Dunia Alina seolah terbelah menjadi dua.Dunia di atas meja, dan dunia di bawah meja.Di atas meja, semuanya berjalan dengan kepura-puraan yang sopan. Revan, dengan sikap seorang tuan rumah yang sempurna, mengarahkan pelayan untuk menuangkan anggur. Leo, dengan senyum predatornya, mulai melontarkan serangan-serangan verbal pertamanya, yang dibungkus dengan kalimat-kalimat manis."Jadi, Revan," kata Leo, sambil memutar-mutar gelas anggurnya. "Aku cukup kaget waktu dengar kau yang mengakuisisi proyek Bintan ini. Dan lebih kaget lagi waktu tahu kau menggandeng firma... siapa tadi namanya?" Ia sengaja berhenti, melirik Alina dengan tatapan merendahkan. "Ah, ya. Cipta Ruang Estetika.""Bukan pilihan yang biasa untuk pemain sebesar Adhitama Corp," lanjutnya.Revan hanya tersenyum tipis. "Aku suka mengambil risiko pada talenta yang punya potensi."'Potensi, ya?' balas Leo, matanya kini tertuju lurus pada Alina. 'Aku ingat sekali potensi Alina. Desain-desainnya selalu indah, sangat puit
Terakhir Diperbarui : 2025-07-21 Baca selengkapnya