Beberapa minggu telah berlalu sejak malam penuh hujan, rahasia, dan pengorbanan itu. Rumah tua yang dulunya dipenuhi bisikan, dendam, dan ketakutan kini mulai diselimuti ketenangan. Pepohonan di halaman basah oleh sisa hujan, dan sinar matahari yang lembut menembus celah dedaunan, membawa hangat yang lama hilang.Airin duduk di teras, menatap halaman yang basah, sambil memeluk secangkir teh panas. Wajahnya masih lelah, mata gelapnya menyimpan bekas luka yang tak mudah hilang, tapi ada ketenangan baru yang mulai tumbuh. Inayah berdiri di sampingnya, tangan mereka saling menggenggam. Tidak ada kata-kata, hanya keheningan yang penuh arti.“Kalau malam itu tidak terjadi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita,” bisik Airin akhirnya, suaranya rendah tapi lembut.Inayah menatap kakaknya, matanya basah oleh sisa air mata, tapi kini ada senyum tipis yang menyelimuti wajahnya. “Aku juga tidak tahu. Tapi kita masih bersama. Itu yang penting sekarang.”Di sisi lain, Arlan duduk di kursi
Terakhir Diperbarui : 2025-10-11 Baca selengkapnya