บททั้งหมดของ Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta: บทที่ 31 - บทที่ 40

Bunga dan rumput itu baru saja digali, jadi sangat sulit untuk dibakar. Viola meminta orang untuk mencari balok-balok kayu dan mencampurnya dengan bunga dan rumput untuk dibakal.Seketika, asap tebal mengepul. Yosa tersedak dan batuk dua kali berturut-turut.Nugraha buru-buru berucap, "Kaisar, asap di sini terlalu tebal, sebaiknya kita kembali saja."Yosa menutupi hidungnya sambil bertanya pada Viola, "Apa abu ini bisa ditaburkan begitu saja setelah selesai dibakar?"Tenggorokan Viola juga kering karena tersedak asap. Dia menutupi mulutnya sambil menjawab, "Uhuk uhuk, bisa digunakan setelah didinginkan.""Nugraha, kamu berjaga di sini. Tunggu sampai bunga dan rumput itu selesai ditaburkan, baru kembali ke Ruang Belajar Kaisar," perintah Yosa setelah mengiakan jawaban Viola.Sudut mata Nugraha langsung terkulai."Hamba patuh pada perintah."Yosa tampak berjalan pergi dengan langkah mantap, sedangkan Viola berdiri di tempat tidak tahu harus berbuat apa. Apa dia harus mengikuti atau tidak

Andi buru-buru berlutut."Hamba memberi salam kepada Kaisar, memberi salam kepada Ibu Suri."Viola pun segera ikut berlutut setelah mendengar bahwa itu Ibu Suri.Tatapan Yosa berputar sekali di belakang kepalanya, di matanya terselip sedikit amarah.Dasar budak kecil sialan ini, semalam dia pergi lagi.Namun terdengar Ibu Suri dengan tenang berkata, "Semua berdirilah."Viola tidak tahu apakah Ibu Suri mengenalinya atau tidak, dia hanya menunduk sambil berdiri di samping.Yosa sudah masuk ke Ruang Baca Kekaisaran bersama Ibu Suri.Ibu Suri duduk di kursi, mengambil teh di atas meja dan menyesap sedikit, lalu bertanya, "Kudengar Kaisar memerintahkan orang untuk mencabut bunga dan tanaman di Taman Suria, lalu menanam benih gandum. Aku ingin tanya, gandum itu sebenarnya benda apa?""Benda ini berasal dari Negara Dastia, dapat digiling menjadi makanan putih dan halus."Yosa menjawabnya dengan datar, lalu menambahkan, "Sekarang bencana kekeringan belum reda, benih untuk tahun depan sudah men

Jantung Viola seketika berdetak cepat seperti akan menuju tenggorokan.Dia dengan panik menjawab, "Sebagian besar tulang belulang Yang Mulia sudah membusuk, hamba hanya mengambil beberapa potong..."Tatapan Yosa menyapu guci itu, lalu berkata dengan datar, "Cukup, Nugraha, kirim tulang belulang itu ke Paviliun Doa dan kuburkan pada hari yang baik."Viola yang mendengarnya, perasaan yang tadinya tegang akhirnya merasa lega. Dia kira Kaisar bajingan ini ingin menghancurkan tulang pemilik tubuh asli ini hingga menjadi abu.Nugraha melirik Viola, lalu dengan suara mencicit, "Hamba akan segera mengurusnya."Setelah Nugraha membawa guci itu pergi, Viola menghela napas. Yosa masih punya sedikit hati nurani.Namun, Yosa berkata dengan suara datar, "Rencana Pengalihan Air Selatan ke Utara yang kamu sebutkan sudah aku perintahkan orang untuk mengerjakannya. Kalau gandum bisa tumbuh, berarti akan menjadi pencapaian besar. Aku akan memberimu beberapa hari untuk memikirkan hadiah apa yang kamu ingi

Viola tersadar. Akhirnya dia akan pergi, sebab Viola hampir tertidur.Tiba-tiba dia teringat Nadia dan Bibi Asih, dia pun segera berkata, "Kaisar, apakah hamba bisa pergi ke istana pengasingan sebentar, untuk melihat adik hamba?"Yosa sedikit mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan suara berat, "Pergilah. Kamu harus kembali sebelum jam tujuh malam."Viola membungkuk berulang kali dengan gembira."Terima kasih, Kaisar, terima kasih, Kaisar."Yosa sudah melangkah keluar.Di jalan, Nugraha tidak bisa menahan diri untuk tidak mengomel dengan nada cemburu, "Kaisar terlalu baik pada Ivo."Yosa meliriknya."Apa aku tidak baik padamu?"Nugraha terkekeh pelan, "Tentu saja Kaisar juga baik pada hamba."Yosa bersandar di kereta naga, menyipitkan matanya dan berkata, "Lalu kenapa kamu masih cemburu?"Nugraha adalah kasim yang melayani Yosa sejak kecil. Meski dia sesekali mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan, Yosa tidak akan terlalu mempermasalahkannya. Meski mereka adalah majikan dan buda

Mata Viola langsung berbinar, dia segera menerima ingot emas itu."Terima kasih, Tuan Putri."Ini adalah pertama kalinya dia menyentuh ingot emas kuno. Ukurannya kira-kira sebesar telapak tangan, beratnya sekitar dua ons. Rasanya halus dan kecil, sangat menarik.Isyana tertawa cekikikan."Tidak perlu sungkan. Kalau kamu punya sesuatu yang menarik atau berguna, aku bisa membelinya darimu."Viola langsung berkata, "Hamba memang punya satu barang bagus lagi, hamba akan memberikannya pada Tuan Putri saja."Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah lipstik. Awalnya dia ingin Yosa membantunya menjualnya, tetapi sekarang dia tahu dia adalah Kaisar, bisnis itu tidak bisa dilanjutkan, lebih baik dia memberikannya langsung kepada Tuan Putri."Ini adalah lipstik model baru, kakak laki-laki hamba membawanya dari Negara Dastia, mohon Tuan Putri menerimanya."Viola membuka tutupnya, lalu memutar lipstiknya keluar.Mata indah Isyana membelalak. Dia menatap lipstik itu dengan terkejut, tidak mengert