บททั้งหมดของ Permaisuri Bangkit: Dari Istana Dingin Menuju Tahta: บทที่ 41 - บทที่ 50

Makam Kekaisaran.Seorang pria mengenakan jubah sutra biru berdiri dengan wajah muram menatap ke arah istana.Usianya sekitar 17-18 tahun. Wajahnya tampan, sepasang matanya tipis dan panjang, dipenuhi dengan kilatan suram.Pria ini bukan lain adalah adik Kaisar saat ini, Pangeran Wijaya, Wijaya Dalu.Setahun yang lalu, ketika Yosa naik takhta, dia diasingkan ke Makam Kekaisaran dengan alasan berkabung mewakili kaisar baru.Begitu mengingat kembali masa lalu, kebencian dalam mata Wijaya seketika bertambah pekat.Seandainya Jono Zalin si tua keparat itu mau membantunya saat itu, takhta ini sudah pasti menjadi miliknya...Kini, setahun telah berlalu. Namun, dari istana tidak ada sedikit pun gerakan. Yosa, si keparat itu, jelas-jelas takut dia kembali ke gelanggang kekuasaan.Jemarinya perlahan mengepal, persendiannya sampai berbunyi krek krek.Jika dia bisa kembali ke istana, dendam ini pasti akan dibalas.Saat sedang berpikir, tiba-tiba dari kejauhan datang serombongan orang, hati Wijaya

Viola mengikuti Yosa keluar dari istana, sepanjang jalan hanya menatap ujung sepatunya.Namun dalam hati dia merenung bahwa Kaisar memang tidak berperasaan.Jika seorang wanita yang tinggal di harem tidak mendapat kasih sayang dari Kaisar, meski gelarnya tinggi, tetap tidak ada gunanya sama sekali. Begitu Kaisar tidak senang, semuanya akan hilang.Untungnya dia tidak bodoh memilih untuk ikut perebutan kekuasaan di istana, itu hanya melelahkan hati dan membuang-buang pikiran.Saat melihat Selir Anggreini diturunkan jadi selir menengah, Viola makin merindukan kehidupan di luar istana.Dengan buah-buahan dan makanan di ruangnya, menghasilkan uang bukanlah masalah. Ditambah lagi menjual kosmetik dan bertani, Viola seolah sudah membayangkan kehidupannya yang bergelimang harta dengan memiliki banyak pelayan.Dia melamun sepanjang jalan. Begitu tersadar, dia sudah tiba di Ruang Baca Kekaisaran.Yosa melangkah masuk ke aula, wajah tampannya terlihat muram.Viola buru-buru mengikutinya masuk. D

Begitu mencium aroma samar-samar dari getuk itu, Nugraha tidak bisa menahan diri untuk menelan ludah.Orang lain juga semuanya menatap getuk-getuk keemasan itu, seperti harta karun kecil.Viola membungkus getuk dengan sangat rapi. Hanya dengan melihatnya saja sudah menambah selera makan.Nugraha pun tidak tahan untuk melirik getuk itu beberapa kali, lalu melambaikan tangan dan berkata, "Ayo pergi."Setelah itu, dengan gagah dia memimpin Viola keluar dari dapur istana.Viola buru-buru membawa kecap dan cuka, lalu mengikuti Nugraha kembali ke Ruang Baca Kekaisaran.Yosa masih sibuk memeriksa laporan resmi, Andi di sampingnya melayani dengan menggoyangkan kipas.Begitu mendengar langkah kaki, dia mengangkat kepala. Tampak Nugraha membawa sebuah kotak makanan masuk, dan tanpa sadar mengernyitkan dahi."Aku sudah bilang tidak ingin makan, untuk apa dibawa kemari?"Nugraha terkekeh sambil berucap, "Hidangan ini dibuat langsung oleh Ivo, apa Kaisar tidak ingin mencicipinya?""Oh?" Yosa meleta

Yosa tersenyum tipis "Adimas sudah satu tahun tidak bertemu dengan Tuan Putri, sebaiknya pulang menjenguknya. Kalau ada waktu luang, bawalah Tuan Putri masuk ke istana bersama, lebih seringlah menemani Ibunda."Wijaya memberi salam dengan tangan terkatup, "Ananda akan mematuhi titah Kaisar. Kalau tidak ada urusan lain, ananda mohon undur diri."Setelah urusan pemulihan kedudukan Jenar sudah tidak bisa dibalikkan, Ibu Suri pun berdiri.Dia tersenyum ramah sambil berkata, "Karena Kaisar sibuk dengan urusan negara, aku juga tidak banyak mengganggu lagi. Jenar, kamu sudah mendengar perkataan Kaisar, selama kamu mengurus harem dengan baik, Kaisar tentu akan memulihkan kedudukanmu sebagai selir tingkat atas."Jenar memasang wajah muram sambil menjawab, "Hamba mengerti, hamba pasti akan mematuhi ajaran Kaisar."Yosa mengantar Ibu Suri sampai ke pintu, sedikit membungkuk, "Ananda dengan hormat mengantar Ibu Suri.""Kembalilah, kamu sibuk dengan urusan negara, jangan buang waktu lagi."Ibu Suri

Yosa mengernyit, lalu meletakkan gulungan kertas."Persilakan masuk."Sesaat kemudian, Hanung dengan pakaian sederhana masuk dari luar, begitu masuk dia langsung berlutut dengan penuh semangat."Hamba baru saja menerima kabar, resep yang diberikan Kaisar sudah berhasil. Pejabat daerah telah mengikuti perintah Kaisar, yang belum terinfeksi diisolasi, yang tidak bisa diselamatkan langsung dibakar di tempat. Sekarang wabah sudah berhasil dikendalikan."Alis Yosa langsung mengendur beberapa derajat."Bagus, segera perintahkan banyak orang untuk meracik obat, pastikan sebisa mungkin menyelamatkan semuanya, jangan ada yang tertinggal."Hanung yang mendengarnya pun berlutut dengan kedua lutut, lalu berucap dengan terharu, "Kaisar begitu penuh belas kasih, sungguh keberuntungan bagi rakyat Negara Asta."Lalu dia menghela napas dan berkata, "Tapi entah kenapa bencana alam tiada henti, begitu menyiksa rakyat Negara Asta."Mata tajam Yosa menyipit. "Yang kamu maksud bencana belalang di Alba?"Han