All Chapters of Jadi Istri Bos Setelah Ditalak: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Tiga Puluh Satu
Agnia menunggu dengan cemas, ia berulang kali menghubungi Jefri. Akan tetapi tidak ada jawaban dari sang suami. Farha datang menghampirinya karena sejak tadi Agnia menelepon. Farha cemas karena takut kalau Jefri bertemu dengan Bianca.Melihat Jefri datang, Agnia merasa lega. Ia hanya takut terjadi sesuatu dengan suaminya itu. Sementara, Farha menatap tidak suka pada sang adik. Ia menarik Jefri ke luar hotel untuk berbicara.“Jangan macam-macam, Jef. Jangan bilang kamu bertemu dengan Bianca.” Tatapan tajam Farha membuat Jefri merasa tidak nyaman.Jefri bergeming, ia hanya berpikir dari mana sang kakak tahu ia bertemu dengan Bianca hari ini. Tidak penting untuk Farha tahu apa yang ia lakukan. Namun, Farha benar-benar mengintimidasi dirinya.“Ingat, Jef. Jangan pernah memulai bermain api! Satu hal yang kamu harus tahu, pria boleh berengsek sebelum menikah, tapi jangan berengsek setelah menikah. Catat itu sebagai pria dan ayah yang bertanggu
Read more
Tiga puluh dua
Jefri kembali menatap sang istri yang tiba-tiba bersikap begitu tegas. Rasa takut bercampur cemas menyelimuti hati pria itu. Ia takut Agnia marah dan kecewa padanya. Manik mata Agnia mulai berembun kala dia mengingat ucapan Bianca. Suaminya pergi di malam pertamanya walau ia kembali lagi. Akan tetapi, ia tidak menjamin tidak terjadi sesuatu antara mereka.“Kamu marah?” Jefri bertanya seolah-olah ia merasa tidak terjadi hal yang sangat kacau.“Aku nggak marah, hanya kecewa dengan kamu. Sudah kukatakan, jika kamu masih belum bisa melupakan mantan kekasihmu, jangan nikahi aku. Aku tidak mau terluka untuk kedua kalinya.” Anggita menyeka bulir bening di pipi.Perasaan wanita itu hancur seperti sebuah gelas yang jatuh ke lantai. Agnia menatap tajam sang suami dengan dada bergemuruh hebat. Semuanya begitu saja terjadi.“Hei, aku dan dia tidak ada sesuatu lagi. Kemarin aku ke sana karena aku mau menyelesaikan. Sudah itu
Read more
Tiga Puluh Tiga
Fahra begitu marah saat mengetahui kabar yang tengah naik. Saham Gemilang Emas pun langsung turun. Semua itu efek berita panas yang naik dan mengguncang perusahaan. Farha menghampiri Jefri, tapi pria itu tidak ada di tempat. Ia pun berusaha menelepon berulang kali, tapi sang adik tidak menjawabnya.Farha gegas menghubungi temannya yang mengerti tentang foto. Wanita itu menduga jika foto tersebut adalah editan.Jefri tidak lama datang dan mengajak sang kakak masuk ke ruangannya.“Tolong dengarkan penjelasanku.” Jefri sudah paham jika Farha akan mengamuk.“Penjelasan apa? Tentang apa yang kalian lakukan? Gila!” Farha berteriak karena emosi.“Itu editan, tidak mungkin aku melakukan hal buruk di rumah, di kamarku. Lihat,” ujar Jefri sembari memperlihatkan foto syur itu.“Tidak mungkin melakukan itu di rumah, tapi di luar melakukannya?” Farha kembali bicara.Jefri mengusap wajah kasar. Dua wa
Read more
Tiga Puluh Empat
Berita tentang skandal CEO dan artis ternama itu semakin naik saja. Banyak wartawan yang sudah menunggu kedatangan Jefri untuk memberikan penjelasan. Namun, sayangnya pria itu belum mau mengklarifikasi semua berita tersebut.“Om Remon, benar-benar buat aku murka!” Jefri mengeram dengan penuh emosi. Tidak menyangka dibalik semua skandal yang mencuat, dialah orang yang membuat berita itu muncul.“Benar-benar, ya, dia. Bukannya sahamnya juga sedang anjlok, dia banyak berhutang pada investor,” tanya Farha.“Iya, aku dengar seperti itu. Bagaimana bisa Om Remon membayar Bianca atau orang suruhan itu?” Agra mulai curiga dan menduga-duga.Perusahaan Remon berada di ujung kebangkrutan karena ulahnya sendiri. Ia habis-habisan mengeluarkan dana untuk proyek yang tidak menghasilkan. Maka dari itu, dia melakukan banyak cara untuk menutup hutang dengan ingin mengambil alih perusahaan milik Jordi—sang kakak.“Kita t
Read more
Tiga Puluh Lima
Cukup lama Bianca menunggu karyawan bank itu memeriksa hingga akhirnya memanggil namanya. Bianca menghampiri dengan cepat untuk mengambil beberapa uangnya.“Maaf, Mbak. Untuk dana ini tidak bisa dicairkan karena perusahaan Gading Putra milik Pak Remon sedang pailit. Tidak ada yang bisa ditarik.” Karyawan itu menjelaskan.“Setengahnya saja, Mbak, bisa kan? Coba cek ulang, takutnya Mbak salah.” Bianca terus memaksa karyawan itu kembali meneliti.“Maaf, tidak bisa. Mau berulang kali kamu mengeceknya pun hasilnya akan tetap sama. Cek ini tidak bisa dicairkan.Tubuh Bianca lemas seketika, uang bermiliar-miliar yang dijanjikan Remon hanya kebohongan semata. Ia melangkah goyah setelah kembali mencoba karyawan mengecek ulang. Hasilnya tetap sama, cek itu tidak bisa dicairkan. Habis sudah hidupnya, bayangan ke luar negeri pun kandas begitu saja. Karier yang ia bangun harus hancur karena keegoisannya.Bianca gegas ke kantor Remo
Read more
Tiga Puluh Enam
Jefri terduduk lemas setelah menelepon Farha. Pria itu tidak bisa berbicara banyak karena merasa syok dengan kabar kematian Remon juga penyebab kematiannya. Sang istri menghampiri saat melihat wajah Jefri begitu pucat.“Ada apa?” Agnia bertanya pelan.Lidah pria itu begitu kelu untuk berbicara. Perasaannya bercampur aduk dengan berita tentang pembunuhan pamannya oleh Bianca. Jefri bergeming sejenak saat Agnia terus saja bertanya tentang Farha. Dia takut terjadi sesuatu dengan Farha—kakak iparnya.“Ada apa dengan Ka Farha?” Agnia tak sabar hingga mengguncangkan tubuh sang suami.“Farha nggak apa-apa. Tapi, Om Remon—“ Jefri kembali menjeda ucapannya.“Kenapa dengan Om Remon?”“Dia meninggal tertikam oleh—“Agnia semakin penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Gegas ia merampas ponsel Jefri dan melihat pesan masuk dan berita tentang kematian Remon. Agnia menu
Read more
Tiga Puluh Tujuh
Merasa lelah, Jefri pun langsung tertidur saat sampai di rumah. Ia sama sekali tidak menyapa Agnia yang berada di kamar Leon. Pria itu datang, mandi dan terlelap. Agnia mendengar derap langkah saat seseorang memasuki kamar. Ia yakin itu sang suami, tapi Jefri tidak menghampirinya. Agnia menutup tubuh Leon dengan selimut, kemudian gegas pergi ke kamar untuk melihat suaminya. Pria itu begitu lelap tertidur hingga Agnia tidak mau mengganggunya. Ia duduk di samping ranjang sembari menatap wajah Jefri yang begitu jelas sangat lelah.Jefri bergerak, lalu kembali tertidur. Agnia hendak beranjak dari samping ranjang, tapi ia kembali terduduk dan mencoba mendengarkan sang suami mengingau.“Bi—Bi—Bianca!” Jefri terbangun lalu mengusap wajah. Tanpa sadar, ia langsung menoleh ke arah sang istri.Wanita mana yang tidak sakit hati saat sang suami menyebut nama mantan kekasihnya saat ia tertidur. Dada Agnia begitu sesak hingga ia memilih pe
Read more
Tiga Puluh Delapan
Farha belum tenang jika Bianca belum mendapat hukuman yang setimpal. Janda satu anak itu sudah berulang kali mengunjungi penjara dan mendiskusikan masalah pembunuhan sang paman. Belum lagi, ia harus mengurusi beberapa kasus sang adik. Sejak kejadian yang menimpanya, Jefri dan Agnia memutuskan untuk pergi bulan madu ke luar negeri dan menitipkan anak mereka pada kakek dan neneknya.Farha menyeruput milk shake yang ia pesan tadi. Duduk santai di kafe adalah hal yang paling ia suka untuk menghilangkan penat sembari menikmati beberapa makanan kesukaannya.“Bu Farha.”Farha menoleh sesaat kala ia mendengar seseorang memanggil namanya. Wajah wanita itu menjadi semringah melihat Agra datang menyapa.“Hai, kok bisa ketemu di sini?” tanya Farha.“Kebetulan habis diskusi dengan pengacara, suntuk kalau di kantor. Bu Farha sendiri, kok bisa ada di sini, sama siapa?” Agra bertanya sembari memerhatikan sekeliling.Farha
Read more
Dua Puluh Sembilan
Farha menyambut pelukan Agnia, rasanya hanya dua Minggu saja seperti bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Kedua wanita itu kembali tertawa memikirkan betapa lebainya mereka saat ini. Agnia lalu gegas menemui sang anak yang sedang bermain dengan ibunya.Leon berlari dan memeluk sang ibu. Begitu juga Agnia yang menyambut sang anak ke dalam pelukannya. Yang paling dirindukannya adalah anak laki-lakinya yang selalu membuatnya sangat rindu.“Leon nggak kangen sama papa?” Jefri menghampiri sang anak yang berada di pelukan Agnia. Leon pun berpindah dan berada di pelukan sang ayah. Kembali cium sayang membasahi pipi merah anak laki-laki itu.Kepulangan Agnia dan Jefri di sambut bahagia kedua orang tuanya. Oleh-oleh pun sudah disiapkan keduanya untuk orang-orang terkasih. Terutama anak mereka yang sangat dirindukan sepanjang bulan madu.“Jef, Papa mau bicara.” Jordi mengajak sang anak masuk ke ruang kerjanya.Jefri berpamitan pada Ag
Read more
Empat Puluh
Setelah menerima pesan masuk dari Agnia, Jefri gegas pulang dan menemui sang istri yang mungkin saat ini sedang kacau. Benar dugaannya, Agnia duduk dengan wajah penuh air mata.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Jefri saat menghampiri sang istri.“Kamu bilang tidak ada apa-apa?” Agnia mulai meninggikan suaranya.Jefri langsung memeluk Agnia, tapi sang istri menolaknya. Agnia meminta untuk sang suami jangan mendekatinya. Emosi memuncak saat menerima foto dari orang yang tak dikenalnya.“Untuk apa kamu menemuinya?” Agnia bertanya dengan napas memburu.“Aku hanya sedikit berbicara, tidak ada hal yang bisa membuat aku kembali padanya. Kamu tenang saja, Sayang.” Jefri mencoba menenangkan sang istri.Agnia masih sangat kecewa dengan sang suami karena janji Jefri tak ditepatinya. Pria itu menemui Bianca karena merasa iba dan bersalah. Namun, ia tidak memikirkan hal nanti yang akan diterimanya. Agnia cemburu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status