Dengung dari lima batu nada semakin nyaring. Seperti lonceng yang tak dibunyikan oleh tangan, melainkan oleh waktu. Suara-suara itu bergetar dalam dada, membentur dinding batin, memaksa setiap jiwa di dalam ruangan untuk menatap ke dalam dirinya.Penjaga Sunyi masih berdiri di tengah ruangan, tenang seperti patung hidup. Cahaya dari kelima batu memantul di mata kelabunya, tapi tidak menunjukkan emosi.“Jika kalian tidak memilih,” ujarnya lembut, “maka semua gema yang telah kalian lepaskan akan menghilang seperti embun pagi.”Rakasura menatap gelangnya. Cahaya lembutnya berdenyut, namun tidak menguat. Seolah-olah ia tahu, bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia harus kehilangan lebih dulu.Ayu menunduk. “Apa yang kau pikirkan?”“Aku... sedang mencari sesuatu yang bisa kuberikan,” jawab Rakasura pelan.Tirta, yang biasanya paling cerewet, kini duduk diam di lantai batu, menatap ke bawah.&ldq
Terakhir Diperbarui : 2025-06-15 Baca selengkapnya