All Chapters of Adik Ipar, Jangan Terlalu Dalam: Chapter 41 - Chapter 50

 Arka menegang saat mendengar seseorang bertanya dibelakangnya, hingga membuat ia berbalik dengan hati-hati. Namun, saat melihat siapa yang bertanya, Arka seketika menghembuskan napas lega."Kenapa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Sasha, seraya meletakkan tasnya di atas sofa tunggal, yang letaknya tak jauh dari meja rias di kamarnya.Sasha sama sekali tidak berani menatap Arka. Kejadian beberapa beberapa waktu lalu antara dirinya bersama Arka, berhasil membuatnya merasa canggung."Aku cuma mau cek keberadaan kamu. Aku pikir, kamu sudah pulang duluan," jawab Arka, lalu sedikit mendekat ke arah Sasha yang terlihat kikuk di depannya.“A-aku ... aku jelas belum pulang. Kamu pergi duluan tadi, aku masih sama Mbak Susi dan—”Suara Sasha tertahan begitu saja, saat Arka semakin dekat ke arahnya, membuat Sasha perlahan mundur satu langkah.Arka tersenyum tipis saat melihat bagaimana Sasha yang sedikit takut padany

Suara bentakan yang begitu kencang, terdengar menggema di dalam kamar mandi, membuat Arka dan juga Sasha saling menjauhkan diri satu sama lain.Tubuh Sasha bergetar, merasa bahwa hidupnya akan berakhir saat itu juga, karena suara bentakan tersebut berasal dari bathub dan itu dari Reno."Arka … kita—""Ssssttt." Arka meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, meminta Sasha untuk tidak panik terlebih dahulu.Begitu keduanya menoleh, seketika hembusan napas lega terdengar. Pasalnya, Reno sama sekali tidak sadar, bahkan tubuhnya masih setengah terkulai di bathtub kosong."Kalian … kalian menjauh dari milikku, jangan pernah ganggu milikku!" racau Reno, masih terpengaruh alam bawah sadarnya.“Menjauh dari milikku, dan jangan ada satu pun dari kalian … yang berani mendekati Tania.”Sasha membeku, kedua matanya terlihat bergetar saat mendengar racauan Reno tentang Tania. Namun, getaran dalam sorot mata Sasha bukan lagi sesuatu yang mengandung rasa sakit dan penderitaan seperti biasanya, mela

Sasha membeku saat Ratna memergoki dirinya bicara dengan Arka, lantas mengangkat wajahnya pelan.“Aku … aku nggak bicara apa-apa, Ma. Arka cuma kasih tahu aku, kalau Mas Reno harus dibawa ke rumah sakit buat pemeriksaan lanjutan. Arka memang dokter, tapi … tapi dia dokter obgyn dan bukan bagian seperti ini,” jawab Sasha dengan gugup, meski sebenarnya kalimat jawaban itu sudah diberitahu oleh Arka sebelumnya secara diam-diam.Ratna semula terlihat ragu, namun akhirnya ia mengangguk setuju. Arka memang benar, Reno harus diperiksa lebih lanjut karena kondisinya bisa memburuk jika dibiarkan. Nafas Reno masih terengah, wajahnya pucat, dan tubuhnya terus menggigil meski sudah diselimuti handuk.“Baiklah, aku akan panggil dokter keluarga sekarang juga,” ucap Ratna sambil meraih ponselnya di meja. Tangannya bergetar, entah karena panik melihat kondisi Reno yang bisa menimbulkan masalah nantinya, atau karena marah yang ia tahan.Arka menunduk sedikit, memberi isyarat halus pada Sasha agar tida

 Reno beranjak dari duduknya, dan tanpa bicara sepatah katapun, Reno pergi begitu saja meninggalkan meja makan."Reno! Ren … Reno!"Ratna berusaha memanggil Reno, namun pria itu terus saja melangkah keluar dari rumah dan masuk ke mobil.Sementara di meja makan, Arka memandang Ratna, ekspresi wajahnya penuh rasa bersalah. "Maaf, Ma. Aku yang salah di sini, aku—""Sudah, Arka. Keluarga nggak pernah ada yang salah, berselisih paham itu wajar. Yang salah, jelas orang luar yang nggak suka keluarga ini akur. Coba saja bisa kasih apa yang bikin keluarga ini tenang, kamu dan Reno nggak perlu bertengkar kaya tadi," sahut Ratna, mendelik ketus ke arah Sasha yang sejak awal hanya diam.Sasha bukan tidak bisa menjawab, ataupun tidak mau melakukan pembelaan, tapi ia sadar kalau posisinya di rumah itu hanya sebagai wanita yang harus melahirkan anak dan menjadi jembatan suaminya mendapatkan keinginannya.Dia sama sekali tidak memi

 "A-Arka … kamu … kamu mau apa?" tanya Sasha dengan gugup, saat mulai berpikir bahwa Arka hendak meminta sesuatu darinya, sesuatu yang sama … seperti yang pernah terjadi di dalam mobil beberapa hari lalu.Kejadian yang tanpa sadar dilakukan, di mana keduanya terbuai suasana. Satu merasakan patah hati, dan satunya merasakan ledakan cinta yang tidak bisa lagi ia tahan setelah sekian lamanya dipendam.Dan sejak kejadian itu pula, hingga sekarang Sasha dan Arka semakin dekat dan cinta di antara keduanya terus tumbuh meski perlahan.Ucapan Arka yang menggantung, membuat Sasha mengernyit dengan pikiran yang sudah terarah pada satu hal."Ah, itu, maaf. Aku … aku cuma mau bilang, kalau aku hampir saja lupa soal kamu yang belum makan apa pun sejak tadi. Selain tadi aku minta Mbak Susi buat kasih kode aturan main kami, aku juga meminta dia membawakan ini.”Dengan segera, Arka menoleh ke arah keranjang yang