Hari-hari setelah pertemuanku dengan Karin terasa aneh. Aku masih belum bisa benar-benar memaafkannya, tapi kata-katanya terus terngiang di kepalaku. "Aku kangen kita yang dulu." Aku juga kangen, tapi rasa sakitnya masih terlalu besar. Aku tidak bisa begitu saja kembali seperti dulu, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Aku mulai lebih sering menyibukkan diri. Aku menghabiskan waktu dengan tugas-tugas kuliah, membaca buku di perpustakaan, atau sekadar berjalan-jalan sendirian. Dan tentu saja, aku semakin dekat dengan Dafa. --- Suatu sore, Dafa mengajakku ke sebuah kafe di dekat kampus. "Kamu udah terlalu sering mengurung diri," katanya. "Sekali-kali, coba nikmati hari tanpa mikirin mereka." Aku menghela napas. "Aku nggak mengurung diri." "Kamu serius?" Dafa menaikkan alisnya. "Dua minggu terakhir, kamu cuma ke kampus, ke kos, dan ke perpustakaan. Itu pun kalau aku nggak maksa kamu keluar." Aku terdiam. Oke, mungkin dia ada benarnya. "Ayo, lah. Aku traktir," bujuknya. Aku
Last Updated : 2025-03-07 Read more