Semua Bab 7 TAHUN SETELAH MENJANDA: Bab 31 - Bab 40
204 Bab
Bab 17C
Terdengar suara bariton yang tiba-tiba mengusik perhatian dan pandangannya. Muak mendengar kalimat yang terkesan sok mengatur, Hana pun berbalik badan dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa menanggapinya. Pria itu mengikutinya. "Han, aku bertanya dan butuh kejelasan dari kamu. Kamu tahu, kini aku kembali dan mau minta maaf. Jadi, aku mohon, dengarkan dulu penjelasanku ...."Kalimat itu terpotong begitu saja saat Hana pun melontarkan kalimat yang mematahkan kepingan hatinya. "Maaf mungkin Anda salah orang. Jadi tolong jangan menjadi pengganggu hidupku. Kita tidak saling kenal." Dia berlalu dan tak menghiraukan bagaimana mimik pria yang terus mengekorinya. "Han, beri aku kesempatan, jangan begini caranya menghindari aku. Sudah empat tahun aku mencari keberadaanmu dan kini aku senang bisa menemuimu lagi. Dan kurasa kamu cukup pintar untuk menangkap maksudku."Sejurus itu, Hana berbalik dan menampilkan tatapan melotot dengan raut api kebe
Baca selengkapnya
Bab 18A
"Mana uangnya?"Pertanyaan yang tidak ingin didengar pun terucapkan oleh orang itu untuk kesekian kali. Telinga Hana berdengung kala mendengar bentakan pria yang ada di hadapannya sekarang."Maaf, Bang. Uangnya belum terkumpul. Tapi aku janji kalau sudah ada, aku akan lunasi semuanya." Dengan nada sedikit bergetar, Hana berusaha terlihat baik-baik saja karena dirinya tidak mau dicap lemah. Ia ingin tampak kuat agar pria itu tidak mem-bully-nya lagi."HALAH, alasan saja kau ini! Sudah hampir satu tahun kalian tinggal gratis. Janjinya mau bayar tapi apa? Baru seuprit saja. Kayaknya kalian tidak bisa tinggal di sini lagi sekarang. Mending aku sewakan ke orang lain biar ada untungnya."Pria itu memukul pintu berkali-kali membuat jantung Hana nyaris lompat dari rongganya. Kaget dan perasaan ngeri pun tiba seketika. Tidak ada yang ditakutkan seumur hidupnya, ia wanita tangguh dan kuat. Namun, jika sudah menyangkut keterancaman hidup keluarganya, ia akan
Baca selengkapnya
Bab 18B
Mahendra adalah satu-satunya putra yang hidup bergemilang harta. Orangtuanya merupakan pemilik perusahaan minuman yang terkenal di Nusantara sedangkan orangtua Hana hanyalah seorang pedagang bubur jalanan dan ibunya tukang kue yang menitipkan barang dagangannya dari satu pasar ke pasar lain. Jomplang memang. Namun, atas nama cinta, Mahendra tidak pernah mempermasalahkan perbedaaan yang terlihat sangat jelas. Rasa cinta yang besar membuat pria ambisius itu ingin memilikinya dengan cara yang salah sehingga tidak sengaja menitipkan benih ke rahim Hana.Namun, niat menikahi sang pacar bukan hanya di bibir saja. Dia akan menunaikan janjinya jika sudah merasa mapan dengan jabatan direktur. Dia tidak ingin kehidupan Hana serba kekurangan seperti yang dirasakan Hana sekarang.Bagi Mahendra, tidaklah sulit mendapatkan wanita untuk dijadikan pendamping hidup. Lihat saja dirinya yang tampan, mapan, tubuh yang sempurna dan kepribadian tegas. Jelas semua kelebihan kau
Baca selengkapnya
Bab 19A
Setelah sekian menit mendesak kedua sahabat Hana beberapa kali, Mahendra gagal untuk kedua kalinya membujuk agar mereka mau membuka mulut. Tidak ada kabar yang dia dapatkan di sana. Kedua wanita itu memilih bungkam dan tak memberitahu apapun tentang kehidupan Hana sejak kepergiannya.Bagaimana Hana menjalankan semuanya? Siapa sosok Arsenio dan Kai? Bagaimana kelanjutan kuliah Hana pun, Mahendra masih meraba-raba. Mereka, sahabat Hana yang bisa diandalkan, memihak pada Hana dan tidak sedikitpun berniat menghianatinya.Mungkin tadinya Hana berpikir bahwa kedua sahabatnyalah yang memberitahu pria itu di mana keberadaannya. Ternyata, bukan.Tadinya, Mahendra bertanya keberadaan Hana kepada Annisa dan Laina. Mereka memang bergeming. Tentu, Mahendra tidak tinggal diam dan punya cara bagaimana mendapatkan alamat rumah Hana.Kedua wanita itu tidak tahu kalau Mahendra memberi titah kepada si supir, Pak Dadang untuk mengikuti mereka saat mengendarai motor,
Baca selengkapnya
Bab 19B
"Maaf, Pak. Tolong jangan mempersulit saya! Saya harus bertanggungjawab atas Kai dan memastikan Kai sampai di rumah dengan selamat.""Iya, nanti akan saya antar ....""Maaf, Pak. Saya tidak bisa."Tak ingin berdebat, Mang Udin menyudahi percakapan dengan menunduk hormat, memberi kode agar Mahendra mengerti maksudnya. Lalu, si tukang ojek itu menarik tangan Kai.Melihat sikap tanggung jawabtersebut, Mahendra merasa tidak punya pilihan lain selain menyerah. Dia pun tak mau membuat Hana kesal karena mengajak Kai menghabiskan waktu istirahat tanpa sepengetahuannya.Selain itu, dia merasa salut dan mengacungkan jempol dengan kegigihan yang dimiliki sang tukang ojeg untuk menjaga Kai. Dalam hati, ia pun tersenyum lega.***"Bro, siapa nama lengkap cewekmu itu? Kamu tahu?"Berdiri sambil menyelipkan satu tangan ke saku, Aldo memasang wajah serius bertanya saat mereka sudah berada di ruangan Mahendra. Satu tangan A
Baca selengkapnya
Bab 19C
Masih belum puas, Pak Bambang terus melempar protes. Ia tak tahu jalan pikiran Mahendra. Ia tak percaya seorang direktur yang selalu disegani dan bersikap dingin akan memperlakukan calon karyawan itu dengan sangat spesial. "Kerjakan sesuai yang aku berikan, jangan bertanya lagi. Semua risiko akan saya tanggung dan aku tidak akan melibatkanmu. Jadi, lakukan saja apa yang sudah aku putuskan."Tegas, Mahendra menutup perdebatan dengan elegan."Baik, Pak.""Oh, ya, lakukan interview besok. Kamu hubungi dia sekarang dan besok juga dia sudah harus ada di sini. Dan pastikan dia menerima tawaran itu. Kamu paham?""Apa tak terkesan buru-buru, Pak?""Lebih cepat lebih bagus. Bila mungkin juga, tadinya saya mau sore ini dia sudah mulai bekerja di sini.""Tapi sepertinya sulit jika harus besok. Saya khawatir wanita itu akan menolak menerima tawaran pekerjaaan ini. Lantaran saya baca isi kontrak kerja ini ....""Pakai kemam
Baca selengkapnya
Bab 20A
"Maaf, Pak. Kalau saya lancang. Tapi saya butuh uang itu sekarang untuk menyelamatkan anak dan ibu saya. Tapi saya janji akan bekerja dengan baik. Lembur pun akan saya lakukan untuk membayar pinjaman saya."Hana terpaksa melelangkan harga diri untuk mempertahankan rumah kontrakannya. Istri Bang Togar mengamuk dan memaki ibu sehingga wanita senja itu tertekan dan langsung menghubungi Hana beberapa kali. Meski ibu tahu putrinya sedang menjalankan interview panggilan kerja."Saya tidak bisa memberi wewenang itu sendiri, Bu Hana. Anda belum kerja sedetik pun di perusahaan kami tetapi Anda sudah mengajukan pinjaman. Sungguh, Anda sangat berani."Sang HR menggeleng dengan senyuman tipis di bawah kumis tebalnya. Tadinya ia menduga kalau Hana pasti ada hubungan pribadi dengan atasannya. Pasalnya dengan hanya berbekal ijasah SMA, Hana bisa mendapat posisi khusus. Bahkan, ia disuruh oleh atasannya, harus berhasil membuat wanita itu mau bekerja di perusahaan minuman yang sudah
Baca selengkapnya
Bab 20B
To the point ia mengutarakan keinginannya. Tadi ibu mengatakan istri Bang Togar akan datang lagi sore ini untuk menagih utangnya. Jika uang tersebut belum dia dapatkan, siap-siap mereka berkemas dan mengangkat kaki dari tempat tersebut.Tak berkata apapun, Pak Bambang mengangguk menyetujuinya. Lalu, tanpa berpikir panjang lagi, ia mengambil pulpen dan membubuhi tanda tangan. Wajah ibu dan Kai memenuhi pikirannya, itulah yang menyebabkan dia terpaksa menerima posisi tersebut dengan syarat yang tak masuk di akalnya. Kontrak kerja dengan masa yang akan ditentukan atasannya. Siapa memangnya atasan itu? Dia saja belum pernah melihatnya."Selamat bergabung dan bekerja di perusahaan kami. Semoga Bu Hana betah dan bisa bekerjasama dengan karyawan lain."Sebuah uluran tangan hangat dari Pak Bambang dan Hana menyambutnya. Pemilik tubuh sedikit gendut itu lega karena tugas yang diberikan sudah terselesaikan dengan baik yaitu membuat Hana menerima pekerjaan yang sudah
Baca selengkapnya
Bab 20C
Baru saja Kai dan Mahendra berhenti di depan dua anak lain, mereka mendapatkan serangan aksara yang sangat memilukan hati Mahendra. Bagaimana bocah seperti mereka sudah mengerti kalimat bully-an seperti itu? Namun, jika diperhatikan dengan seksama, umur mereka sedikit berbeda dengan umur Kai. Bisa dilihat dari wajah dan ukuran tubuhnya."Ini dia orangnya. Papa yang selama ini aku ceritakan ke kalian. Papaku baru pulang dari luar negri seminggu yang lalu. Jika kalian masih belum percaya, kalian bisa tanyakan langsung kepada papaku." Kai membalas ocehan mereka sambil menunjuk Mahendra dengan tangan masih menggenggam jemari Mahendra yang jauh lebih besar dari miliknya. Mahendra masih diam menyimak apa yang diinginkan ketiga anak tersebut."Ah, kami tak percaya. Kau kira kami bodoh? Dasar anak haram, ya, tetap anak haram!" Makian itu menyentil hati Mahendra sedangkan bagi Kai, makian itu sudah biasa ia dengar."Hai, anak kecil. Jaga ucapan kalian. Ka
Baca selengkapnya
Bab 21A
"Selamat siang, apa Anda Ibu Hana?"Lelaki itu berjalan dan berhenti tepat di depan kursi, tempat Hana duduk tadi. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menunggu sambutan Hana yang langsung berdiri."Iya, benar, Pak. Saya Hanami Ramadhani."Wanita tersebut menampilkan lesung pipi kiri seraya berjabat tangan dengan pria keriting tersebut. Pria itu pun membuka masker dan menampakkan gigi putih bak model iklan pasta gigi."Perkenalkan, saya Aldo, general manager di perusahaan ini. Maaf karena telah membuat Anda menunggu lama.""Aldo? Kak Aldo?"Jari telunjuk Hana tertuju pada wajah orang yang dipanggil Aldo. Menautkan kedua alis, wanita bergigi ginsul itu mencoba mengembalikan sepenuhnya ingatan tentang lelaki yang sedang mengangguk. Pria itu tidak menjawab tetapi dengan anggukan cukup mengiyakan kalau dugaan Hana adalah benar."Apa kabar, Hana?""Baik, Kak. Kakak kerja di sini juga atau jangan-jangan Kak Aldo adalah ata
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status