Share

Not for I'am

"hatiku bergetar saat berada didekatnya..logika dan hatiku tak lagi berkompromi harusnya aku sadar dia kesini untuk kak Alexa setidaknya itu cukup untuk menjadi alasan Kenapa aku harus bisa mengendalikan diriku sendiri"

#alenzia

#Alenzia points of view (POV)

Pagi ini aku terpaksa nyiapin sarapan untuk aku dan Reez karena dalam sejarah pun keluargaku nggak pernah punya yang namanya pembantu karena Mama sama papa nggak mau kami menjadi anak yang manja.

Mama, Papa,sama kak Alexa sudah pergi pagi tadi ke kantor papa, mereka pergi untuk melatih kak Alexa untuk mengambil alih perusahaan. Percaya atau tidak diusianya yang masih 18 tahun kak Alexa sudah dipersiapkan untuk meneruskan Atmazya corp, aku sih nggak pernah masalahin karena seumur-umur aku nggak pernah tertarik sama yang namanya bisnis.

selesai menyiapkan sarapan aku pergi membangunkan tamu kesayangan Mama, siapa lagi kalau bukan Reez teman masa kecil yang tak banyak ku ingat tentangnya. Karena nyatanya kami emmang tak terlalu dekat, Reez jauh lebih dekat dengan kak Alexa dibanding aku.

Tok..tok..tok..!!

Tok...tok...tok...!!

beberapa kali mengetuk pintu namun nggak ada jawaban dari dalam kamar, karena pintunya nggak dikunci kuputuskan untuk masuk, dan tamu kesayangan Mama tampak masih sibuk tenggelam dalam mimpi indahnya. Wajahnya selalu terlihat damai saat tidur

karna takut mengganggu kuputuskan untuk tidak membangunkannya toh kalau lapar  nantinya dia akan turun sendiri.

'hoaammm..!!!'

aku yang sedang diambang pintu pun memutuskan melihat ke belakang, ternyata tamu kesayangan Mama sudah bangun..dia langsung duduk dan bersandar di kepala ranjang, sepertinya dia sedang mengumpulkan nyawanya yang tertinggal di dunia mimpi.

aku membalikan tubuhku berniat untuk pergi, karena jujur aku adalah orang introvert yang tidak akan terpengaruh oleh orang lain...bahkan untuk berbasa-basi sekalipun rasanya aneh. Namun entah kenapa terkadang aku tidak merasa asing dengan kehadirannya

"kamu hobinya emang nginntipin orang lagi tidur ya.." sindir Reez

"nggak kok ,  aku kesini cuman mau manggil buat sarapan, kalau nggak mau yaudah tidur lagi aja"jawabku sekenanya tanpa ada niat membalas sindirannya

"oh tunggu bentar.." jawabnya bergegas bangun

"maksudnya..?"

jujur aku bingung tunggu maksudnya di meja makan atau tunggu dia buat turun bareng..aku tersadar dari pikiranku dan dia sudah berada tepat di depanku

"tunggu disini kita turun bareng.." ucapnya sambil mencubit hidungku dan berlalu kekamar mandi. Akhirnya  kuputuskan untuk menunggunya sambil bersandar didinding kamarnya kenapa rasanya jantungku mau copot ya padahal dia cuman mencubit hidungku, dan kenapa aku jadi penurut begini??? 

*****

# Amreez Rizqin Wijaya point' of view (POV)

Pagi ini dia sudah ada di kamarku sebenarnya aku sengaja pura pura tidur dan tidak membukakan pintu karena aku tau itu Zia adiknya Alexa,   kemarin Alexa bilang dia bersama kedua orangtuanya akan pergi ke kantor dan Zia tinggal dirumah.

sebenarnya sifat diam dan tertutup Zia sangat menarik perhatianku, dan lagi Zia tidak sekolah hari ini karena gurunya ada rapat tentu saja aku sangat senang karena bisa mengusilinya seharian.

Kupikir dia akan membangunkan ku tapi malah tidak. Dengan mata terpejam aku mendengar langkahnya menjauhi tempat tidurku.

Saat menyadari dia akan pergi, aku buru buru bangun dengan membuat suara seperti bangun tidur dan dia hanya melihatku dengan wajah datarnya, sekalipun wajah mereka  mirip dia sangat berbeda dengan Alexa, bahkan saat aku menyindirnya terang teranganpun dia masih setia dengan wajah datarnya.

Saat  kami sudah ada dimeja makan  dia cuman fokus sama nasi goreng didepannya seolah-olah dia sedang makan sendiri, dia benar benar tidak ada inisiatif untuk sekedar memulai obrolan dengan ku .

aku hanya bisa bernafas kasar..cukup frustasi menghadapi cewek dingin seperti seorang Alenzia Atmazya . Sepertinya dia memang hanya bermain dengan boneka Tedy bearnya waktu kecil sampai tidak tau caranya berinteraksi dengan orang lain.

"Kamu beda jauh ya sama Alexa ?" sebenarnya bukan pertanyaan lebih ke pernyataan ku tentang nya

"......" dia hanya melihatku sebentar sambil menganggukan kepalanya sebentar

"Kamu nggak punya kelainan kepribadian kan" tanyaku karena sifatnya benar-benar membuatku kehilangan kata-kata, eh dia malah melihatku horor.

"nggak nanti kalau sarapannya selesai panggil aku aja, nanti aku beresin " yang ini sukses membuatku melongo bahkan aku belum menyentuh nasi goreng yang ada dipiringku sedangkan dia sudah berhas menghabiskan makanannya.

Dia cewek teraneh yang pernah aku temukan, Ya Tuhan semoga stok cewek kayak dia didunia ini cuman satu.

Selesai makan aku langsung mencuci piring makanku sekalian dengan piringnya, lalu menghampirinya ke kamarnya 

"Heyy .....!  aku udah selesai, kasian tuh piringnya dianggurin"  aku melihatnya menyelesaikan miniatur rumah dari stik es krim, kelihatannya bagus sih dia memang kreatif.

Melihat  dia yang masih sibuk sama stik es krimnya nya kuputuskan untuk duduk di ranjang empuk miliknya. ya sekarang aku dikamarnya seperti yang di suruhnya tadi, aku memanggilnya kekamar sebenarnya bukan untuk cuci piring sih karena aku udah nyuci piring makan ku sendiri, anggap saja modus buat ngeliat kamarnya karena sejak aku pindah kesini kamar ini selalu tertutup dan dia hanya keluar kamar saat mau makan saja.

"ngapain duduk disana,ingat ini kamar cewek " ucapnya ketus

"kamu mau kemana,,aku udah cuci piringnya kok," aku langsung menahannya karna kulihat dia berjalan keluar kamar

"ooh.." dia hanya ber oh ria dengan pernyataan ku yang lumayan panjang, bingung juga lama-lama sama cewek dingin kayak dia.

"kamar kamu rapi banget ya, ruangannya juga  nyaman banget..." aku mulai melangkahkan kakiku ke arah jendela besar yang terletak beberapa meter didepan tempat tidurnya.

kamarnya didominasi dengan warna putih dari ranjang warna putih, dinding warna putih, sprei warna putih, dan lemari kaca besar yang menampilkan semua  stok pakaian yang tersusun rapi didalamnya, dan lagi jendela besar di depanku ternyata sebuah pintu yang bisa dibuka dan mengantarkan ku ke balkon kamar yang menampakan pemandangan asri dibawah sana.

Aku menatap Zia dalam, dia masih tetap sibuk dengan miniatur rumahnya.

"Nama kamu siapa" kalau diingat aku nggak pernah berkenalan secara resmi dengannya.

"kamu beneran nggak tau" jawabnya dengan alis terangkat

"Tau, tapi kan kita nggak pernah berkenalan secara resmi namaku Amreez Rizqin Wijaya bisa dipanggil Reez " ucapku dengan senyuman lebar sedangkan dia malah masang wajah blurr abis, bahkan kayaknya nggak sadar kalau aku mengulurkan tanganku untuk menjabat tangannya.

"oh..Alenzia Atmazya" di membalas uluran tanganku namun segera melepaskannya aku hanya menatapnya.

"oh ya..kamu udah nggak main sama boneka Tedy lagi ? Aku tidak melihat bonekanya disini.." ucapku mencoba basa-basi tapi dia kembali melanjutkan pembangunan rumah kecilnya yang diletakkan di atas meja.

"tau dari mana aku suka boneka?" Entah kenapa aku merasa sangat bersyukur ini pertama kalinya dia memulai pembicaraan denganku..

"tentu saja aku tau, kamu nggak mau berhenti nangis karena boneka kesayangan kamu hilang..kamu bahkan nggak mau Nerima boneka yang aku kasih padahal bonekanya mirip banget sama boneka kamu yang hilang.."   jawabku sekenanya..

Aku  tersenyum mengingat saat itu terjadi ya 10 tahun yang lalu..bahkan perempuan kecil yang dulu selalu menarik perhatianku sudah berubah menjadi bidadari cantik berhati dingin.

sepertinya hanya tubuhnya saja yang berubah, tidak dengan sikapnya..

Namun tetap saja, nyatanya seperti apapun dia selama itu Alenzia Atmazya nampaknya Reez akan selalu menyukainya .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status