Cemas dan tak sabar, Naya mondar-mandir di depan Apartemen Arion. Hatinya sudah bertekad untuk menyerah dan pergi, namun tepat saat dia membalikkan badan, sosok Arion sudah terlihat, melangkah mendekat dan memecah kebimbangan hatinya.Arion tidak mengatakan apa-apa. Matanya, gelap dan Nampak begitu lapar, terpaku tajam pada mata Naya. Dalam satu gerakan kuat, dan tanpa jeda, dia menghapus jarak di antara mereka. Tangannya, begitu kokoh dan meyakinkan, melesat di bawah paha Naya dan mengangkatnya seolah Naya hanyalah selembar kapas. Sebuah tarikan napas terkejut meluncur dari bibirnya saat dunia terasa miring, dan sedetik kemudian, dia sudah terdekap erat di dada Arion, lengannya secara naluriah melingkari leher kokoh pria itu."Arion? Apa yang kamu—?"Arion membungkamnya hanya dengan pandangan, tatapannya menyala-nyala dengan intensitas yang Naya selalu rindukan. Dia membawanya lalu menurunkannya ke bantalan empuk sdi sebuah sofa besar. Dia menjulang di atas Naya,"Aku ingin mengulan
Dernière mise à jour : 2025-11-12 Read More