All Chapters of Tukar Posisi agar Suamiku Mengerti Kalau....: Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Semakin Menakutkan
“Lepas! Jangan peluk-peluk aku, Bang. Jangan buat aku semakin takut sama Abang!” Mendorong tubuh kekar Bang Damian, tetapi dia begitu erat memeluk diriku.“Biarkan seperti ini, Van. Tolong jangan siksa perasaan Abang. Jangan buat Abang semakin merindukan kamu. Abang sudah tidak sanggup lagi!” racaunya seperti orang sedang dipengaruhi minuman keras, namun aku yakin saat ini laki-laki yang tengah mendekapku tidak dalam keadaan mabuk. Sebab Bang Damian paling anti menenggak minuman haram seperti itu.“Aku mau pulang, Bang. Anak-anak nanti nyariin. Kasian Viera. Dia belum menyusu. Mikayla juga kalo bobok nyariin aku terus. Tolong Abang mengerti. Sekarang ini aku bukan lagi Vani si gadis kecil yang hanya dimiliki oleh Abang. Aku sudah punya anak dan suami. Tolong Abang ngertiin posisi aku.”Dekapan Bang Damian mengendur. Riak wajahnya berubah dan menyiratkan luka yang begitu dalam.Ah, harusnya tadi tidak usah datang kalau tahu akan menjadi sep
Read more
Bercak Darah di Lantai Rumah
“Dia kenapa, Mam? Mas Erlang baik-baik saja kan? Mam, Mami tau nggak? Bang Damian menjadikan suami aku joki tinjunya. Suami aku itu sering banget pulang dengan keadaan babak belur dan setiap ditanya dia tidak mau berbicara. Pasti Abang juga yang mengancam dia. Sekarang, selama aku tinggal di rumah Mami, Mas Erlang sama sekali tidak bisa dihubungi. Nomernya selalu tida aktif dan aku liat rekaman CCTV rumah juga ternyata dia tidak pulang, Mam!” Wajah Mami terlihat syok mendengar apa yang aku ceritakan. Sebenarnya tidak mau membeberkan rahasia ini tapi, aku juga tidak kuat harus menanggung beban sendiri. Biasanya Mami selalu memberikan solusi atas segala masalah yang tengah dihadapi. “Nanti biar Mami ceritakan ke Papi kamu. Kamu tenang saja. Setelah ini pasti Demian tidak akan mengganggu kalian!” “Lagian Abang itu kenapa sih? Selalu saja ngelarang aku dekat-dekat dengan orang lain. Mas Erlang itu kan suami aku, masa iya dia tega ingin menghabisi adik ip
Read more
Ruang ICU
“Mas! Astagfirullah! Kamu kenapa?” teriakku sambil berjalan setengah berlari menghampiri Mas Erlangga yang tengah duduk di lantai bersandar pinggiran ranjang.Laki-laki dengan wajah babak belur serta darah mengalir di pelipis juga hidung itu hanya menatap nanar wajahku. Raut kepedihan terpancar jelas di sorot kedua netranya.“Mas, tolong katakan. Ada apa?” tanyaku lagi sembari mengusap darah yang keluar menggunakan baju yang tengah kukenakan.Hening. Mas Erlangga masih tetap diam dan kini kedua kelopaknya malah terpejam.“Mas, ya Allah!”Buru-buru mengambil gawai, menghubungi ambulans dan juga keluargaku, mengabari tentang keadaan suami dan meminta salah satu dari mereka untuk datang.“Mas, bangun. Kamu kenapa? Apa ini perbuatan Abang? Ya Allah, Mas. Jangan buat aku takut. Bangun, Sayang. Liat anak-anak kita masih kecil-kecil. Aku juga lagi hamil ‘kan?” Mengusap pipi Mas Erlangga membersihkan darah yang mulai mengerin
Read more
Curiga
Alisku bertaut hingga hampir menyatu satu sama lain, karena closed circuit television di rumah tidak dapat merekam video. Sepertinya ada yang sengaja merusaknya, sebab tidak mungkin bisa tiba-tiba mati disaat masalah besar seperti ini sedang melanda.Ya Tuhan ... Siapa yang tega melakukan ini kepada kami?Jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka dua dini hari. Keadaan di ruang Intensive Care Unit terasa begitu sepi, hanya terdengar suara peralatan monitoring yang mengisi keheningan malam.Aku terus saja menatap layar yang menunjukkan grafik detak jantung suami, takut mendadak berhenti ketika aku terlelap seperti dalam serial televisi. Aku belum siap kehilangan suamiku.Menyandarkan kepala di bibir ranjang, menggenggam tangan Mas Erlangga sambil mengajak dia berbicara, siapa tahu dia mendengar dan segera sadar.“Bu, maaf. Kami mau memeriksa keadaan pasien.” Aku terperanjat ketika sebuah tangan mengusap lembut bahu ini.
Read more
Mencoba Percaya
Menarik handuk, melilitnya di tubuh kamudian segera keluar dari toilet dan berpakaian. Mami sudah berada di kamar dan berbaring di sebelah Viera, sementara kedua putriku yang lainnya tengah asik bermain ponsel di atas kasur mereka.“Sayangnya Mama jangan main hape, ya. Nanti matanya sakit!” ucapku dengan intonasi sangat lembut, lalu mengambil ponsel Mami yang sedang dimainkan anak-anak.“Aku mau nonton yutup, Ma,” rengek Danisa membuatku tidak tega.“Ya sudah. Setengah jam saja ya. Habis itu Kakak main sama dedek. Mama mau makan dulu.” Mengusap rambut hitam Danisa kemudian keluar dari kamar dan berjalan menuju meja makan.Sayur bening bayam beserta jagung manis dan wortel sudah terhidang di atas meja, juga ikan gurame goreng yang menggugah selera. Sepertinya Mami sengaja memasak untukku, sebab aku paham betul rasa masakan perempuan yang telah melahirkanku itu.“Vani, keluar kamu. Keluar!!” Aku terperanjat ketika mend
Read more
Serakah
“Ma, Mama ini punya hati atau enggak sih? Mas Erlang itu lagi sakit. Mama sebagai orang tua harusnya mendoakan yang baik-baik buat anak Mama, bukan malah mempermasalahkan harta yang kami punya. Sebenarnya Mama ibunya Mas Erlang bukan, sih?” Menatap tajam wajah senja berbalut bedak tebal itu, mencoba mencari arti suamiku di hatinya.“Bilang saja kamu mau menguasai hartanya. Nggak usah sok-sokan nasihati Mama. Mama juga paham masalah mendoakan. Mama hanya antisipasi saja, karena Mama tau kalau kamu itu serakah dan pasti tidak mau berbagi hartanya sepeser pun dengan Mama jika tiba-tiba Erlang tiada!”Ya Allah. Sakit sekali mendengar jawaban ibu mertua. Hatinya sudah ditutup rasa serakah sampai lupa mendoakan yang baik-baik untuk putranya yang tengah terbaring koma. Semoga saja Tuhan segera memberikan hidayah dan membuka hati serta pikiran Mama, supaya tidak hanya harta yang bersarang di otaknya.“Kenapa diam. Bener kan, kamu mau menguasai harta Erlang?”
Read more
Siapa Wanita Hamil Itu?
Pelan-pelan menatap wajah sendu laki-laki yang ada di sebelahku, menggigit bibir bagian bawah saat tangannya terulur mengusap lembut rambutku yang terikat rapi.Mungkin menurut orang-orang Bang Damian itu monster menyeramkan tapi, sebenarnya dia itu baik dan tidak pernah menyakiti perasaanku sama sekali. Mungkin karena saking sayangnya itulah yang membuat dia merasa ingin selalu menjadi pelindungku untuk selamanya, dan tidak membiarkan siapa pun memiliki diriku selain dia.Suasana lorong rumah sakit semakin hening karena kami saling diam. Aku memilih beranjak dari kursi, masuk ke dalam ruangan dan menemani suamiku yang terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang.“Mas, kapan kamu bangun? Aku kangen sama kamu. Apa kamu nggak kangen sama aku?” ucapku sambil menahan air mata yang sudah hampir menyeruak dari balik kelopak.Tidak lama kemudian terdengar suara derit pintu terbuka. Dokter ber-nametag Askana masuk dan menghampiri kami.
Read more
Istri Muda Papa Mertua
Karena diselimuti rasa penasaran aku berjalan menghampiri, menyapa papa mertua membuat mata laki-laki berusia lima puluh lima tahun itu membola sempurna.“Siapa perempuan ini, Pa?” tanyaku sambil menatap wajah wanita yang aku taksir usianya sekitar tiga puluh lima tahunan itu.“Saya istrinya Mas Ilman, Mbak. Mbaknya siapa?” Si perempuan menjawab dengan intonasi sangat lembut, bahkan dia menerbitkan senyuman manis kepadaku.“Saya menantunya, Mbak.”“Ealah .... kenalin, saya Wiena. Senang bertemu dengan kamu. Saya dari pertama nikah sama Mas Ilman sebenarnya sudah ingin berkenalan dengan anak menantunya, tetapi kata Mas Ilman anak-anak nggak ada yang mau nerima saya. Mereka melarang suami saya mencari pengganti almarhumah ibu mereka!”Hah? Almarhumah ibu? Mulutku menganga dibuatnya.Tega sekali papa mengatakan kalau istrinya sudah meninggal.“Sini ikut papa sebentar!” Dengan kasar laki-laki berperawakan persi
Read more
Semangat Mas Erlangga
“Mama bobok sama kakak ya?” Danisa melingkarkan tangan di pinggang sambil menatapku.“Iya, Sayangnya mama.” Mengecup kening bidadari kecilku dan membantu dia membaca doa.“Papa kok duduk ngeliatin kita terus, Ma?”. Dia menunjuk ke arah meja rias, membuatku spontan langsung menoleh ke arah yang ditunjuk. Kosong.“Papa nggak ada di sini, Nak.”“Itu, Papa lagi liatin kita sambil tersenyum. Memangnya Mama ndak liat?”Tanpa dikomando buliran-buliran air bening meluncur begitu saja dari kedua sudut netra. Aku tidak bisa membayangkan jika Mas Erlangga benar-benar tidak mau lagi membuka matanya.“Mas, tolong kuat. Bertahanlah demi aku dan anak-anak. Aku tidak sanggup menghadapi semuanya sendiri. Aku butuh kamu, Mas!” jeritku dalam hati.Danisa semakin mempererat pelukannya, memejamkan mata ketika kuusap-usap dengan lembut punggungnya. Dan setelah semua anak-anak terlelap, aku mencoba memejamkan mata, menjemput lela
Read more
Menangislah
“Ada apa dengan suami saya, Dokter?” tanyaku ketika salah seorang tenaga medis keluar.“Tadi Bapak sempat kejang dan ritme detak jantungnya tidak beraturan. Tapi sekarang alhamdulillah sudah kembali normal. Ibu banyak-banyak berdoa ya?” sahut pria berkacamata itu sambil menatapku sendu.Aku mengangguk pelan, menahan getir luar biasa dalam sanubari. “Ya sudah. Sekarang saya permisi dulu. Pak Erlangga sedang ditangani oleh Dokter Dilan. Dokter baru di rumah sakit ini. Beliau itu dokter ahli syaraf terbaik. Semoga saja Allah memberikan kesembuhan kepada Pak Erlang melalui tangan beliau!”“Aamiin...Terima kasih, Dokter!”“Sama-sama, Bu.” Aku lekas mengenyakkan bokong di kursi panjang setelah dokter tersebut pergi. Kini, air mata berlomba-lomba lolos dari balik kelopak melewati pipi, jatuh di dada membasahi baju yang sedang aku kenakan.Bayangan kepergian tiba-tiba berkelebat dalam angan, rasa takut kehilangan terus saja membayang. Bolehkah aku mengeluh, Tuhan. Tidak salahkah jika aku
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status