Semua Bab ISTRI KEDUA CEO: Bab 11 - Bab 20
99 Bab
Tespack dan Lingerie untuk Yumna
What! Ke Bali dengan Yumna?Duh, kenapa semua jadi serba kebetulan gini? Atau memang Yumna mengaturnya? Ah, tidak mungkin. Dia bahkan mencintai pria lain dan terkejut begitu."Bukannya Devian sudah memberitahumu? Dia yang bilang waktu aku memergoki tiket bulan madu kalian tadi." Mama berucap.Lho, lho. Kok jadi aku? Gimana, sih? Aku cuma iseng bilang itu tiket bulan madu ke Bali. Tapi tak bilang mau bulan madu dengan Yumna. Dalam waktu dekat pula. Lagian mana bisa aku beralibi sepintar perempuan itu?"Ohya, Mas Devian sudah bilang di telepon tadi. Tapi saya tidak begitu jelas. Hehe." Yumna menyahut. Aku tentu saja melotot padanya. Apa iya aku mengatakan itu? Aku hanya memintanya pulang. Atau aku yang tak sadar mengatakan itu.Duh, jadi sebenarnya Yumna yang pikun atau aku yang terlalu banyak pikiran sampai tak sadar mengucapkan sesuatu yang penting?Mama mertuanya itu tersenyum, terlihat lebih tulus dari sebelumnya. Sepertinya Yumna benar-benar berhasil merebut hati Mama. "Kaku sekali
Baca selengkapnya
Kamar Hotel
Skip buat -16 (Tulisan Saru) "Siapa?" tanya Raga penasaran. Aku tersenyum pada pria itu sekilas lalu kembali melihat pesan Alina."Menurutmu?""Kalau wajah lo kebelet pipis gitu, biasanya dari Bianca.""Njir! Kebelet pipis?" Kugeleng-gelengkan kepala, mendengar umpatan sahabatku tersebut. Sungguh ceplas-ceplos, yang meski ada benarnya. Hal itu tak patut diucapkan pada CEO tampan dan berwibawa sepertiku."Ini ... sekretaris gue yang cantik. Yah, lo tau lah. Dia sedang ngehibur gue.""Hemh. Tapi sejak kapan lo perlu dihibur?""Sejak gue sadar, ingin dicintai.""Ck. Memangnya lo pria kesepian? Lo udah punya dua istri, Bro!" Raga menyulut rokok dan menghisapnya. Hal yang ia lakukan saat santai begini. Karena di kantor jarang sekali pria itu bisa melakukan kegemarannya tersebut, mungkin saat di luar seperti inilah kesempatan Raga memuaskan hobbynya itu."Gue cuma pria menyedihkan, mencintai Bianca dan doi memilih pergi. Menikah lagi dengan perempuan bernama Yumna, dan gadis itu terlihat
Baca selengkapnya
Penawaran Baru untuk Yumna
"Yumna, katakan padaku bagaimana caramu membuatkan banyak anak untuk orangtuaku?""Apa?" Yumna terkejut. Tanpa babibu aku bertanya hal aneh yang aku sendiri bahkan tidak menganggapnya serius.Yumna tertegun beberapa saat. Tampaknya ia gugup, sampai bingung memilih kata-kata. Sebagai orang dewasa tentu saja aku tahu bagaimana cara manusia berkembang biak dan proses terbentuknya seorang anak. Hanya saja sekarang aku merasa perlu bersikap bodoh, dan menggodanya.Mengingat dia mengatakan padaku tadi pagi, bahwa Devian seorang pria yang tak normal. Heh! Yumna tak tahu sedang berhadapan dengan siapa?Apa perlu aku membuktikan padanya sekarang?Aku senang memanfaatkan sebuah kejadian. Sejak kejadian di mobil tadi membuatnya kembali canggung di depanku."Em, em, e ... i-itu, Tuan ...." Bibir mungil Yumna tergagap. Ucapannya belum selesai, karena ponselku tiba-tiba saja bergetar.Argh! Sial! Mengganggu saja!Di saat yang sama, wanita yang mengenakan kerudung sedada itu mendesah, ia selamat dar
Baca selengkapnya
Aku Mencintainya?
Apa yang Yumna lakukan? Kenapa dia mengikutiku? Kudorong tubuh Alina agar ada jeda lebih di antara kami. Yumna pasti salah paham sekarang.Baru akan menjauh, menyusul Yumna, suara tamparan keras terdengar dari arah Alina.Melihat pegawaiku ditampar, aku menoleh melihat siapa pelakunya. "Ma, ada apa?!" tanyaku heran. "Dasar jalang tidak tau malu! Beraninya kamu menggoda suami orang dengan bermesraan di tempat seperti ini!" maki Nyonya Adiwijaya mengacung-acungkan telunjuk pada sekretaris CEO yang meringis menahan sakit dan tampak malu.Semua di luar ekspektasi, mungkin niat Alina sejak awal ingin membuat Yumna marah, cemburu. Tapi upayanya justru kepergok Mama dan menimbulkan masalah lebih baginya. Bukan hanya hati, kini jasadnya merasai sakit karena tamparan keras itu. "Kamu!" Pandangan Nyonya besar beralih padaku. "Bagaimana bisa kamu berciuman dengan pegawaimu?! Di depan istrimu!" Wanita yang tengah dikuasai amarah itu mengarahkan telunjuk ke arah kamar di mana Yumna berada, hin
Baca selengkapnya
Malam Pertama
Obrolan Alina dan Bianca berlanjut dengan chat. Tak cukup hanya bicara. Karena yang mereka obrolkan bukanlah hal kecil. Sesampainya di kamar, Alina tidak membuang kesempatan menumpahkan kekesalan pada partnernya itu. Mengingat istri Devian tersebut jarang menyalakan ponsel. Maka, ketika ponsel wanita itu menyala seperti sekarang, Alina harus benar-benar memanfaatkannya.[Jujur saja! Kamu pasti sudah tidur dengan Devian bukan?!!! 😠] Alina mengirim pesan. Ia sangat marah. Merasa dibohongi oleh Bianca. Jika memang keduanya belum pernah tidur bersama, harusnya Devian bisa menerimanya.Tak lama, Bianca membalasnya pesan yang menurutnya aneh dari Alina.[Ayolah, emot apa itu? 🙄Itu tidak mungkin. Kamu tau siapa aku. Sudah 10 tahun kita bersama.]Alina mengirim chat balasan kembali.[Lalu kenapa dia tidur dengan Yumna dan mengabaikanku?][Sudahlah! Tenangkan dirimu. Aku akan mematikan ponsel sekarang.] Bianca yang nyatanya lebih bersikap dewasa, memilih mengakhiri percakapan mereka. Tidak
Baca selengkapnya
Fokus Saja Padaku
Kunaikkan sebelah bibir. Menatap pantulan bayangan pria tampan dalam cermin hotel yang besar. Bayanganku sendiri. Lalu mencuri pandang beberapa kali pada Yumna. Tampaknya dia tengah pura-pura tak melihat. Malu barangkali, membayangkan apa yang terjadi sebelumnya di kamar mandi.Di sini, aku sengaja memasang dasi dengan sangat lama, Yumna yang berada di depan cermin riasnya menyisir rambutnya yang mulai mengering. Berharap wanita itu menoleh dan memberiku perhatian. Entah kenapa aku jadi ingin dimanja begini. Ck."Huft. Pasti akan menyenangkan jika ada istri yang memasangkan dasi," racauku sambil meniup berat. Harusnya dia peka. Karena tak ada respon darinya, aku yang aslinya tak suka merepotkan orang lain dalam hal kecil, kali ini terpaksa menyindirnya.Saat melirik dari ekor mata, pergerakan tangan Yumna melambat, menoleh pada suaminya ini. Tampaknya dia paham, nyatanya perempuan yang tak lagi segan melepas kerudung di hadapanku itu, segera menyelesaikan kesibukannya lalu meletakkan
Baca selengkapnya
Ambisi Ibu Mertua
Alina melempar gelas berisi air putih yang telah diteguk lebih setengah dari isinya. Hingga terdengar suara gelas pecah setelah berbenturan dengan lantai. Kemarahan perempuan berparas ayu itu kian menjadi karena rencananya lagi-lagi gagal. "Brengsek! Katanya profesional, tapi nyatanya gak becus! Kenapa pembunuh amatir minta bayaran puluhan juta jika akhirnya gagal begini." Alina mondar-mandir, menggigit kukunya karena bingung, ia tak berhenti memaki orang suruhannya sedari tadi. Kekesalannya bertambah kali lipat saat Bianca beberapa kali gagal dihubungi. Ia tahu, kali ini gilirannya akan mendapatkan makian dari teman dekatnya itu. "Ayo Alina, kamu gadis cerdas. Kamu harus segera keluar dari masalah ini." Kini dua tangannya memegangi kepala. Merasa frustasi, ia menyambar jaket cardingan dan menanggalkan rok mininya berganti celana jeans panjang. Mengenakan masker, pergi menuju suatu tempat. ***"Hem, sedang apa mereka?" Nyonya Adiwijaya melihat kerumunan banyak orang dan kedatanga
Baca selengkapnya
Jangan Menangis
"Pulanglah Yumna!" titah mama mertua. Yumna lemas dan terduduk, ia melebarkan mata mendengar perintah itu. Yang ditakutkan terjadi, Nyonya Adiwijaya akan memisahkannya dengan Devian. Tidak menjawab, ia menggeleng. Mencoba bertahan. Tidak ingin saat Devian bangun, dirinya tak berada di sisi suami. Nyonya Adiwijaya tersenyum miring. "Dasar bodoh. Aku tau sejak awal kamu gadis bandel! Itu kenapa aku memilihmu."Yumna yang bergeming sontak mendongak melihat pada mertua, matanya yang basah menyipit. Mencoba menerka apa yang dimaksud sang mama. "Ah, lupakan! Aku suka melantur saat kalut seperti ini."Nyonya Adiwijaya menyeka airmata lalu duduk di samping Yumna. Ia yang tengah bersikap kasar melirik pada seorang wanita yang tak jauh dari tempatnya.Satu sudut bibir Nyonya besar itu terangkat. Wanita itu memang tengah sedih dan terluka karena anak semata wayangnya terbaring di ruang ICU, tapi sebagai wanita yang punya posisi penting, istri Adiwijaya itu tidak boleh lengah dan tetap mendahu
Baca selengkapnya
Mas Ndev Sayang
"Tu-tuan sudah sadar?" Mata yang basah dibanjiri lelehan bening itu membulat. Ia terkejut sekaligus sangat senang, Devian bangun. Ingin sekali ia memeluk, tapi enggan. Tidak menjawab, CEO itu menepuk dadanya dengan sedikit tersenyum. Memberi isyarat agar Yumna meletakkan kepala di sana. Tidak berpikir panjang Yumna memeluknya erat, meletakkan kepala yang terbalut khimar dengan pasrah. Tangisnya kembali pecah. Devian membiarkannya sampai wanita itu merasa puas, hal yang sama saat pertama kali ia memeluknya. Waktu terjeda beberapa saat hingga Devian memecahnya. "Teruskan sampai kamu puas, siapa tau kita bisa mengulang apa yang kita lalui kemarin lusa." Devian mengucap pelan. Mendengar itu Yumna sontak mendongak menarik kepalanya duduk ke posisi semula. "Apa?""Hemh." Devian tersenyum menggoda. "Kamu suka sekali menangis, Yumna. Akhir-akhir ini kamu terus menangis. Meski aku bisa memanfaatkan kesempatan saat kamu menangis di pelukanku, tapi aku lebih suka kamu judes dan tertawa lepa
Baca selengkapnya
Kehadiran Seorang Ratu
Yumna yang memegangi ranjang tempat Devian, takjub dengan pemandangan di hadapan mereka. "Apa ini legal Tuan?""Hemh, kamu memanggilku tuan lagi." Devian tersenyum masam. Namun, Yumna tak menoleh sedikit pun ke arahnya. "Hei!" seru pria itu. Yumna tersentak karenanya. "Ayo, sampai kapan kita di sini? Bahan bakar sekarang mahal," sambung Devian lagi, meminta Yumna agar segera mendorongnya mendekat pada benda yang akan membawa mereka. Saat keduanya berhasil masuk dengan dibantu beberapa anak buah Devian, dan bersiap untuk menutup pintu kabin, seseorang datang mengejutkan mereka. "Mas Dev!" Seorang wanita berteriak memanggil, rambut panjangnya yang ikal berhamburan ke sana ke mari karena terpaan angin di atas gedung. Devian sangat syok dengan kedatangan wanita itu. "Bianca?"Begitu pun Yumna ia melihat sosok istri pertama Devian dengan tak percaya.Tatkala mata Bianca menangkap sosok Yumna yang tengah duduk begitu dekat dengan Devian, senyumnya seketika hilang.'What?! Bukannya Al
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status