di dalam hatinya saat dia menjawab dengan yakin, “Ya, Saya bersedia.”

“Dan Destiana Duarte, apakah Anda menerima pria ini sebagai suami? Untuk mencintai, menghormati dan mematuhi….”

Destiana mengangkat sebelah alisnya saat pendeta mengucapkan kata ‘mematuhi’.

Apakah Destiana akan menjawab ‘Ya’ setelah pendeta menyelesaikan pertanyaannya? Tanpa bisa menahan diri Alex menyeringai ke arah Destiana. Wanita itu bukan wanita bodoh yang rela meninggalkan sangkar emas yang diimpikannya meskipun dia harus menjadi budak dan selalu harus berkata ‘ya’ dengan semua keinginan Alex karena dia sudah menerima untuk mematuhi apa katanya.

Hanya wanita bodoh yang rela pergi begitu saja setelah berusaha selama 5 tahun untuk terus berada di sisi Alex walaupun dia tahu Alex tidak pernah bisa memberikan janji untuk mencintainya dengan sepenuh hati dan jiwanya.

Destiana menatap Alex lurus-lurus. Ada tantangan yang tidak bisa dia lepaskan dan Destiana akan membuat Alex mencintainya walaupun dia harus bersaing dengan orang yang sudah mati.

“Ya, saya bersedia.”

Alex tidak lagi mendengar ucapan pendeta. Dadanya serasa mau meledak. Mempelai wanitanya, istrinya. Bayangan hitam menghampirinya samar-samar bergantian dengan sosok wanita yang begitu cantik dengan gaun berwarna birunya terlihat samar, begitu menggelisahkan. Tetapi Alex memeranginya, memerangi bayangan yang sudah sekian lama menemaninya. Dia harus bisa melanjutkan hidup bersama dengan wanita yang selalu ada untuknya, wanita yang kini menjadi istrinya.

Dengan takzim Alex membuka cadar yang menutupi wajah mempelainya wanitanya, “Istriku,” bisik Alex saat dia menunduk dan mencium bibir Destiana dengan lembut.

Destiana begitu menggoda tetapi Alex sadar bahwa dia harus membawa mempelainya keluar agar semua orang bisa melihat Nyonya Alexander Thorne yang cantik dan anggun.

Alex menggandeng tangan Destiana dan membimbing wanita itu melewati para kerabat dan kenalan menuju halaman tempat pesta resepsi sudah disiapkan dengan bantuan pengusaha catering ternama yang disewa oleh Marisa, ibunya.

Namun, ada yang salah! Alex tiba-tiba menghentikan langkahnya dan tanpa sadar dia melepaskan gandengan tangannya saat di depannya seorang wanita memakai gaun biru selutut melintas di depannya dengan tangan membawa baki minuman.

“Helena….”

Nama itu keluar begitu saja dari mulut Alex membuat Destiana yang berada di sampingnya bergidik ngeri. Mengapa Alex harus menyebut nama wanita yang sudah meninggal? Apakah Helena, wanita itu hadir untuk menyaksikan pernikahannya?

“Alex, apakah Helena ada disini? Aku yakin dia merestui pernikahan kita,” bisik Destiana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status