Wanita Sang Presdir

Wanita Sang Presdir

last updateLast Updated : 2023-07-15
By:  Giovanna BeeOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
3 ratings. 3 reviews
212Chapters
67.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Hanya itu alasan menolakku?" tanya Nathan. "Hanya itu? Kamu tidak merasa hal itu sebagai masalah? Kamu terbiasa melakukan banyak hal dengan wanita, sementara aku bukan wanita yang akan melakukan hubungan intim sebelum menikah!" sergah Angeline. Nathan termenung. Kata-kata Angeline beralasan. Baginya tujuan akhir dari sebuah hubungan adalah malam yang panas di tempat tidur. "See? I told you." Angeline tersenyum. ________ Angeline membenci Nathan, bos baru arogan yang mengakuisisi perusahaan tempatnya bekerja. Namun Nathan tertarik padanya dan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Angeline, termasuk menariknya menjadi seorang asisten pribadi, juga menghancurkan hubungan wanita tersebut dengan pacarnya. Perbedaan prinsip membuat Angeline dan Nathan bak air dan minyak yang tidak dapat disatukan. Masing-masing pun memiliki masa lalu kelam yang tidak diketahui banyak orang. Apakah dengan banyaknya perbedaan tersebut Nathan akhirnya dapat meluluhkan hati Angeline? Atau keduanya hanya akan berakhir sebagai dua orang asing yang tidak saling mengenal?

View More

Chapter 1

Asisten Pribadi

Penyejuk ruangan menyala, namun suasana tetap terasa panas di dalam ruangan Presiden Direktur. Seorang wanita dengan pakaian minim tampak tengkurap di atas meja, di belakangnya berdiri seorang lelaki tinggi kekar berpakaian rapi. Suara-suara tidak pantas keluar dari bibir merah si wanita.

"Betul. Suruh dia membuat surat pernyataan bahwa tidak akan menuntut ganti rugi atas semua proses penyitaan." Lelaki itu, Nathaniel, tidak berhenti berbicara di telepon meskipun tengah melakukan aktivitas yang menguras tenaga.

Terdengar suara ketukan. Pintu terbuka dan terdengar suara seseorang menarik nafas tajam. Nathan menoleh sekilas dan melihat sekretarisnya bersama seorang wanita muda berwajah manis. Wanita itulah yang mengeluarkan suara terkejut.

"Maaf Pak, kami akan kembali nanti," kata Cindy, si sekretaris.

Segera kedua wanita itu menghilang di balik pintu. Nathan menyelesaikan urusannya dan melepaskan diri dari wanita yang berada di atas meja. Tangannya mengetikkan sesuatu di handphone sementara wanita itu membenahi make up dan pakaiannya yang berantakan.

"Bayaranmu sudah kutransfer," ucap Nathan dingin.

"Panggil aku kapan pun kamu butuh, Sayang," desah si wanita yang rupanya adalah wanita panggilan.

Nathan mengabaikan dan duduk di belakang meja. Wanita itu melangkah keluar dari ruangan Presiden Direktur. Tidak lama Cindy kembali bersama wanita muda berwajah manis tadi.

"Pak, ini sekretaris dari perusahaan lama yang diakuisisi," info Cindy.

"Silakan duduk." Nathan mengamati wanita berambut panjang itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Cindy meninggalkan mereka berdua dalam ruangan. Wanita itu menoleh gelisah. Nathan menahan senyum.

"Duduklah," kata Nathan sekali lagi. Biasanya dia tidak akan sesabar itu menghadapi wanita, tapi ada sesuatu yang menarik dengan wanita berambut panjang ini.

Wanita itu duduk tanpa bersuara. Tampaknya dia shock karena melihat adegan tidak pantas yang baru saja berlangsung di atas meja.

"Siapa namamu?" tanya Nathan.

"Angeline."

Nathan membatin, nama yang indah.

"Sudah berapa lama kamu bekerja sebagai sekretaris?" Nathan bertopang dagu.

"Empat tahun." Angeline menelan ludah. Lelaki di hadapannya tampan namun memberi kesan berbahaya, terutama karena ada bekas luka yang membelah alis kirinya dari dahi hingga ke sudut mata.

Beberapa saat mereka saling mengamati lawan bicara. Nathan menyayangkan gaya berpakaian Angeline yang sangat tertutup—kemeja hitam yang terkancing sampai leher dan celana panjang hitam—sehingga dirinya tidak dapat menilai tubuh wanita tersebut. Sementara Angeline tetap memasang wajah datar meskipun melihat bayangan hitam di dalam lengan kiri kemeja putih Nathan. Mungkin sebuah tato?

"Sudah baca kontrak yang harus ditandatangani?" tanya Nathan.

"Sudah. Hanya saja ada poin yang saya merasa terlalu berat." Angeline mengembalikan fokusnya pada wajah Nathan.

"Oh ya? Di bagian mana?" Seulas senyum tipis menggantung di bibir Nathan.

"Penalti jika karyawan mengajukan resign sebelum habis kontrak. Tidak bisakah direvisi? Saya tidak mau tanda tangan jika dibebani penalti sebesar dua belas bulan gaji." Angeline berterus terang.

"Tidak bisa. Semua karyawan menandatangani kontrak yang sama. Apa yang membuat saya harus membedakan kamu? Lagipula kontrak tersebut hanya berjangka waktu tiga tahun, dan nominal gaji yang ditawarkan jauh lebih baik dibanding bos lamamu, bukan?" Nathan bersandar santai seolah sedang membicarakan cuaca hari ini.

Angeline terdiam sesaat, "Akan saya pikirkan terlebih dulu."

Nathan memicingkan mata. Wanita ini tidak tertarik dengan jumlah gaji yang ditawarkan? Apakah dia sedang memainkan trik jual mahal?

Meskipun wajahnya terlihat tenang, tapi kedua tangan Angeline saling meremas dengan gelisah. Gaji yang ditawarkan Wayne Group, perusahaan di bawah pimpinan Nathaniel Wayne, memang sangat menggiurkan. Angeline berharap Nathan mau mengurangi besaran penalti dalam kontrak kerja.

"Begini saja, bekerjalah dahulu selama tiga bulan. Kamu akan menerima gaji sesuai kontrak tanpa penalti. Hanya tiga bulan, setelah itu kamu bisa memutuskan akan lanjut atau tidak." Nathan memberikan penawaran menarik lainnya. Dia terlalu penasaran dengan apa yang ada di balik kemeja hitam Angeline yang tertutup rapat itu.

"Tiga bulan percobaan? Tidak perlu tanda tangan kontrak?" Angeline memastikan.

"Saya akan merubah surat kontraknya, khusus untuk kamu." Nathan tidak menyembunyikan senyumnya yang menawan.

"Baiklah kalau begitu. Saya bisa menerima kondisi tersebut," ujar Angeline.

"Mulailah hari ini," kata Nathan dengan nada yang tidak dapat diganggu gugat.

Angeline mengernyit, "Apa?"

"Mulailah bekerja hari ini, Angeline."

"Hari ini saya belum siap. Besok saja, Pak," tawar Angeline.

"Tempat tinggalmu dekat?" tanya Nathan.

"Tidak terlalu jauh."

"Pulanglah untuk bersiap-siap, lalu kembali kemari. Nanti siang ada meeting di luar dan saya butuh kamu."

"Tapi—"

"Saya tidak akan memotong gajimu hari ini," imbuh Nathan.

Hening sesaat. Angeline menghitung berapa besar pemotongan gaji satu hari dalam sebulan. Setelah menyadari bahwa jumlahnya cukup besar dia memutuskan untuk menurut.

"Baik, kalau begitu saya pulang dulu. Saya akan kembali secepat—"

"Terlalu lama! Saya akan mengantarmu pulang, setelah itu kita pergi bersama." Nathan berdiri mendadak.

Angeline tersentak kaget, matanya terbelalak, "A—apa?"

"Kubilang saya akan mengantarmu pulang. Ayo." Nathan memakai jas dan berjalan mendahului ke pintu.

Otak Angeline nyaris membeku dengan tindakan Nathan. Dia sangat keberatan lelaki ini berada di dekat ruang pribadinya. Nathan sudah kehilangan rasa hormat Angeline karena adegan panas yang dia pertontonkan tadi.

"Kenapa masih duduk? Kamu tidak paham kalau waktu sangat berharga?" sergah Nathan.

"Tidak usah diantar, saya bisa naik ojek motor, lebih cepat daripada mobil," ketus Angeline.

Nathan tersenyum, "Siapa bilang kita naik mobil?"

"Apa?" Angeline melongo.

Langkah kaki Nathan yang panjang membuat Angeline harus berjalan cepat mengejar. Siapa suruh kakinya tidak sepanjang bos baru ini? Nathan memperhatikan bahwa Angeline tidak terengah meskipun harus berjalan cepat hingga hampir berlari. Tampaknya wanita ini memiliki fisik yang kuat.

"Kamu tinggal di mana?" Nathan memberikan helm untuk Angeline.

Dengan sangat terpaksa Angeline memberitahukan apartemen tempatnya tinggal.

"Oke. Saya tahu tempatnya." Nathan naik ke motor dan menstarter. Lelaki berjas ternyata terlihat keren jika dipadukan dengan motor racing.

Pasrah, Angeline memakai helm dan naik ke boncengan tanpa menyentuh Nathan.

"Pegangan," ucap Nathan.

"Sudah," sahut Angeline.

Motor pun melaju dengan kecepatan tinggi. Nathan penasaran karena wanita di belakangnya tidak berpegangan sama sekali. Dia tidak tahu Angeline berpegangan pada bagian belakang motor, jadi secepat apa pun dia ngebut atau mengerem posisi Angeline tetap aman.

Tiba di apartemen Nathan memarkir motor di parkiran gedung. Angeline meluncur turun dari boncengan dan mengembalikan helm. Dia melirik curiga saat Nathan membuntutinya masuk ke dalam. Jangan-jangan lelaki ini mau ikut sampai ke atas?

"Pak, tunggu di lobby saja. Saya tidak lama kok," kata Angeline sebelum masuk ke lift penghuni yang dibatasi dinding kaca dari lobby.

"Tempat tinggalmu steril dari lelaki?" ejek Nathan.

"Ya." Angeline memberikan jawaban yang tidak disangka.

"Bosmu pun tidak boleh bertamu?" Nathan mengangkat alis.

"Ya." Angeline bersikukuh. Mana mungkin dia membiarkan lelaki berbahaya ini masuk ke dalam ruang pribadinya?

"Baiklah. Saya tunggu lima menit," tukas Nathan. Sedikit kesal karena wanita ini menolaknya.

Angeline memperhatikan Nathan berjalan menjauh. Setelah lelaki itu mencapai jarak aman barulah Angeline masuk ke area lift dengan kartu akses.

Sepasang mata tajam Nathan memperhatikan sosok Angeline masuk ke lift. Lelaki sepertinya yang tidak pernah ditolak wanita merasa tertantang oleh penolakan Angeline. Dia bertekad akan mendapatkan wanita itu bagaimanapun caranya.

Lift berhenti di lantai sembilan belas. Angeline berlari menuju unitnya. Dia hanya perlu mengambil tas yang lebih besar untuk memuat pakaian ganti dan jaket tipis. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal Angeline bergegas turun.

"Enam menit," ucap Nathan begitu Angeline tiba di hadapannya.

"Lima setengah menit, Pak," koreksi Angeline.

Nathan tidak mendebat lagi. Dia berjalan mendahului ke tempat parkir. Mereka pun melaju ke sebuah hotel bintang lima tempat janji meeting diadakan.

Meeting berjalan berat sebelah. Angeline mengamati bahwa Nathan tidak pernah memberikan kesempatan pada rekan bisnisnya untuk menegosiasikan perjanjian yang dibuat. Lelaki itu bahkan tampak memaksakan kehendak seperti yang dilakukannya terhadap kontrak kerja Angeline.

Selesai meeting Nathan dan asisten barunya kembali ke kantor.

Nathan memperhatikan tas besar yang tersampir di bahu Angeline, "Apa yang kamu bawa? Pakaian ganti?"

"Iya," jawab Angeline sesingkat mungkin.

"Oh, ada kegiatan setelah jam kantor?" Nathan tersenyum.

Angeline tidak menjawab, hanya membalas tersenyum tipis. Menurutnya hal yang ditanyakan adalah urusan pribadi dan dia tidak wajib menjawab.

"Angeline. Kalau saya bertanya, kamu harus menjawab. Saya tidak mau ada karyawan terlibat dalam aktivitas yang dapat merugikan perusahaan," tegas Nathan.

"Saya bisa menjamin bahwa tidak ada aktivitas yang merugikan perusahaan, Pak." Angeline menyembunyikan ketidaksenangannya atas keingintahuan Nathan.

"Harus dirahasiakan?"

Angeline mengulum bibir. Betapa sulitnya menghadapi lelaki ini!

"Sudahlah. Kamu boleh pergi. Cindy akan memberitahu di mana ruanganmu." Nathan memutus kontak mata terhadap Angeline.

"Baik, Pak." Angeline bernafas lega dan keluar dari ruangan luas yang terasa menyesakkan itu.

Melihat Angeline keluar dari ruangan Nathan, Cindy cepat-cepat menghampiri. Sebelumnya Nathan telah memberi instruksi yang spesifik mengenai Angeline.

"Hai, ayo kutunjukkan ruanganmu." Cindy tersenyum manis.

Angeline mengangguk. Menghadapi Nathan selama setengah hari telah menguras energinya sehingga dia terlalu lelah untuk bicara.

Mereka masuk ke sebuah ruangan tepat di sebelah ruangan Presiden Direktur. Tidak terlalu luas tapi memiliki jendela teramat besar yang memperlihatkan pemandangan kota metropolitan. Angeline langsung menyukai ruangan yang berbau baru ini.

"Ada pintu yang terhubung langsung dengan ruangan Presdir, jadi sewaktu-waktu dipanggil kamu bisa lewat sini." Cindy menunjuk ke arah sebuah pintu geser besar di dinding.

"Oh." Angeline langsung merasa terancam.

Sementara itu di ruangan sebelah Nathan sedang mengamati layar LCD di meja yang memperlihatkan ruangan tempat Angeline berada. Mata setajam elang mengawasi gerak-gerik kedua wanita. Nathan tersenyum saat Angeline memandang tepat ke arah CCTV. Wanita itu menatap cukup lama sebelum kembali memperhatikan Cindy.

"Menarik sekali ...," gumam Nathan. Dalam pikirannya terlintas berbagai rencana untuk menundukkan asisten barunya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Giovanna Bee
Terima kasih kakak2 pembaca yang sudah mengikuti kisah Nathan & Angel sampai akhir ......
2023-07-25 18:23:03
2
user avatar
Mom's Henry
Konsep cover dan judulnya mirip novel gadis penari sang Presdir
2023-02-21 10:04:15
5
default avatar
TRD Simulator Game
ceritanya lumayan bagus, cm syg kebanyakan karakternya jd agak bosen bacanya.
2024-01-28 14:37:17
0
212 Chapters
Asisten Pribadi
Penyejuk ruangan menyala, namun suasana tetap terasa panas di dalam ruangan Presiden Direktur. Seorang wanita dengan pakaian minim tampak tengkurap di atas meja, di belakangnya berdiri seorang lelaki tinggi kekar berpakaian rapi. Suara-suara tidak pantas keluar dari bibir merah si wanita. "Betul. Suruh dia membuat surat pernyataan bahwa tidak akan menuntut ganti rugi atas semua proses penyitaan." Lelaki itu, Nathaniel, tidak berhenti berbicara di telepon meskipun tengah melakukan aktivitas yang menguras tenaga. Terdengar suara ketukan. Pintu terbuka dan terdengar suara seseorang menarik nafas tajam. Nathan menoleh sekilas dan melihat sekretarisnya bersama seorang wanita muda berwajah manis. Wanita itulah yang mengeluarkan suara terkejut. "Maaf Pak, kami akan kembali nanti," kata Cindy, si sekretaris. Segera kedua wanita itu menghilang di balik pintu. Nathan menyelesaikan urusannya dan melepaskan diri dari wanita yang berada di atas meja. Tangannya mengetikkan sesua
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more
Jobdesc Baru
Selama empat tahun bekerja belum pernah Angeline sesibuk ini. Ada saja yang diperintahkan Nathan kepadanya, mulai dari mengambil dokumen di departemen lain hingga mengambilkan stelan jas di tempat laundry. Angeline tidak akan heran jika suatu hari nanti Nathan akan menyuruhnya mengepel lantai. Yah, ternyata jobdesc sekretaris dan asisten pribadi memang berbeda. "Angel, kamu pegang ini." Nathan memberikan sebuah kartu tebal berwarna hitam. Angeline mengambil dan mengamatinya. Tidak banyak keterangan yang tertulis di kartu, hanya tertera nomor lantai dan nama gedung. "Untuk apa ini, Pak?" tanya Angeline. "Sebagai asisten pribadi sewaktu-waktu saya akan meminta kamu naik ke penthouse. Lift dan pintu hanya dapat dibuka dengan kartu ini." Nathan bicara tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya. "Oke. Masih ada yang lain?" Angeline menggenggam kartu itu. "Tidak ada. Kamu boleh kembali." Angeline pun keluar dari ruangan Presiden Direktur. Untuk meredakan
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more
Terikat Kontrak
Keesokan pagi di gedung Wayne Group ... Sesuai kebiasaannya sebagai seorang sekretaris Angeline datang lebih pagi dan mempersiapkan mental untuk menghadapi hari. Tidak disangka Nathan tiba bersamaan dengan dirinya. Mereka berdua pun masuk di lift yang sama, lift khusus bagi sang Presdir. "Selamat pagi, Pak," sapa Angeline seformal mungkin. "Hmm ...." Mendadak Nathan menekan tombol menghentikan lift di tengah jalan. Dia berbalik menghadap Angeline dengan wajah tanpa ekspresi. Jantung Angeline berdebar keras, dia tidak yakin dapat menjatuhkan seorang lelaki tinggi besar seperti Nathan dalam ruang tertutup yang kecil. Tanpa berbicara Nathan mendekat. Spontan Angeline mundur sampai punggungnya menyentuh dinding lift. Nathan tidak berhenti. Tangannya hendak menjangkau wanita yang terpojok itu. "Mau apa, Pak?" Angeline menepis tangan Nathan. "Semalam saya melihatmu bersama lelaki. Pacarmu?" Nathan semakin mendekat. Perbedaan tinggi badan membuat Angeline
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more
Rekan Sparring
Sore hari Nathan membuka pintu ruang istirahat. Tampak asisten pribadinya tergolek pulas di tempat tidur. Nathan tersenyum geli melihat Angeline yang tidur dengan mulut sedikit terbuka. Rambut panjangnya tergerai di atas sprei seperti kain sutra hitam, terlihat lembut dan menggoda untuk dibelai. Nathan tidak mampu menahan godaan untuk membelai rambut Angeline. Dia menunduk supaya dapat melihat wajah Angeline lebih jelas. Mata Angeline terbuka. Untuk sesaat dia bingung melihat ada seorang lelaki di hadapannya. Sedetik kemudian barulah Angeline bereaksi. Nathan yang lengah terdorong jatuh ke lantai. Meskipun terkejut namun tangan Nathan masih sempat menangkap pergelangan kaki Angeline yang melompati dirinya. Wanita itu pun terjerembap. "Angel, Angel, kenapa perilakumu tidak selembut namamu?" Nathan berdiri. "Siapa suruh mengurung orang," gerutu Angeline yang turut berdiri membenahi pakaiannya. "Sudah jam pulang. Kecuali kamu mau menginap di sini." Nathan tersenyum na
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more
Pagi yang Kacau
Pagi-pagi sekali Angeline terbangun karena pintu unit apartemennya digedor keras-keras. Langit di luar masih temaram. Angeline terheran-heran, apakah ada kebakaran? Sambil menggaruk rambut yang kusut Angeline membukakan pintu. Segera saja dua petugas keamanan melongok ke dalam. Angeline melotot melihat sosok Nathan menyeruak masuk. "Pagi, Mbak, tidak ada masalah? Kami dapat laporan kalau ada penghuni yang pingsan karena menghirup gas bocor," kata seorang petugas keamanan. Angeline menarik nafas dalam-dalam, tapi sebelum dia mampu melontarkan makian Nathan sudah memeluk erat-erat. "Syukurlah kamu tidak apa-apa. Lain kali kalau aku telepon segera diangkat. Membuat cemas saja!" Nathan berakting sempurna. "Kamu—" Nathan menekan bagian belakang kepala Angeline hingga wajahnya menempel di dada, dengan demikian wanita itu tidak dapat bersuara. "Terima kasih, Pak, sudah merepotkan. Pacar saya tidak apa-apa." Nathan mengusir dengan halus. "Mmmpphhh!" Angeline be
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Makan Malam
Setelah seharian mengurung diri di kamar, sore hari Angeline berangkat ke gym bersama Yoga. Lelaki itu menjemput dengan motornya di depan apartemen. Angeline menghampiri Yoga seperti gadis remaja yang sedang berpacaran. "Hai, langsung jalan?" Yoga memberikan helm kepada Angeline. "Ayo." Angeline memakai helm dan memanjat naik ke boncengan. Tangannya berpegangan pada pinggang Yoga. "Pegangan yang mesra dong?" goda Yoga. "Ini udah," sahut Angeline. "Begini dong, Sayang." Yoga menarik tangan Angeline ke dadanya. "Aku nggak nyaman, Ga. Begini aja ya?" Angeline menarik tangannya kembali ke posisi semula. "Oke deh." Ada nada kecewa dalam suara Yoga. Motor pun melaju pergi. Tanpa seorang pun memperhatikan, sebuah mobil hitam yang parkir di seberang jalan mengikuti motor Yoga. Lelaki yang duduk di bangku belakang terlihat tidak senang. Nathan mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya berbunyi. "Apa bagusnya lelaki itu ... Jelas-jelas aku lebih bai
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more
Mencuri Ciuman
Pada hari Sabtu sore terlihat keramaian di sebuah hotel bintang lima. Lelaki dan wanita berpakaian formal berkumpul di sebuah hall besar. Nathaniel Wayne selaku Presiden Direktur Wayne Group mengadakan gathering dengan perusahaan XYZ yang baru saja diambil alih, semacam acara perpisahan dengan bos lama dan perkenalan dengan bos baru. Angeline tampak cantik memakai atasan blouse turtle neck hitam dan celana berwarna senada. Warna hitam menonjolkan bahunya yang seputih pualam. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai lurus. Sebuah wrist wallet hitam melingkar di pergelangan tangan kiri. Nathan yang berhasil membujuk Angeline tetap berdekatan tidak dapat melepas pandangan dari tubuhnya. "Sudah melihat sugar daddy-mu?" goda Nathan. Angeline melotot keki, "Bukan sugar daddy! Pak Bondan sudah seperti ayah angkat bagi saya!" Nathan terkekeh, "Whatever. Jangan menangis kalau melihat kenyataan." Angeline membuang muka. Dia kesal setengah mati karena harus tetap duduk di seb
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more
Shock Therapy
Malam sudah menuju subuh, tapi Angeline belum juga dapat mengistirahatkan pikirannya yang kacau. Apa lagi penyebabnya kalau bukan Nathan. Keterpurukan emosinya diperburuk dengan dua ciuman lelaki itu. Untung Nathan tidak berbuat lebih jauh dan mau mengantarnya pulang. Hati Angeline didominasi rasa bersalah karena berciuman dengan lelaki lain yang bukan pacarnya. Dia merasa telah mengkhianati Yoga. Berkali-kali Angeline ingin mengirim pesan singkat pada kekasihnya, tapi dibatalkan tengah jalan. Akhirnya dia hanya duduk terpekur merenungi nasib. "Sebenarnya bukan salahku ... Kan dia yang memaksa mencium ... Aku tidak membalas ciuman itu ...," lirih Angeline dalam usaha menetralisir perasaan bersalah. Angeline meninju bantal dengan gemas karena teringat akan betapa lembutnya bibir Nathan. Wajahnya merah padam. "Dasar brengsek! Bos brengsek! Huuhhh ... Reseh!" maki Angeline sambil memukuli bantalnya yang tidak bersalah. Ketika akhirnya matahari keluar dari peraduan
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more
Menemani
"Mana dia?" tanya Nathan pada Cindy. "Belum datang, Pak," jawab sang sekretaris sesopan mungkin. "Hmm ... Batalkan semua meeting. Saya keluar kantor," titah Nathan. "Baik, Pak." Cindy mengawasi Nathan masuk ke ruangan untuk mengambil tas dan langsung pergi tanpa basa-basi. Tanpa diberitahu pun Cindy tahu bosnya pergi mencari Angeline. Motor sport yang dikendarai Nathan melaju menembus lalu lintas dengan kecepatan tinggi. Dia ingin tiba secepat mungkin di apartemen Angeline karena kemungkinan besar wanita itu sedang bermuram durja dan butuh a shoulder to cry on. Nathan akan menjadi tempat bersandar baginya seperti seorang ksatria berkuda putih. Sementara di unit apartemen lantai sembilan belas, Angeline masih bergelung di dalam selimut. Tidak ada keinginan sedikit pun untuk bergerak, apalagi sekedar mengirimkan pesan singkat pada Nathan atau Cindy kalau hari ini dia tidak ingin masuk kerja. Peristiwa semalam membuat dirinya terguncang. Sejak diantar pula
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more
Perjalanan Jauh
Jam belum lagi menunjukkan pukul delapan, tapi Angeline sudah pontang-panting menyediakan permintaan Nathan yang dikirimkan lewat pesan singkat pada pukul tujuh lewat lima puluh menit. Tidak tanggung-tanggung, segelas kopi luwak panas dari coffee shop yang berjarak lima ratus meter dari kantor. "Mas ... Hahh ... Ko—kopi luwaknya ... Satu!" Angeline terengah-engah karena berlari sepanjang jalan. Si barista nyaris tertawa melihat wajah wanita muda yang kusut itu, tapi dengan profesional dia segera meracik pesanan Angeline. "Duduk dulu, Mbak. Tidak lama kok," kata si barista berwajah blasteran Timur Tengah itu. Angeline terbungkuk berkacak pinggang. Bibirnya bergerak-gerak mengomel, "Sialan ... Pagi-pagi sudah menyiksa orang ... Dasar bos gila." Beberapa menit kemudian Angeline tiba di lantai empat puluh gedung Wayne Group. Masih terengah dia segera menghambur ke dalam ruangan Nathan dan meletakkan kopi pesanannya. "Kopinya, Pak." Nathan menahan senyum mel
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status