Semua Bab MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool: Bab 41 - Bab 50
190 Bab
41. Kisah Sedih Dari Remaja Tampan
Hening sejenak membentang kala Malik sukses menautkan ujung sabuk pengamannya. Merapikan posisi duduk menghadap jalanan yang ada di depannya. Perut terisi penuh, namun hati terasa begitu kosong. Nyawa memang sudah kembali menjadi satu, raga sudah baik-baik saja tanda tak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya lagi. Remaja jangkung itu berusaha untuk tetap dalam pemikiran positif. Tak ingin banyak berprasangka buruk perihal si teman yang sudah pulang ke rumahnya. Malik hanya ingin Zain tidur dengan nyaman siang ini. Menguapkan rasa kantuk dan lelah yang mungkin datang menyapa, memudarkan rasa perih dan panas yang menggerogoti tubuh sebab luka menganga baru yang didapat olehnya juga menghilangkan segala beban meskipun Malik paham, bahwa beban itu tak akan pernah benar sirna dalam kehidupan seorang remaja brandal bernama Zain Kalandra.Hatinya kini terpaut pada si saudara tiri. Xena Ayudi Bridella. Gadis cantik berambut panjang pekat tergerai sepunggung dengan ujung bergelombang s
Baca selengkapnya
42. Rasa Tak Berwujud, Cinta.
Tragis? Tidak. Semua cerita itu terdengar begitu menyedihkan dan memilukan. Malik adalah remaja 'cengegesan' yang suka usil dan menyebalkan dengan segala peringai konyolnya. Namun lewat cerita singkat ini, Malik terlihat seperti remaja yang berbeda. Bukan Abian Malik Guinandra yang ia kenal. Semua cerita yang terlontar keluar dari bibirnya seakan menegaskan bahwa remaja yang ada di sisinya sekarang ini terdengar begitu berbeda dan asing."Ada yang mau lo tanyakan lagi kenapa gue bisa memberikan banyak kebencian sana Daffa?" Malik mengimbuhkan. Menatap gadis yang baru saja ikut melempar tatapan teduh padanya. Xena membisu. Bungkam tak bersuara dan mengunci rapat bibir merah muda miliknya. Ingin menggeleng namun jujur saja, hatinya belum lega. Akan tetapi untuk kembali bertanya, ia tak sampai hati. Xena paham masa lalu dengan mengingat kematian seorang remaja muda yang menjadi sahabatnya adalah duka lain yang tak akan pernah dimengerti olehnya. Gadis itu tak tahu bagaimana rasan
Baca selengkapnya
43. Tic-tac-toe
Langkahnya tegas. Tatapannya jauh menatap apapun yang menghalangi lensa pekat miliknya untuk bisa menerawang keadaan ujung lorong tempat kelasnya berada. Tak ada suara yang keluar dari celah bibirnya. Sapaan yang sesekali memanggil namanya pun tak diindahkan dengan benar oleh gadis itu. Xena bukan tipe yang suka 'sok akrab sok dekat' dengan orang-orang yang jarang berinteraksi dengannya. Baginya hanya cukup saling melempar senyum dalam tatapan ramah dan bersahabat sudah sangat cukup untuk dilakukan. Samar-samar dirinya merasakan seseorang mengikuti langkahnya. Tepat berdiri dan berjalan seirama dengan jarak yang tak mampu dibilang dekat maupun terlalu jauh. Xena menunggunya untuk menyapa, mengulurkan tangan dan setidaknya menepuk pundak Xena dengan ramah. Jikalau itu terjadi yang ada di belakangnya pasti adalah Nea, si teman dekat yang duduk tepat di sebelahnya kalau jam pembelajaran berlangsung.Meleset! Tak ada tepukan tangan namun selaan langkah kaki yang semakin dekat. Teg
Baca selengkapnya
44. Bara untuk Rasa Yang Membara
"Xena! Bara!" Seseorang menyela keduanya. Menarik perhatian remaja jangkung yang baru saja ingin kembali berucap kala Xena tak kunjung memberi jawabannya. Bara menoleh. Mengarahkan pandangan pada gadis berambut pendek dengan poni tipis yang menutupi dahinya hingga tepat di atas batas alis cokelat melengkung bak pelangi selepas hujan turun membasahi bumi. Nea Oktaviana dengan bersama sang kekasih yang berjalan tegas mengiringinya."Kalian juga baru datang? Bersama?" Nea kembali berucap. Merangkul Xena yang kini mampu tersenyum lebar selepas kehadiran Nea yang bisa dikatakan menyelematkan posisinya dari pertanyaan Bara. Xena tak berniat berbohong pada remaja baik ini, namun untuk sekarang mengatakan yang sebenarnya adalah hal mustahil yang akan bisa ia lakukan. "Kita ketemu di lorong," ucap Xena disusul dengan senyum manis yang tegas merekah di atas bibir merah delima miliknya. Nea menganggukkan kepalanya. Sejenak melirik sang kekasih yang masih kokoh ber
Baca selengkapnya
45. Proses Dewasa untuk Remaja
Helaan napas ringan ia berikan untuk menanggapi dunianya yang sangat membosankan. Jikalau tak pasal Abian Malik Guinandra, si saudara tiri permasalahan yang menimpa Xena adalah pasal dunia sekolah dengan tugas yang tak kunjung sirna. Mati satu tumbuh dua puluh milyar! Kalimat itu adalah deskripsi tugas dan pekerjaan yang dilimpahkan padanya. Tatapan Xena tak pernah absen dari rentetan huruf penyusun kata dan kalimat berteori yang menjadi bahan rangkumannya siang ini. Tak ada Nea juga tak banyak teman-teman sekelas yang menemaninya sekarang ini. Sebagian besar sudah kembali ke dalam kelas mereka masing-masing. Menyambut datangnya bel jam istirahat yang baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Xena mempercepat gerakan tangannya, semakin luwes pena hitam milik gadis itu menari di atas kertas. Kasar ujung pena menggores dan menciptakan tulisan miring berukuran kecil khas milik Xena Ayudi Bridella. Gadis itu menghela lagi napasnya. Kapan akan selesai? Itulah kiranya yang
Baca selengkapnya
46. Dari Rasa Untuk Harapan
Tatapan tajam, embusan napas kasar yang menggebu, sesekali berdecak kasar sembari mendesah tak tentu iramanya. Abian Malik Guinandra, si remaja jangkung yang berdiri dengan tatapan aneh yang terkesan malas ingin memakan teman sebaya yang ada di depannya saat ini. Daffa Kailin Lim. Jikalau si teman sebangku tak memaksanya dengan embel-embel kalimat betapa menyeramkannya tatapan seorang Daffa ketika sedang murka, Malik tak akan datang kemari. Bukan hal aneh nan asing kala mengatakan bahwa remaja itu mengabaikan perintah, permintaan, dan kalimat seorang ketua OSIS berwibawa idola kaum hawa itu. Malik adalah remaja yang berpegang teguh pada pendiriannya. Kalau tidak, ya tidak!"Lo kangen sama gue?" ucapnya menyela keheningan. Remaja jangkung itu mulai bosan dengan keadaan yang ini-ini saja. Hanya diam saling menatap, menghabiskan waktu istirahat yang amat mepet seperti ini adalah sesuatu yang dibenci oleh Abian Malik Guinandra, apalagi kalau dihabiskan bersama seorang Daffa Kailin
Baca selengkapnya
47. Siang Membentang
Wajahnya masam, bak seseorang yang tak sengaja menggigit buah mengkal yang baru saja di petik dari atas pohon. Xena membisu. Tak berniat untuk membuka mulutnya atau sejenak menoleh dan menatap remaja jangkung berponi naik di sisinya. Tak ada siapapun sekarang ini. Di tempat yang dipilih Xena untuk menyeret tubuh si saudara tiri bisa dibilang tak strategis dan tak pernah ramai, apalagi kalau jam pelajaran sedang berlangsung. Bel nyaring berbunyi beberapa detik yang lalu, mengisyaratkan pada semua untuk segera kembali pada kewajiban mereka. Jam istirahat sudah selesai. Kiranya sekarang adalah waktu untuk kembali menjadi siswa dan siswi yang berbudi luhur dengan rajin juga giat dalam menimba ilmu. Xena mengkhianati gelar itu. Memilih untuk tetap berada di sisi Malik yang menahannya pergi beberapa detik yang lalu. Gadis itu mengira jikalau Malik akan mengajaknya berbincang pasal kasus penting sekarang ini, namun sayang amat disayangkan Xena mengabaikan fakta untuk tidak mempercayai manu
Baca selengkapnya
48. Nara, Semangat Yang Membara
Kalimat berteori yang apik disusun padukan dengan sekumpulan angka gila yang berjajar rapi di sisinya menjadi salah satu fokus tujuan remaja jangkung bertubuh kerempeng yang baru saja melahap habis seluruh soal di papan tulis. Kini ia meletakkan spidol hitam kembali pada tempatnya. Sejenak menatap sang guru yang hanya tersenyum sembari menganggukkan kepalanya setuju. Daffa memulai semuanya dengan lancar, menikmati proses, dan mengakhiri dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun. Tak perlu diheran-herankan lagi, sebab semua sudah paham benar kalau Daffa adalah si remaja populer dengan tingkat kepintaran luas biasa tinggi tak ada yang bisa menandinginya. Daffa bukan anak emas, namun ia cukup berpengaruh dengan kedudukan dan prestasinya. Si nomor pertama dengan nama Abian Malik Guinandra yang mengikutinya di nomor kedua. Jikalau saja Daffa tak pandai hanya berotak biasa-biasa saja layaknya remaja muda pada umumnya, mungkin saja ia akan setara dengan Abian Malik Guinandra.
Baca selengkapnya
49. Adiwarna
Sore datang namun senja belum indah menyinarkan cahaya jingganya. Surya masih mengintip di balik celah awan yang membentang di atas cakrawala. Semburat awan putih menghias. Seakan berjalan mengikuti langkah kaki gadis bertubuh tinggi yang tegas menyapu trotoar jalanan dengan sepasang sepatu pekat yang ia kenakan. Tatapan Xena mengudara sesekali. Menatap luasnya langit yang menjadi payung peneduhnya sore ini, kemudian kembali menatap fokus jalanan yang ada di depannya. Tujuan Xena adalah halte bus di ujung trotoar jalanan. Di mana tempat itulah yang akan menjadi peraduan terakhir dirinya untuk menjemput sore dan menyambut senja datang. Bus akan datang lebih terlambat sore ini, bukan dirinya yang dikhianati namun Xena-lah yang menjadi pengkhianat. Dirinya pulang sekolah sedikit terlambat sore ini, sebab harus menyelesaikan beberapa tugas kelompok yang selalu ditunda-tunda olehnya dalam satu minggu terakhir.Ada Malik yang menawari gadis itu untuk pulang bersamanya. Menjadi pemb
Baca selengkapnya
50. Rasa Niskala
Bus berjalan membelah padatnya Kota Jakarta kalau senja menyapa begini. Suasana khas langit berwarna jingga yang agung berbaur dengan sinar sang surya di atas sana. Langit indahnya, seindah dan sedamai hati Xena sore ini. Tak banyak yang bisa ia katakan untuk memulai percakapan dengan teman sebangku yang menjadi peneman untuk dirinya duduk di dalam bus. Xena lega, setidaknya ia tak terlihat menyedihkan sekarang ini. Ada Bara meskipun secara pribadi dirinya sangat merasa asing sekarang ini. Xena bukan pembuka percakapan yang handal. Dirinya adalah si orang pendiam yang masuk dalam golongan pengikut suasana dan topik yang ada. Jadi, ia menunggu Bara untuk memulainya kembali.Gadis itu membuang tatapannya. Entahlah apa yang menarik dari jalanan padat terlihat riuh nan kotor yang ada di sisinya sekarang ini, namun bagi Xena itu lebih baik ketimbang dirinya harus menatap paras Bara yang masih fokus dengan ponsel di dalam genggamannya. Bara sibuk, bak seseorang yang seda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status