Putri duduk gelisah di kursi ruang tunggu kantor polisi, jari-jarinya mengetuk-ngetuk lutut tanpa henti. Keringat dingin merembes di pelipis, bukan hanya karena ruangan itu pengap, tapi karena bayangan Maya yang mungkin saja, di balik tembok ruang pemeriksaan, tengah melontarkan namanya kepada penyidik. Degup jantungnya tak beraturan, bagai genderang perang yang dipukul terlalu cepat.Saat pintu terbuka, langkah Naila terdengar menyapu lantai keramik. Putri langsung mengangkat kepala. Begitu mata mereka bertemu, hawa tegang mendadak mengental di udara. Wajah Putri mengeras, rahangnya mengatup kuat, seolah hanya kekuatan tipis yang menahannya agar tidak meledak. Ia ingin berteriak, ingin menuduh, tapi i
Terakhir Diperbarui : 2025-09-08 Baca selengkapnya