Oke, mari kita jujur satu sama lain.Di momen seperti ini, di dalam sebuah ruangan rahasia yang terasa lebih privat daripada kamar tidur mana pun, dengan seorang pria yang baru saja membongkar makam mimpinya di hadapanmu, ada sejuta hal yang bisa seorang wanita katakan."Ini indah." (Klise, tapi aman). "Kau sangat berbakat." (Jujur, tapi terdengar seperti pujian HRD). "Kenapa kau berhenti?" (Terlalu menusuk, bisa-bisa dia membangun lagi dindingnya).Alina Cantika Dewi tidak memilih satu pun dari opsi itu.Karena Alina bukan sekadar wanita. Ia adalah seorang arsitek. Dan di dalam ruangan ini, ia tidak sedang berada di dalam kamar musuh bebuyutannya.Ia sedang berada di surga."Riset… bisa dimulai," kata Revan, suaranya serak menembus keheningan.Dan Alina, tanpa sedikit pun keraguan, memulai risetnya.Ia tidak menatap Revan. Ia tidak menjawab undangan verbal pria itu. Seolah-olah Revan Adhitama, sang CEO, sang suami kontrak, mendadak tidak ada di sana.Yang ada hanyalah karya-karyanya.
Last Updated : 2025-09-16 Read more