All Chapters of Gairah Liar Adik Ipar : Chapter 11 - Chapter 20

“Di mana Kak Esther?” tanya Tiara sembari menjapit hidungnya dengan satu jari. Tiara mencium aroma tidak sedap sejak masuk kemari. Bukan hanya Tiara, Erland pun merasa heran dengan tidak ditemukannya Esther dalam ruangan. “Esther!” teriak Erland. Ia memutar kepala, menyusuri ruangan dengan tatapan bingung. “Apa mungkin Kak Esther sembunyi?” tanya Tiara. Yang dikatakan oleh Tiara benar. Erland mencoba mendekati tumpukan kardus yang tertutup kain. Memeriksa seluruh ruangan, namun tidak menemukan apa pun. Saat Erland menatap ke lantai, ia menemukan sebuah jejak sepatu. “Ini sepatu pria,” gumamnya. Erland lantas keluar bangunan. Dengan menahan emosi, ia menuju ke ruang kontrol cctv. Dalam rekaman tersebut ia melihat seorang pria, tidak, bukan satu tetapi dua orang pria yang tak asing membawa serta Esther.Erland seketika mengepalkan tangannya. “Beraninya mereka!” Di sisi lain. Esther mengerjap pelan, kelopak matanya bergetar seiring dengan cahaya lembut yang menembus masuk melalui

Esther terkejut. Refleks menutup kedua mata. Dan membiarkan sentuhan itu semakin nyata. Esther mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tetapi Arion melumat dengan kuat. Tidak mendapatkan balasan, Arion pun menjauh. Menatap Esther yang tengah memejamkan mata. Arion tersenyum. Esther membuka mata ketika sentuhan itu tak lagi terasa. Di depan matanya, ia melihat Arion menyunggingkan senyumnya. “Kakak ipar, sepertinya kau sudah sehat.” “Kau…” Belum sempat Esther melanjutkan ucapannya, Arion kembali melumat bibir Esther. Wanita itu memundurkan kepala, menyandarkan punggungnya. Arion menahan kepala Esther agar tetap tegak. Sementara satu tangannya menelusup ke belakang leher. Ia memperdalam kecupannya dan memaksa Esther membuka mulut. Esther yang semula menahan diri kini mulai terpancing. Ia tak bisa menahan hawa panas yang mulai menjalar melalui sentuhan yang A

Esther jelas saja kaget. Arion tiba-tiba berlutut dan melamar dirinya di saat status masih istri orang. Ini jelas tidak benar. Esther memandang cincin berlian yang berkilauan. Ini sangat indah. Esther dapat memperkirakan harga cincin itu mencapai miliaran rupiah. Namun, hal tersebut tak lantas membuat Esther luluh begitu saja. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Terlebih dirinya masih berstatus istri orang lain. “Arion, apa kau sudah gila?” cecar Esther. Respon Arion sangat tenang, seolah apa yang dilontarkan Esther hanya gurauan semata.“Ya, aku memang sudah gila. Gila dengan istri orang!” “Aku ini istri kakakmu sendiri!” Esther mencoba mengingatkan. “Tentu saja aku tahu, tapi setelah semua yang terjadi padamu, apa kau masih ingin bersamanya?” tanya Arion. Esther terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Esther memang marah kepada Erland karena pria itu telah mendua, lalu melakukan keke

Esther pikir pria ini pergi ke kantor, sebab tadi pagi ia melihat pria ini memakai setelan jas rapi. Tetapi kini pria itu hanya mengenakan kemeja cokelat yang lengannya digulung sebatas siku, duduk bersandar pada dinding gazebo. Kedua matanya tertutup. “Apa dia sedang tidur?” Esther memiringkan kepala. Menajamkan penglihatannya. Ia melihat sekitar, tidak ada siapa pun. Esther melangkah mendekat dengan penuh pertimbangan, dan dia mendengar sebuah dengkuran halus. Napasnya sangat teratur. Esther lantas mengendap naik ke dalam gazebo, berhenti tepat di dekat Arion. Esther berjongkok, menatap wajah yang terlihat damai, serta pasrah. Esther menyunggingkan senyumnya. “Dia benar-benar tampan,” batin Esther. “Sama sekali tidak mirip dengan Erland.” Esther menatap Arion sangat lama. Dia melihat bentuk wajah yang begitu sempurna. Hidungnya mancung, alis tebal melintang, bibir sedikit tebal dengan warna kemerahan alami. Sepe

“Tiara?” Erland terkejut saat tiba-tiba Tiara berada di dekatnya. “Kau mendengar semuanya?” “Emmm…maaf, Kak Erland. Aku tidak sengaja,” kata Tiara dengan memasang wajah sendu. Erland memejamkan mata. Dia benar-benar dibuat mengelus dada oleh tingkah istri keduanya. “Kau, sebaiknya istirahat saja,” tegur Erland. Tiara mengerucutkan bibirnya. “Aku ingin ikut Kak Erland datang ke pesta.” Erland menarik napas beratnya. Biasanya, Esther yang menemaninya pergi ke acara penting. Sebab hanya Esther yang diketahui sebagai satu-satunya istrinya. Sementara pernikahan keduanya dengan Tiara tidak ada yang tahu. Bila dirinya datang bersama Tiara, maka akan menimbulkan gosip buruk di kalangan bisnis. Dan Erland tidak ingin itu terjadi. “Tiara, kau tidak bisa ikut,” cetus Erland yang membuat Tiara merasa kecewa. “Tapi kenapa, Kak. Aku ini istrimu juga,” sela Tiara. Erland memegang kedua bahu Tiara. Mencoba memberikan pe