Semua Bab KAKAK, I LOVE YOU: Bab 1 - Bab 10
27 Bab
PROLOG
Gadis kecil yang baru duduk di kelas enam sekolah dasar itu tersenyum senang melihat motor besar berwarna hitam terparkir di halaman depan rumah. Itu berarti kakaknya sudah pulang kuliah. Seperti biasa, ia ke sini ingin meminta bantuan pada tetangga yang sudah dianggap sebagai kakaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. "Kak Elang," panggil gadis bertubuh subur itu seperti memanggil temannya yang ingin diajak bermain. Ia berdiri di depan pintu yang sudah sedikit terkuak. Seorang pemuda tanggung keluar. Ia tersenyum ramah pada gadis dengan sebuah buku di dekapan. Sejak keluarga gadis itu tinggal tepat di rumah yang berseberangan dengan rumahnya sekitar dela
Baca selengkapnya
1
"Arinda, aku cinta kamu."Dari gelagat dan perhatian lebih yang diberikan Ferdi, Arinda tahu bahwa teman sekelasnya itu memendam rasa cinta padanya. Jadi ia tidak terkejut saat mendengar ungkapan yang baru saja keluar dari mulut Ferdi. Namun, ia tetap menghargai keberanian Ferdi datang ke rumah malam ini untuk jujur mengakui perasaannya."Aku mau kamu jadi istriku."Mata Arinda seketika terbelalak mendengar kalimat kedua yang diucapkan Ferdi. Apakah baru saja dirinya sedang dilamar? Bukankah kalimat itu terdengar seperti sebuah lamaran? Wow! Ferdi benar-benar seorang gentleman sejati. Sekali jatuh cinta pada seorang p
Baca selengkapnya
2
Elang melangkah masuk ke ballroom sebuah hotel berbintang lima. Di sana acara resepsi pernikahan tetangganya berlangsung. Ia datang tak sendirian. Ia menggandeng seorang wanita yang terlihat anggun mengenakan baju kurung brokat warna emerald berpadu dengan kain batik sebagai bawahan. Tak lupa selembar kerudung menutupi kepalanya. Wanita berparas kebarat-baratan itu tak lain adalah Rahma, sang mama.Banyak mata yang melirik pasangan ibu dan anak tersebut, beberapa bahkan saling berbisik memberikan komentar. Entah komentar apa, tapi Elang berharap semoga saja komentar baik. Bukan komentar yang menyangka bahwa ia dan Rahma adalah sepasang berondong dan tante genit, seperti yang pernah ia dengar sebelumnya.
Baca selengkapnya
3
Arinda menahan napas saat tangan Elang memeluk erat pinggangnya. Ia kaget, tapi juga senang. Apalagi Elang mengakuinya sebagai pacar. Seketika tubuhnya menegang dan jantungnya pun berdetak cepat. Ini pertama kali baginya mendapat sentuhan intim dari Elang dan ia masih belum tahu maksud lelaki itu melakukan hal tersebut."Elang, apa benar yang kamu bilang barusan? Kamu dan Arinda pacaran?""Iya, Ma, aku dan Arinda pacaran. Jadi Mama nggak usah repot-repot nyari jodoh buat aku."Elang menjawab pertanyaan Rahma yang sudah berdiri di hadapan, tapi tatapannya tajam mengarah ke Ayara. Ia kesal dan tidak terima dituduh sebag
Baca selengkapnya
4
"Lang, kamu nggak lagi bohongin Mama, 'kan?"Dahi Elang mengernyit. Ia sedang mencerna pertanyaan yang dilontarkan Rahma. Ia belum tahu arah pertanyaan itu ke mana. "Maksud Mama apa?""Itu lho, soal kamu yang pacaran sama Arinda."Elang berdeham alih-alih terbatuk karena mendengar ucapan Rahma. Ternyata Rahma masih meragukan tentang kebenaran hubungan asmaranya dengan Arinda. Namun, sebisa mungkin ia akan membuat mamanya yakin bahwa ia memang benar-benar sedang menjalin hubungan asmara dengan Arinda, bukan lagi hubungan kakak adik.
Baca selengkapnya
5
Seorang lelaki berusia empat puluhan masuk ke ruang kerja Elang. Lelaki bernama Fadli yang menjabat sebagai HRD Manager di perusahaan itu membawa sebuah amplop coklat besar yang berisi berkas lamaran pekerjaan dari seseorang."Selamat siang, Pak," sapanya pada Elang."Siang." Elang mengalihkan pandangan dari layar laptop ke arah Pak Fadli yang sudah berdiri di depan mejanya. "Duduk.""Terima kasih," ucap Pak Fadli sambil menarik sebuah kursi, kemudian mendudukinya."Jadi, gimana? Apa Bapak sudah mendapatkan pengga
Baca selengkapnya
6
Elang membuntuti sebuah taksi yang mengangkut Arinda. Ia gagal mengejar gadis itu karena Andre mencegahnya pergi dan memohon untuk kembali ke atas panggung, tapi tentu saja ia menolak. Saat ini ia hanya ingin menghibur Arinda bukan pengunjung kafe. Ia tahu Arinda pasti patah hati dan ia juga tahu bagaimana rasanya itu. Sakit. Lebih parahnya, ia yang telah mematahkan hati gadis itu.Kakak, I love you ...Pengakuan cinta dari Arinda terus terngiang-ngiang di telinga Elang. Ia masih tidak percaya bahwa Arinda mencintainya, padahal selama ini ia mengira gadis itu selalu menganggapnya sebagai seorang kakak. Ini sungguh mengejutkan.
Baca selengkapnya
7
Setiap orang yang berpapasan dengannya tersenyum, menyapa atau hanya mengangguk sopan sebagai tanda hormat sepanjang ia berjalan dari pintu masuk menuju meja resepsionis. Tentu saja tanpa sungkan ia membalas dengan senyum ramah.Melinda, si resepsionis tersenyum semringah saat melihat sang wakil direktur yang rupawan itu berjalan ke arahnya. Tidak biasanya lelaki bertubuh jangkung itu mendatangi mejanya. Biasanya hanya sekadar lewat sambil tersenyum seperlunya."Selamat pagi, Melinda," ucap lelaki berkemeja dark burgundy itu setelah melihat sekilas name tag yang tersemat di dada kiri Melinda."Selamat pagi, Pak," bala
Baca selengkapnya
8
Elang pernah memuji-muji Sarah sebagai perempuan yang mandiri, tidak merepotkan dan bla bla bla. Ok, cukup. Arinda tidak ingin dibanding-bandingkan dengan Sarah. Kini saatnya ia menunjukkan pada Elang bahwa ia bukan gadis manja yang selalu ingin diantar-jemput jika akan atau sedang bepergian. Ia juga bisa mandiri. Maka dari itu ia mengenyahkan rasa takut yang selama ini menggelayuti diri saat akan belajar berkendara. Kini tekadnya sudah bulat, ia harus bisa mengendarai kendaraan sendiri agar Elang tak lagi menganggapnya sebagai gadis manja - ralat - pacar manja.Pertama-tama, Arinda memilih untuk belajar mengendarai motor. Jika kelak sudah lancar, barulah ia beralih belajar mengendarai mobil. Ia menunjuk Bi Titin sebagai gurunya.
Baca selengkapnya
9
"Sayang, katanya badannya pada sakit? Kok, bukannya istirahat malah lagi ngapain, tuh?"Yulia menghampiri Arinda yang tengah duduk bersandar di tempat tidur sambil serius menggambar sesuatu di atas sketch book."Cuma ngegambar kok, Ma."Arinda terus melanjutkan kegiatan yang sejak kecil sudah menjadi hobinya. Maklum, profesi kedua orang tuanya bergelut dengan gambar-menggambar, jadi bakat itu menurun padanya. Saat masih duduk di bangku TK sampai SD, ia selalu menjadi juara lomba menggambar baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar sekolah.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status