Home / Romansa / SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU / Bab 9 Perintah Yang Sama

Share

Bab 9 Perintah Yang Sama

Author: Aries grils
last update Last Updated: 2025-08-02 09:25:45

Beberapa hari berlalu, dan Caca masih merasa pusing, namun perlahan luka di kepalanya mulai membaik. Hampir sepekan ia menghabiskan waktu hanya di dalam kamar seorang sendiri, terkurung, dan nyaris tak pernah berbicara dengan siapa pun. Hanya Leni yang sesekali datang mengantarkan makanan dan obat, tanpa banyak bicara.

Kesunyian itu lama-lama menyesakkan. Hari ke hari terasa panjang dan menggantung. Kebosanan dan rasa tertekan bercampur seperti awan gelap yang tak kunjung reda. Caca mencoba membaca buku yang ia temukan di rak kamar, namun tak satu pun halaman benar-benar masuk ke dalam pikirannya. Semuanya kabur. Gelisah.

Sampai suatu sore, ia memberanikan diri melangkah keluar dari kamar. Pelan-pelan, kakinya menuruni tangga. Rumah itu besar dan sunyi, hanya terdengar desir angin dari celah jendela dan gemerisik dedaunan dari luar.

Begitu tiba di halaman belakang, langkah Caca terhenti. Bulu kuduknya meremang.

Di hadapannya terbentang pemandangan yang membuat dada terasa sesak. H
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 56 Tamparan

    Caca melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit. Suara langkah kakinya bergaung samar di antara aroma obat dan bau antiseptik yang menyengat. Wajahnya masih menyisakan lelah setelah menjaga Satya, tapi detak jantungnya makin kencang tiap kali ia mendekati ruang perawatan ayahnya. Tangannya gemetar saat menekan tombol lift. Sesekali ia mengusap dadanya, berusaha menenangkan diri. Namun hatinya tetap bergejolak, apalagi mengingat percakapan Satya dan Natan barusan—semua itu membuat pikirannya semakin kacau. Begitu lift terbuka, ia keluar tergesa, menyusuri koridor hingga berhenti di depan pintu bercat putih dengan jendela kaca kecil. Dari balik kaca itu, ia melihat sosok ayahnya tengah berjuang meraih gelas air di atas nakas dengan tangan yang gemetar. Tubuh renta itu tampak makin kurus, wajahnya pucat, namun tatapannya tetap berusaha tegar. Di sisi lain, Naumi, adik tirinya, justru duduk santai di kursi, menekuri ponsel mahalnya sambil sesekali menyuapkan cemilan ke mulut. Seak

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 55 Mulai Takut Kehilangan

    “Apa yang dia katakan padamu, tawaran apa yang dia berikan?” suara Satya pecah di udara, datar tapi mengandung tekanan. Tatapan matanya tajam menusuk, membuat Caca yang baru saja selesai membereskan pecahan beling tertegun sejenak. Pertanyaan itu membuat napas Caca sedikit tercekat. Ia menoleh perlahan, lalu menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Tanpa banyak pikir, ia kembali duduk di sisi ranjang Satya. Tangannya bergerak otomatis, mengambil apel dari mangkuk buah dan mulai mengupas kulitnya dengan telaten. “Tuan Muda Natan bilang akan menolong saya jika saya ingin bebas dari Nyonya Ratna,” ucap Caca akhirnya, lirih namun tegas. Tak ada gunanya berbohong, pikirnya. Pria di hadapannya terlalu tajam, kebohongan sekecil apa pun bisa jadi bumerang. Satya tidak langsung menjawab. Rahangnya mengeras, sorot matanya tetap menusuk wajah Caca yang menunduk. Ada sesuatu yang berputar di kepalanya, namun ia memilih bungkam, hanya membiarkan keheningan menekan ruangan. “Makan buah du

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 54 Sekeping Asa

    Caca menunduk, lalu dengan telaten membereskan sisa makanan yang tersisa di meja kecil. Mangkuk dan sendok ia rapikan satu per satu ke dalam kantung yang tadi dibawa Saga. Gerakannya sederhana, tapi ada kelembutan yang membuat ruangan itu terasa hangat. Ia tak mengeluh meski tubuhnya sendiri belum sepenuhnya pulih. Satya menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang, satu tangannya masih kaku dengan perban. Tatapannya tak lepas dari sosok Caca. Diam-diam ia memperhatikan detail kecil: bagaimana gadis itu menunduk saat membereskan piring, bagaimana jemarinya yang mungil tampak cekatan, dan bagaimana wajahnya tetap teduh tanpa mengeluh sedikit pun. “Bukannya ayahmu dirawat di sini juga?” suara Satya memecah keheningan. Nada bicaranya datar, tapi sorot matanya menyimpan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan. Caca menoleh, sedikit terkejut, lalu mengangguk pelan. “Benar, kemarin saya sudah menjenguk beliau,” jawabnya jujur. Satya menggerakkan kepalanya sedikit, masih menatapnya den

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 53 Makan Berdua

    Ketukan pelan terdengar di pintu kamar rawat itu. Seorang pelayan tua masuk membawa kantung besar berisi makanan. Dialah Saga, orang yang sudah mengabdi cukup lama di rumah keluarga besar Mahendra. Rambutnya memutih, wajahnya dipenuhi kerut usia, namun sorot matanya masih teduh dan penuh wibawa. “Permisi, Tuan Muda… Nona Caca,” ucapnya seraya melangkah pelan. Kantung makanan itu ia letakkan di meja kecil dekat ranjang Satya. Aroma sup hangat dan bubur lembut langsung memenuhi ruangan, menghadirkan kehangatan di udara yang dingin. Satya hanya mengangguk singkat, wajahnya tetap datar. Tapi Caca yang duduk di sisi ranjang tempatnya segera berdiri, menunduk sopan sambil berkata, “Terima kasih, Pak Saga.” Pelayan tua itu menatap Caca sekilas. Ada keharuan yang jelas tergambar di wajahnya. “Tidak apa-apa, Nona. Ini memang sudah menjadi tugas saya. Tapi… saya sempat khawatir sekali mendengar Nona harus dirawat kemarin. Begitu juga saat Tuan Muda Satya mengalami kecelakaan. Hati saya sungg

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 52 Benih Rasa

    Pagi itu sinar matahari mulai menyusup lewat celah tirai rumah sakit. Satya terbangun lebih awal dari biasanya, matanya langsung menatap ke arah sofa kecil di sudut ruangan. Di sana, Caca masih terbaring, tubuhnya meringkuk tanpa selimut tambahan. Satya sempat hendak mengalihkan pandangan, namun sesuatu membuatnya menahan diri. Wajah Caca pucat, bibirnya kering, dan keringat tipis membasahi pelipisnya. Napasnya tampak lebih berat dari biasanya. Alis Satya berkerut. Dia terlihat… tidak baik-baik saja. “Caca.” Panggilannya pelan, tapi gadis itu tidak bergerak. Satya berdeham, mencoba lagi. “Caca, bangun.” Tak ada jawaban. Hanya dengusan napas teratur, tapi terdengar lemah. Perasaan aneh menjalari dada Satya, jantungnya berdegup tak karuan. Ia segera berusaha bangkit, meski tubuhnya sendiri masih belum pulih. Dengan gerakan terbatas, ia meraih tombol panggil perawat di sisi ranjangnya. Tak lama kemudian, seorang perawat masuk tergesa. “Ada apa, Tuan Muda?” “Lihat dia…” suar

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 51 Perasaan Yang Tak Bisa Dihindari

    “Pulang saja, tidak perlu menemani aku di sini,” suara Satya terdengar datar, namun matanya yang sedikit sayu jelas menangkap kelelahan di wajah Caca. Malam sudah semakin larut, cahaya lampu kamar rawat redup, membuat bayangan tipis jatuh di wajah mereka. Namun Caca menggeleng pelan. “Saya di sini untuk merawat Anda, Tuan Muda. Kalau Anda mengantuk, lebih baik tidur saja… saya tidak akan mengganggu,” ucapnya dengan tenang, mencoba meyakinkan. Satya menghela napas panjang, enggan berdebat lebih jauh. Ia tahu betul Caca pasti disuruh Ratna untuk mengawasinya. Ia membiarkan saja keberadaan gadis itu, meski dalam hatinya ada rasa enggan. Dengan penuh ketelatenan, Caca merapikan selimut di tubuh Satya. Gerakannya pelan, nyaris seperti seorang perawat sungguhan yang tahu betul cara menenangkan pasien. Satya hanya menatap kosong ke arah langit-langit, wajahnya tanpa ekspresi. “Saya akan tidur di sofa. Jika Anda butuh apa pun, silakan panggil saya,” kata Caca, suaranya lirih namun teg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status