“Tidak apa-apa, Tian. Kau tak perlu tegang,” kata Rael menenangkan, suaranya terdengar datar tapi mantap. Meski begitu, wajahnya tampak lelah—kemejanya kusut, dan rambutnya sedikit berantakan karena angin sore yang mulai mendingin.Tian menatapnya dengan cemas. “Baiklah... semoga tak terjadi apa-apa. Aku mulai takut, Rael. Sebenarnya, apa yang sedang kau kerjakan?” suaranya menurun, nyaris berbisik, seolah takut ada telinga lain yang mendengar.Rael menarik napas panjang. Pandangannya menembus ke arah ladang yang mulai diselimuti kabut senja. “Jangan khawatirkan aku,” ujarnya pelan tapi tegas. “Aku punya ide lain. Malam ini aku akan ke gudang lagi.”Tian langsung menegakkan tubuhnya, terkejut. “Ke gudang? Untuk apa?” tanyanya cepat. Ia tahu tempat itu dijaga ketat, bahkan seekor tikus pun akan kesulitan masuk tanpa meninggalkan jejak.Rael menunduk sejenak, suaranya merendah. “Ada hal yang harus aku selidiki,” ucapnya. Tatapan matanya menyipit, penuh tekad. Dalam pikirannya masih terb
Last Updated : 2025-10-18 Read more