Nana duduk di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat pasi, namun matanya bergerak-gerak, mengamati sekeliling dengan rasa ingin tahu yang rapuh. Di sisi ranjang, Dikta duduk dengan gelisah, sementara Hansen berdiri di belakang, tatapannya menyimpan campuran antara kelegaan dan kewaspadaan yang mendalam.Nana menoleh, suaranya serak namun mencoba terdengar lembut. “Papa… Mama… di mana mereka?”Hansen tertegun, jantungnya mencelos. Kenapa dia bertanya tentang itu? pikirnya, keheranan bercampur kecemasan mencengkeram hatinya.Dikta mencoba tersenyum menenangkan, namun ketegangan di wajahnya tak bisa disembunyikan. Hansen menarik lengan Dikta dengan gerakan tegas, menjauhkannya dari Nana. “Dikta, beri kami waktu sebentar.”Dikta menurut tanpa bantahan, bergeser menjauh. Hansen duduk di sisi ranjang, meraih tangan Nana dan menggenggamnya erat. Suaranya berat, namun dipaksakan lembut. “Nana… dengar, Nak… Papa dan Mama… mereka sudah pergi. Kakak di sini, kakak yang akan menjagamu sekarang.”Mat
Last Updated : 2025-10-08 Read more