Pagi itu, kantor Jakarta terasa lebih hangat dari biasanya. Lampu natural menembus jendela besar, menyorot lantai kayu dan meja-meja modern yang tertata rapi. Cia sedang menyiapkan dokumen proyek di meja kerjanya, fokus, tapi matanya sesekali melirik Giovanni yang berdiri di pojok ruang, tampak menunggu sesuatu. Ada aura yang berbeda—tekanan yang halus tapi mematikan. Raisa masuk dengan senyum manis, langkah ringan. “Selamat pagi, Pak Giovanni,” ucapnya, sedikit menunduk sopan. Cia menegakkan punggung, menahan napas. Giovanni menatap Raisa sebentar, lalu matanya langsung ke Cia. Dan itu… cukup untuk membuat Cia menegang. Matanya seperti berkata: “Jangan coba-coba dekat dengan siapa pun selain aku.” Raisa pura-pura tersandung, jatuh hampir ke arah Giovanni, tapi cepat-cepat menahan diri. “Ups… maaf,” bisiknya manja, tanpa sadar senyumnya terlalu dekat dengan wajah Giovanni. Cia menelan ludah, menatap pemandangan itu seolah ingin lari dari ruangan. Tapi Giovanni, untuk per
Last Updated : 2025-11-02 Read more