Share

He is Amreez Rizqin Wijaya

Jangan lupa love dan komen ya❤️

"aku penasaran dengan cewek lugu yang 10 tahun lalu selalu sibuk dengan Tedy bearnya kecil kesayangnnya..itulah alasan kenapa aku menerima tawaran bunda untuk tinggal di kediaman Atmazya"

Amreez Rizqin Wijaya

Amreez Rizqin Wijaya terpaksa pindah ke kediaman keluarga Atmazya karena sang ayah dan bunda nya harus berangkat ke Singapura untuk mengurus perusahaan baru mereka disana, bunda nya selalu saja punya cara konyol untuk menyudutkannya, di umurnya yang ke 18 tahun orangtuanya masih saja tidak mempercayainya untuk tinggal sendirian di rumah, padahal mereka banyak maid yang akan selalu siaga kapanpun Reez butuh, namun sang bunda malah menitipkannya dengan seenaknya kerumah orang yang sudah cukup lama tidak dijumpai nya itu

Tak hanya menumpang untuk sementara, Reez juga harus pindah sekolah ke sekoLah yang sama dengan anak kembar Om Atmazya sama tante Reina, Alexa dan Alenzia .

"gue penasaran sama mereka berdua bagaimanapun gue cuman pernah ketemu mereka waktu mereka berumur 7 tahun waktu itu Alexa sangat periang tapi Alenzia sangat pendiam dan hanya bermain dengan Tedy bear kecil kesayangannya, apa kira-kira sekarang masih seperti itu ya" gumamnya hari yang cukup melelahkan untuknya orangtuanya sudah berangkat pagi pagi sekali dengan penerbangan paling pagi, mau tak mau Reez harus mengikuti arahan orangtuanya untuk langsung  berkemas dan pergi kerumah keluarga Atmazya. 

Karena capek melalui perjalanan sesampainya di kediaman Atmazya Reez  memutuskan untuk langsung istirahat dikasur king size yang  tampaknya sengaja Tante Reina sediakan untuknya, setelah bercakap-cakap sebentar dengan Tante Reina dan om Atmazya yang menyambutnya dengan hangat.

"Ma..ada makanan nggak Zia lapar.." Reina yang mendengar terikan Alenzia hanya bilang geleng geleng kepala melihat kelakuan Zia yang langsung nyelonong masuk ke ruang keluarga padahal gadis itu baru saja pulang sekolah dan belum melepas sepatunya sama sekali, Zia mendudukkan diri disamping sofa yang diduduki Mama yang sedang asyik menonton acara gosip kesayangannya.

"salam dulu sayang.." kebiasaan sang  Mama yang selalu mengingatkannya saat lupa baca salam 

"assalamualaikum Mama Zia lapar ada makanan nggak nih."  Zia mengecup punggung tangan sang  Mama sambil memasang wajah paling imut sambil mengerjapkan mata berkali-kali salah satu kebiasaanya saat bermanja-manja saat bersama mamanya.

"Ada kok bentar Mama siapin dulu..oh ya kak Alexa nya ngajar les sampai jam berapa sayang.?"

"Katanya sampai jam 5 ma, masih lama kalo nunggu kak Alexa mah" jawab Zia cengengesan

"Oh yaudah sekarang kamu ganti baju dulu ya, biar nanti mama siapin makanannya "

Ya selain belajar disekolah, di umurnya yang masih terbilang muda Alexa sudah mampu membuka kursus miliknya sendiri tak hanya itu di waktu senggang Alexa menghabiskan waktunya untuk membantu sang papa dalam menjalankan perusahaan, tak jarang Alexa membawa pekerjaannya kerumah padahal sang kakak juga memiliki cukup banyak pekerjaan rumah yang diberikan disekolah. Bagi Zia Alexa adalah sosok luar biasa, berbeda jauh dengan dirinya yang biasa biasa saja bahkan punya skill pun dirinya ragu.

Meskipun begitu kehidupan seorang Alexa Atmazya bagi Zia adalah sesuatu yang tidak ingin diikutinya, Zia hanya ingin bebas melakukan hal-hal yang disukainya tanpa harus memikirkan banyak hal seperti Alexa, apalagi untuk pekerjaan kantor? Memusingkan

"heyy...! kenapa sih saking laparnya malah ngelamun sana ganti baju dulu..Mama ambilin dulu makanannya"ucap Mama sambil menepuk bahu Zia dan mulai beranjak ke dapur.

Zia mengganti seragamnya dengan kaus kebesaran  tangan panjang salah satu jenis pakaian  kesukaannya dipadukan dengan celana jeans hitam yang melekat indah di kulitnya  fashion Zia memang terbilang sangat jauh berbeda  dari remaja pada umumnya.

Dengan langkah pelan Zia membuka jendela besar kamarnya, membuat rambut yang terurai diterbangkan oleh angin yang masuk emnembus kamarnya nan luas.

kruukk...!!

"Aisshh sepertinya aku benar-benar lapar.." ucapnya setelah mendengar bunyi perutnya

Dengan pasti Zia menuruni tiap anak tangga tentu saja tujuan utamanya adalah meja makan, namun urung dilakukannya saat menyadari ada yang aneh,   Zia berjalan ke arah pintu kamar yang ada disebelah kamarnya yang tampak terbuka padahal itu adalah kamar kosong yang biasanya selalu dikunci.

Saat hendak menutup pintunya  tampaklah seseorang dengan paras bak dewa Yunani  sedang tidur sangat lelap disana, dengan rasa penasarannya Zia mendekat ke arah ranjang dan berdiri tepat disisi ranjang.  Zia tampak sibuk memperhatikan  sosok pria tampan didepannya, setiap inci wajahnya yang sempurna, beralih ke matanya yang tertutup,  hidungnya yang mancung serta bibirnya yang tebal tampak menggoda, semua yang dimilikinya adalah sebuah kesempurnaan.

"oh Tuhan jauhkan diriku dari pikiran yang menyebabkan dosa" ucap Zia dalam hati

Namun nyatanya Zia  tidak bisa menahan dirinya Untuk tak menyentuh wajah pria itu seolah berfikir mungkinkah ini mimpi?

Namun baru saat tangannya hendak menyentuh ujung hidungnya yang mancung, Zia  dikejutkan oleh suara berat khas orang bangun tidur.

"mengambil kesempatan dalam kesempitan huh.."..dia membuka matanya

buru buru Zia menarik tangan nya dan kabur dari kamar itu menyadari dirinya tertangkap basah, bukan salahnya tentu saja salahkan saja orang asing yang tiba tiba muncul dirumahnya itu

"Ya Tuhan kenapa  aku jadi sangat memalukan begini, tapi dia siapa.?"

Melihat sang mama yang sibuk menyiapkan makanan, Zia memilih membantunya dan lupa bertanya perihal sosok dewa Yunani di samping kamarnya itu

"Ma, ini menu makan siangnya ngga kebanyakan ma?.."

"iya sayang, mama sengaja nyiapin banyak kan kita makan siangnya barengan sayang sama anak temen Mama juga "jawab Mama dengan nada suara lembutnya.

"Ooh jadi yang tidur di kamar samping kamar Zia itu anak temennya Mama ?" tanyanya penasaranya

"Zia sayang dia akan tinggal sama kita karena ortuanya sedang mengurus bisnis mereka disingapura besok dia juga akan pindah ke sekolah kamu"

Zia hanya menjawab sang Mama dengan ber oh ria karena menurutnya dia  tidak punya waktu untuk mengurusi orang lain, apalagi untuk seseorang yang hanya didengarnya dari sang mama.

"Nah udah selesai, sekarang kamu panggil Reez dulu ya sayang, mama panggil papa dulu" 

"Hah Zia mah? "

"Ya iya, kak Alexa kan belum pulang sayang, udah sana keburu nanti makanannya dingin " 

Dengan langkah berat Zia melangkahkan kakinya kembali ke kamar Reez tentu saja atas paksaan sang mama

Dengan perlahan Zia membuka sedikit pintu untuk memastikan yang punya kamar masih tidur atau tidak, ternyata tempat tidurnya sudah kosong, lalu kemana pria itu? Dengan rasa penasarannya Zia membuka lebar pintu kamarnya

"Aaaaaaaaa......mmmmphht" belum terlepas dari keterkejutan nya sebuah tangan besar membekap mulutnya

"Hei Kau tau, jika kau berteriak seperti itu orang orang bisa berfikir aku melakukan sesuatu padamu, "  ucap Reez sembari melepaskan tangannya dari mulut Zia

Sedangkan Zia yang melihat tatapan Reez yang mengintimidasi nya hanya bisa diam, salahnya juga tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, hingga memergoki Reez yang baru keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk di pinggangnya, dan jangan lupa delapan roti sobek yang tampak empuk diperutnya.

Reez yang menyadari arah tatapan Zia hanya geleng-geleng kepala, kenapa gadis itu jadi terlihat seperti ingin memangsanya sekarang?

"PLETAKKK...!!!"

"Auchh.... Apa yang kau lakukan!!?" Ucap Zia kesal sembari mengusap jidatnya yang disentil dengan seenaknya oleh lelaki didepannya itu

"Jika ingin memikirkan hal-hal mesum tentangku tidak bisakah kau melakukannya disaat tidak bersamaku?" Ucap Reez kalem, lalu mengambil salah satu baju kaosnya yang sebelumnya sudah disusun Reynand dilemarinya dan dengan santai mengenakannya didepan Zia 

"Jangan asal nuduh ya, lagian juga siapa yang berfikir mesum, Zia ngga gitu ya, atau jangan-jangan kamu yang mikir yang nggak-nggak ya iihhh " elaknya

"Aku masih ingat betul tatapan mu saat melihat perutku seperti orang kelaparan, atau jangan-jangan kamu memang berniat untuk menyerangku " dengan seringaian lebar Reez mendekat ke arah Zia yang tampak malu dengan wajah blushing nya

Reez mendekati Zia yang tampak ketakutan dan mundur menjauhinya namun terhambat oleh dinding. Bagi Zia, Reez terlihat dominan dengan aura intimidasi nya yang kuat membuat Zia merasa seperti tikus kecil yang dipojokkan oleh seekor kucing raksasa sekarang, ah bukan lebih tepatnya Reez itu seperti serigala yang seolah mau memakannya sekarang.

"Emmm,. Bisakah kamu menjauh sedikit? " Ucapnya takut takut

Reez yang melihat ekspresi takut Zia justru merasa gemas sendiri, Zia tak hanya tampak cantik tapi juga menggemaskan baginya

Reez menarik kedua pipi Zia yang sedikit tembem " keluarlah terlebih dahulu, atau kau mau tetap disini dan melihatku mengenakan pakaian?" Reez melirik  celana jeans yang sudah disiapkannya ditempat tidur sebelumnya

Seolah tersadar Zia langsung keluar dari kamar Reez , "mama nyuruh panggil buat makan siang, disuruh cepat soalnya nanti makanannya dingin" ucapnya tanpa menatap Reez lalu berlalu keluar. Sedangkan Reez hanya menatap kepergian Zia dengan senyum lebarnya. 

Pada saat makan siang suasana meja makan menjadi jauh lebih ramai karena kehadiran Reez, pemuda itu tampaknya sangat lihai dalam hal menarik perhatian kedua orangtuanya. Entah itu percakapan bisnis, keluarga, sekolah Reez tampak nyambung-nyambung saja dengan topik pembicaraan mereka. Berbeda jauh dengan Zia yang memilih menikmati makanannya dalam diam.

"Zia sama Reez sudah saling kenal kan? Tapi mama rasa kayaknya kalian ngga kenalan lagi deh, kan pas kecil juga udah sering main bareng ya kan  pa ?" Dengan senyuman manisnya sang mama tampak meminta pendapat sang papa

"Iya mah, kan mereka juga udah kenal dari kecil" jawab papa nya kalem

"Tapi Zia masih ingat Reez kan? Pokoknya Zia harus anggap dia bagian dari keluarga kita sekarang ya, jadi kalian harus akrab ya" 

"Iya ma, Zia inget kok, " yang juga di setujui oleh Reez , selanjutnya  Zia menghabiskan makanannya dalam diam.

Setelah makan Zia memutuskan untuk kembali kekamar nya dan melanjutkan pembangunan miniatur rumah yang dibuatnya dengan stik es krim, salah satu hobinya disaat senggang

"Ini akan menjadi sangat bagus karena aku bahkan merancangnya seperti rumah impianku" gumamnya dengan telaten Zia menempelkan satu persatu stik yang diukirnya ke bagian miniatur yang belum selesai.

Menjelang sore sebuah mobil Ferrari merah memasuki pekarangan rumah Alexa keluar dengan anggunnya dengan sebuah dress formal namun tak menyembunyikan kecantikan asli sang kakak, Zia emnatap kedatangan Alexa dari kamarnya di lantai dua, Alexa selalu terlihat luar biasa baginya. tak lupa sang asisten keluar dari sisi yang berbeda dengan sebuah tas laptop dan beberapa berkas ditangannya yang tak lain adalah milik Alexa, tampaknya sabg kakak tidak jadi mengajar kursus Alexa lebih terlihat seperti seseorang yang baru saja pulang dari kantor sekarang.

Ini pukul 5 sore dengan kehadiran Alexa rumah mereka lebih heboh sekarang, penasaaran dengan keributan dibawah Zia memutuskan untuk turun kelantai bawah.

Namun pemandangan saat Alexa memeluk Reez dengan erat, membuat dirinya enggan menghampiri mereka.

"Astaga Reez, kok kamu nggak bilang bakal kesini, sumpah sudah sangat lama kita nggak ketemu, kamu kapan sampainya..?" Ucap Alexa dan mengurai pelukan mereka 

"gue sampainya tadi pagi Alexa gimana mau ngehubungin gue kan nggak punya kontak Lo, sosmed Lo gue juga nggak tau" Reez menjawab sangat ramah dengan senyuman khasnya

Dengan langkah berat Zia memilih kembali ke kamarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status