“Te-tentu saja tidak.” Nala langsung menggelengkan kepalanya cepat-cepat mencoba menutupi kegugupan yang mulai menjalar di dadanya. Ia memaksa seulas senyum di bibirnya, meski terasa begitu kaku.“Selama ini aku hanya capek karena lembur terus. Jadi, nggak bisa kasih kamu jatah. Dan sekarang, pekerjaanku sudah mulai longgar. Begitu maksudku, Liam,” Nala menjelaskan buru-buru, seakan ingin meyakinkan bukan hanya untuk suaminya saja, tapi juga untuk dirinya sendiri.Liam hanya menatapnya sekilas, kemudian mengembuskan napas lelah. “Ya. Dan sekarang aku yang lelah. Jadi, kita istirahat saja.” Ia menepuk pundak Nala sekilas, sekadar formalitas sebelum menarik selimut hingga menutupi dada dan memejamkan mata.Nala tetap duduk di tepi ranjang, terpaku. Dadanya sesak bercampur dengan perasaan kecewa dan kesal yang bergolak menjadi satu. Ia memandangi wajah Liam yang begitu tenang seolah tidur pulas, sementara hatinya sendiri seperti remuk.Malam ini gagal lagi, pikir Nala getir. Ia sudah be
Dernière mise à jour : 2025-07-06 Read More