Lahat ng Kabanata ng Dikejar Cinta Human Resource Manufacturing: Kabanata 31 - Kabanata 40
102 Kabanata
31. Merasa Direndahkan
Pukul 17.00 sore, Ileana dan Jian berjalan beriringan. Mereka berencana untuk pulang bersama. Sejujurnya, Jian yang memaksa karena ia tidak ingin Ileana terlalu lama menunggu angkutan umum. Ileana hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan Jian.Saat kaki mereka melangkah menuju lobi, mereka disambut oleh beberapa karyawan di sana. Para karyawan tengah berkumpul dan melempar tatapan sinis hanya kepada Ileana saja."Ada apa nih?" tanya Jian."Ji, kamu jangan dekat-dekat sama pelakor deh. Dia itu murahan, munafik lagi," celetuk salah satu dari karyawan di sana."Iya, bener tuh," sahut yang lain kompak.Jian mengernyit heran. "Kalian tuh dengar gosip darimana sih? Jangan asal tuduh sembarangan. Kalian bisa aku laporin loh. Menuduh tanpa bukti.""Ada kok buktinya!""Mana? Coba tunjukin," tantang Jian dengan ekspresi kesalnya.Semua karyawan itu terdiam. Mereka tidak bisa memberikan bukti apapun. Jian lantas mendecih pelan. Menatap semua karyawan dengan sinis."Kalau nggak ada bukti, jangan
Magbasa pa
32. Semakin Runyam
Sesampainya di rumah, Ileana mempersilahkan Jian untuk duduk di kursi teras. Ileana terduduk lemas di kursi sambil meneteskan air mata. Tubuhnya sudah sangat bau karena telur busuk yang dilemparkan kepadanya. Tanpa disadari, Ileana sudah menangis. Menumpahkan rasa sakit dan pahit yang disebabkan oleh ulah Naura.Jian merasa prihatin melihat Ileana. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. Hanya ada suara isak tangis dari Ileana yang memecah keheningan di antara mereka."Mereka jahat. Jahat banget," gumam Ileana lirih. "Apa salah gue?""Lo nggak salah, Ilea," jawab Jian.Ileana semakin terisak. Ia tak malu lagi menangis di depan Jian. Baginya, Jian sudah seperti saudaranya sendiri. Hanya pria itu yang selalu mengerti keadaannya."Ilea, jangan nangis," ucap Jian lagi sambil mengusap punggung tangan Ileana yang terletak di atas meja kecil. "Semuanya bakal baik-baik aja. Suatu saat, mereka bakal kena karmanya. Lo harus percaya itu.""Gue nggak sanggup, Ji. Gue udah capek kali ini."
Magbasa pa
33. Alasan Davie
Keesokan harinya, tepat pukul 08.00 pagi, Ileana tiba di perusahaan terkutuk itu sambil membawa sebuah amplop putih di tangan kanannya. Ia bahkan hanya memakai kaos putih polos dan jeans biru serta sepasang sepatu converse hitam liris putih. Tak lupa, kemeja kotak-kotak berwarna hitam ia ikatkan di pinggangnya.Ileana mengabaikan tatapan para karyawan yang telah ikut merendahkannya kemarin sore. Tujuannya kali ini hanya untuk bertemu dengan Davie.Pintu ruangan Davie diketuk sampai akhirnya suara dari dalam memintanya untuk masuk. Setelah berada di dalam, Ileana segera menghampiri meja kerja Davie dan menyerahkan amplop putih itu.Davie menatap amplop itu sejenak, lalu beralih menatap Ileana sambil bertanya, "Apa ini?""Surat pengunduran diri.""Apa maksud kamu?""Apa kamu tuli? Apa perlu aku ulangi lagi? Itu surat pengunduran diri," ucap Ileana sarkas.Davie mendorong amplop itu ke arah Ileana. "Saya nggak terima surat pengunduran diri ini. Kamu nggak bisa keluar dari sini.""Kenapa?
Magbasa pa
34. Bertemu di Taman
Davie berjalan menuju ruang engineer. Tujuannya saat ini memastikan apakah Ileana tetap bekerja hari ini atau tidak. Ia membuka pintu ruangan tersebut, namun tidak ada siapapun di sana."Oh, mungkin lagi di ruang produksi kali," gumamnya lalu beranjak pergi menuju ruang produksi.Saat Davie memasuki ruang produksi, para engineer di sana langsung menunduk hormat padanya. Mereka menatap Davie dengan heran. Pasalnya Davie tidak fokus pada mereka dan terlihat celingukan mencari seseorang.Salah satu kepala engineer di sana menghampiri Davie. "Maaf, Pak, cari siapa?""Oh," Davie berdeham sejenak lalu melanjutkan ucapannya, "...saya cari Ileana. Dia kemana? Saya ada perlu sama dia.""Hari ini, Ilea izin nggak masuk, Pak. Tadi sempat ketemu saya."Davie mengangguk paham. "Terus, Jian kemana? Kok dia juga nggak ada?""Kalau Jian saya nggak tahu, Pak. Soalnya dia nggak ada ngasih info ke saya dari pagi. Padahal kerjaan lumayan banyak hari ini. Kemarin ada catatan dari Ilea soal mesin produksi
Magbasa pa
35. Hari yang Ditunggu
"Aku juga mikir gitu."Ileana masih diam, menunggu kalimat Davie selanjutnya. Wanita itu menatap Davie dengan saksama. "Aku berharap bisa ungkap semuanya besok. Aku mau lihat gimana reaksi Papa. Selama ini, aku selalu nurutin apa kata Papa. Tapi kali ini, aku bakal buat Papa sadar kalau tindakan dia itu bodoh," lanjut Davie."Aku doain semoga semuanya cepat selesai," ucap Ileana.Davie tersenyum lalu mengusap rambut Ileana dengan lembut. "Makasih ya doanya. Tapi, ada satu hal yang harus kamu tahu, Ilea.""Apa itu?""Kemungkinan perusahaan Papa bakalan bangkrut. Aku jatuh miskin dan pasti semua harta Papa diambil alih."Ileana sedikit terkejut mendengar pernyataan Davie. "Separah itu?""Iya. Tapi itu masih dugaan sementara. Aku juga nggak tahu gimana nantinya. Semoga aja, itu nggak beneran terjadi," ujar Davie."Kita doa yang baik-baik aja. Jangan mikir yang negatif dulu."
Magbasa pa
36. Kenyataan yang Mencengangkan
Terlihat Dimas naik ke atas pentas sambil membawa sepasang cincin pertunangan. Jian pun kembali berbisik, "Lihat tuh si Dimas. Caper banget sama Pak Khairil.""Iya, Ji. Gue jadi ilfeel sama dia.""Sama, gue juga."Saat Davie hendak menyematkan cincin di jari manis Naura, tiba-tiba saja Davie berkata, "Sebelum saya pasangkan cincin ini, ada baiknya kita lihat video sebentar."Davie mengisyaratkan sesuatu pada seseorang yang berada di dekatnya. Seseorang itu adalah detektif sewaan Davie. Video pun diputar dan semua orang terkejut melihatnya."Davie, apa-apaan ini?!" teriak Khairil.Davie hanya tersenyum sinis dan terus melihat video itu. Sebuah video berdurasi singkat, sekitar 1 menit. Di dalam video itu terlihat Khairil tengah bersenggama dengan Naura di salah satu hotel dan rekaman itu terjadi seminggu sebelum Annisa ditemukan tewas terbunuh."Davie, tolong matikan videonya," pinta Naur
Magbasa pa
37. Kilas Balik (Bagian 1)
Waktu itu, Davie marah besar karena Khairil menjodohkannya dengan Naura. Ia tidak suka dengan wanita itu, namun dipaksa untuk menikahinya. Entah ada unsur apa sampai-sampai Khairil terus memaksanya.Saat Davie berdiam diri di kamar, ia menghubungi detektif sewaannya untuk membahas masalah ini. Ada banyak solusi yang diberikan oleh detektif itu."Kalau mereka licik, kita harus lebih licik lagi supaya semuanya terbongkar." Begitulah ucapan si detektif pada Davie via telepon."Tapi, gimana caranya?""Cukup ikuti sandiwara mereka.""Maksudnya, pura-pura setuju sama perjodohan itu?""Iya.""Memangnya nggak ada cara lain?""Ada sih. Tapi harus culik si Naura dan paksa dia buat mengakui semuanya.""Itu nggak mungkin dong. Bisa ketahuan sama Papa.""Makanya solusi pertama yang lebih tepat. Kita harus lakuin itu. Semua yang terlibat harus kita selidiki diam-diam.""Oke, kita pakai rencana pertama."Setelah selesai menghubungi detektif itu, Davie keluar dari kamar, berencana untuk menyatakan ba
Magbasa pa
38. Kilas Balik (Bagian 2)
Untuk mencari bukti-bukti tentang kejahatan Khairil, Davie menyerahkan semuanya pada Karina dan anak buahnya. Disaat ada kesempatan, Davie langsung menghubungi Karina. Seperti mencari rekaman video di dash cam mobil milik Khairil. Kebetulan Davie mengajak Khairil dan Naura untuk makan malam bersama di luar. Mereka pergi menggunakan mobil Davie.Sebelumnya, Davie sudah memberitahu rencana itu pada Karina dan memintanya bersiap di sekitar area perumahan elit itu. Karina menyetujui ide brilian Davie."Tumben kamu ngajak Papa juga. Harusnya kan kamu makan berdua aja sama Naura. Biar lebih romantis.""Ya aku emang lagi pengen aja ngajak Papa. Kalau makan berdua nggak seru.""Oh, gitu." Khairil tampak manggut-manggut sambil melirik sekilas ke arah Naura yang begitu cantik di matanya. Naura juga terlihat mencuri kesempatan untuk melirik Khairil yang duduk di kursi belakang sambil tersenyum simpul.Sayangnya, Davie tidak melihat keanehan itu. Ia tetap fokus menyetir karena jalanan cukup ramai
Magbasa pa
39. Kilas Balik (Bagian 3)
Keesokan harinya, Davie berhasil mengambil hasil rekaman kamera tersembunyi dan rekaman suara. Kebetulan Khairil dan Naura sedang tidak berada di rumah. Sejak pagi, Davie sengaja tidak keluar dari kamar untuk melanjutkan rencana berikutnya.Sebelum mengambil rekaman itu, Davie memastikan terlebih dulu, apakah semuanya sudah pergi atau belum. Setelah semuanya aman, barulah Davie melancarkan aksinya.File hasil rekaman itu ia pindahkan ke dalam iPad miliknya, kemudian kembali mengamankan alat-alat perekam itu ke tempat semula. Selama seminggu ini, Davie akan terus mencari bukti-bukti yang lebih banyak lagi.Rekaman suara diputar. Davie berusaha menguatkan mental untuk mendengarkan percakapan dua pengkhianat itu."Om, si Davie kok bego banget ya. Masa dia nggak curiga gitu sama kita."Davie bisa mendengar dengan jelas suara Khairil saat tertawa. "Ya emang dia bego. Begonya dia sama kayak Mamanya.""Oh, pantesan. Ternyata turunan ya."Davie mengepalkan tangannya saat Naura dan Khairil men
Magbasa pa
40. Dilamar
Setelah semua kekacauan berakhir, kini para tamu undangan mulai pergi satu per satu dari lokasi pertunangan tersebut. Hanya menyisakan beberapa investor, Ileana, Jian dan Karina. Kini, Davie harus dihadapkan dengan ujian lain.Beberapa investor yang tersisa di sana menyatakan untuk mengakhiri kontrak kerjasama dan akan menarik semua saham mereka. Davie sudah menduga hal ini akan terjadi."Maaf, Pak Davie. Karena di sini Bapak termasuk ahli waris Pak Khairil, saya ingin mengakhiri kontrak kerjasama kita. Saya nggak mau perusahaan saya ikutan jelek karena berita buruk ini. Saya mohon maaf karena memutuskan secara mendadak," ucap salah satu investor."Saya juga, Pak Davie. Kita semua tahu, yang salah bukan Pak Davie. Tapi kami takut terkena dampak dari kasus ini," lanjut yang lain.Davie mengangguk paham. Ia tidak mungkin memaksa para investor itu untuk tetap mempertahankan saham di perusahaan milik Khairil."Baik, Pak. Besok, mohon datang ke kantor untuk membahas masalah ini ya," pinta
Magbasa pa
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status