All Chapters of Ketika Sang Adipati Berlutut di Bawah Kakiku: Chapter 21 - Chapter 30

Aku terdiam kaku saat Ye Qingyu menjatuhkan lututnya di depan ayah dan ibuku yang tidak memberi respon apa pun meski dia sudah menunjukkan niatnya. Mungkinkah …, mereka tidak menginginkan aku menikah dengan Ye Qingyu? Padahal di mata Ayah, Ye Qingyu hanya anak haram yang mendapat keberuntungan karena lahir dari Keluarga Ye. Bahkan di kehidupan sebelumnya pun, ayahku tidak menyukai Ye Qingyu dengan alasan yang sama. Bukankah aku ini …, juga dibenci oleh Ayah? Ketika aku menemukan pria-ku sendiri, apakah Ayah justru akan merenggutnya dariku? Karena aku menemukan kebahagiaan? Ingatan-ingatan kehidupan sebelumnya kembali mengalir di kepalaku begitu saja. Hari saat aku dilamar oleh putra pejabat Ibukota, Ayah bertanya kenapa dia memilihku, bukan Chuanyan. Meski akhirnya kami bertunangan, Zhou Chuanyan berhasil merebut pria itu dariku, Dan menjadikannya budak kedua setelah aku. Apakah kali ini pun akan berakhir sama? Aku semakin tertunduk, hatiku merasa cemas, seolah takdirku ditentu

Sepanjang jalan, Ye Qingyu bercerita tentang bagaimana ayahnya bisa menyetujui usulannya untuk menikah denganku. Ternyata, Ye Qingyu pun sebelumnya dianggap tidak berpotensi menjadi seorang prajurit karena perkembangannya dalam latihan pedang lebih lambat dari kedua kakaknya. Tapi Ye Qingyu memiliki ketahanan tubuh yang berkali lipat lebih baik dari siapa pun. Dia mengaku telah berguru pada seorang pendekar Dunia Persilatan yang bertempat tinggal di sebelah utara Beizhou. Di masa depan, teknik berpedangnya pun lebih unggul dari siapa pun. Dan kekuatan tinju Ye Qingyu sangat bisa diandalkan dari pada pukulan tongkat besi yang digunakan suku barbar dalam pertempuran. Berkat kontribusinya mengamankan gudang pangan di pertempuran terakhir kali, Jenderal Ye tidak memiliki alasan untuk tidak mengakuinya lagi. Dan berkata bahwa Ye Qingyu boleh menginginkan apa pun sebagai hadiah atas kontribusinya itu. Lalu dia berkata sambil mengusap pipiku yang merah karena pukulan Ayah sebelumnya. "

Aku meringis pelan, terkejut saat Zhou Chenxi tiba-tiba menerobos kamarku dan menarik pergelangan tanganku dengan kencang. "Ada apa, Kak? Kenapa Kakak tiba-tiba menarik tanganku seperti ini? Lepas, Kak, sakit!" Aku berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya yang kuat. "Diam! Kau harus bertanggung jawab!" Zhou Chenxi menghentikan langkahnya di depan kamar Chuanyan."Aku yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti!"Zhou Chenxi mengabaikanku, dan kami memasuki kamar Zhou Chuanyan. Begitu masuk, tubuhku membeku, menatap kosong tanpa mengedipkan mata. Suasana di kamar Chuanyan sangat suram. Ayah dan Ibu duduk di tepi ranjang Chuanyan sambil menggenggam tangannya dan berdoa. Seorang tabib sedang melakukan hal terbaik untuk mempertahankan daya hidupnya. Apakah …, dia kembali ke masa kritisnya? Chuanyan. Aku lupa karena beberapa hari terakhir dia selalu terlihat sangat sehat. Bahkan dia duduk sangat lama saat Jenderal Ye datang tadi pagi. Dia juga masih punya tenaga untuk ber

Daripada mengambil keputusan gegabah, aku memutuskan menunggu di kaki gunung hingga badai mereda. Meski harus mendaki dengan salju tebal, itu lebih baik dari pada harus menerjang badai besar. Aku harus memperkirakan keselamatanku sebelum menyelamatkan Zhou Chuanyan. Tapi dibandingkan memikirkan diri sendiri atau Chuanyan, aku lebih khawatir dengan desa yang ada di puncak. Bukankah berbahaya saat ada badai seperti ini? Mereka mungkin memiliki sesuatu yang bisa melindungi rumah mereka dari terjangan badai. Seperti tempat pengungsian di dalam gua atau semacamnya.Aku tidak pernah pergi sejauh ini, tapi semoga saja mereka baik-baik saja dan aku bisa segera ke sana untuk mencari Huanshu. Saat ini, aku berada di dalam ceruk gua yang cukup dalam, aku tidak bisa menyalakan api karena tidak memiliki pemantik. Hal itu membuat ceruk ini sangat gelap, aku tidak bisa melihatnya jika ada binatang melata yang beracun mendatangiku. Aku meringkuk dalam kegelapan. Dingin. Aku merasa ingin pulang

Setelah itu, Ye Qingyu mengantarku pulang dengan kereta kuda, dan menyuruh Liu Yueqing untuk membawa kudaku sampai ke rumah. Pada akhirnya, aku tetap merepotkan orang lain lagi. Saat Ye Qingyu pergi ke Desa Chuo untuk mencari obat Chuanyan, aku malah berbaring nyaman di dalam baraknya. Seharusnya aku melakukan itu sendiri. Aku menghela napas panjang, melongokkan kepala ke luar jendela. Saat tiba di pusat kota, matahari sudah hampir tenggelam, waktuku masih tersisa banyak berkat Ye Qingyu membantuku. "Kau tidak merasa lelah?" Ye Qingyu menceletuk. Aku menggeleng, padahal seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Aku mengamati raut wajahnya yang terlihat segar segar saja. Membuatku penasaran dengan sesuatu. "Ye Qingyu, bagaimana situasi di Desa Chuo?""Baik-baik saja." "Eh?" aku tidak mengerti dengan jawaban ringkasnya, "Maksudku, semalam itu kan, badai gunung sangat besar, tapi baik-baik saja?" Ye Qingyu menatapku penuh selidik, "Kau ini …," dia menggantungkan kalimatnya. Aku